Suatu ketika ada seorang turis yang berkunjung ke Sungai Amazon dan bertanya kepada seorang anak yang sedang memancing di tepi sungai tersebut.
Â
Turis: "Hey nak, di sungai ini tidak ada ikan Piranhanya kan?!"
Anak: "Tentu, Tuan!"
Â
Karena tidak begitu yakin dengan perkataan si anak, maka Turis tersebut penasaran dan ingin langsung membuktikan sendiri dengan melompat masuk ke sungai tersebut.
Â
Turis: (langsung meloncat ke sungai, byurrrr)... "Wah, betul katamu nak, tidak ada piranha disini!"
Anak: (Dengan santai) "Tentu saja Tuan, sebab ikan piranhanya pada takut sama buaya- buaya disitu!" (Sambil menunjuk sekumpulan buaya-buaya ganas didekat turis tersebut).
Â
Kisah humor diatas bukan kejadian sebenarnya. Pada kenyataannya Ikan Piranha tidak takut oleh Buaya, dan begitu juga sebaliknya, mereka hidup rukun di sungai Amazon, hehehe..Â
Namun, ada pelajaran penting yang perlu kita pikirkan secara mendalam tentang humor yang kelihatannya terkesan berlebihan, tapi sejatinya punya makna yang luarbiasa, khususnya terkait dengan bagaimana cara kita mengambil keputusan dalam kehidupan.Â
1. Bertindak Sembrono.Â
Kita sering melakukan tindakan-tindakan sembrono yang dapat membahayakan hidup kita seperti kisah Turis diatas.Â
Kita bahkan menggampangkan dan fokus kepada bahaya kecil 'piranha', sedangkan kita lupa ada bahaya lebih besar yang lebih mengancam kehidupan. Kenapa? karena fokusmu hanya melihat 'piranha' saja, tapi lupa memperhatikan aspek-aspek lain dalam pengambilan keputusan.Â
Dalam manajemen strategi, khususnya decision making skills, ada sebuah istilah yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan yaitu the cobra problem.  Ini adalah contoh paling sering diberikan dalam pembelajaran decision making skills.Â
Dikisahkan pada zaman dahulu di India, sewaktu masih dibawah pemerintahan Inggris, ada suatu masa dimasa banyak sekali ular kobra yang berkeliaran, sehingga sangat membahayakan orang-orang. Oleh karena itu, Pemerintah Inggris mengeluarkan sebuah kebijakan reward, yaitu akan memberikan hadiah kepada siapa saja yang berhasil menangkap kobra dan menyetorkannya kepada Pemerintah Inggris (baik dalam kondisi hidup atau mati).Â
Apa yang terjadi? Dalam waktu singkat, banyak kobra yang ditangkap penduduk India, sehingga Pemerintah Inggris merasa senang karena menilai ini strategi yang tepat.Â
Nah, tetapi seiring berjalannya waktu, Pemerintah Inggris merasa kobra di jalanan semakin sedikit, tetapi kenapa penduduk India terus menerus menyetorkan kepada Pemerintah Inggris? Selidik demi selidik, ternyata seiring banyaknya kobra yang ditangkap, yang berdampak terhadap berkurangnya populasi kobra yang berkeliaran, maka penduduk India akhirnya memelihara Kobra dirumahnya!!!Â
Mengetahui hal ini, maka Pemerintah Inggis mencabut peraturan tersebut. Nah, begitu peraturan tersebut dicabut, maka tidak ada alasan bagi penduduk India untuk memelihara bahaya yang sangat beresiko di rumahnya, sehingga mereka melepaskan kobra yang dipelihara, dan bisa Anda ketahui, kobra semakin banyak yang berkeliaran di jalan!
Belajar dari cobra problems, kita bisa belajar bersama-sama pentingnya untuk mempertimbangkan kondisi-kondisi yang tidak terpikirkan dan akibat-akibat yang tidak direncanakan.Â
2. Mengambil Keputusan hanya karena satu orang/satu perspektif.Â
Sering kali kita lebih percaya 'kata orang' daripada melakukan pengujian, analisa dan mempelajari secara mandiri atau minimal mempertimbangkan informasi lebih dari satu pihak dalam pengambilan keputusan. Menurut saya, tindakan Turis untuk masuk ke sungai hanya karena ingin membuktikan kata-kata si Anak adalah tindakan yang konyol.Â
Dalam pengambilan keputusan ada dua jenis sikap yang bisa kita ambil yaitu exploring dan/atau exploiting.Â
Exploring adalah sebuah tindakan pengambilan keputusan dengan cara menganalisa, menguji serta mempertimbangkan semua resiko yang mungkin terjadi.
Exploiting adalah sebuah tindakan pengambilan keputusan dengan cara menggunakan insting, intuisi, dan keyakinan dalam diri sendiri bahwa keputusan yang diambil adalah keputusan yang tepat dan mungkin merekan tidak bisa menjalankan alasan secara rasional dibalik keputusan tersebut.Â
Artinya, pengambilan keputusan bisa dilakukan dengan cara exploiting atau/dan exploring (bisa kedua-duanya) dengan mempertimbangkan dua variabel utama yaitu waktu (time) dan dampaknya (impact).Â
Dengan dampak yang kecil dan waktu yang minim, maka pasti tidak akan mungkin mengeksplorasi setiap kemungkinan, dan juga secara value of risk-nya, maka exploiting adalah satu hal yang tepat. Ini seperti anda sangat lapar dan ingin makan malam sendirian, maka dimanapun matamu melihat sebuah warung dan anda ambil keputusan untuk makan dimanapun juga bukan hal yang penting.Â
Berbeda dengan exploiting, dengan mempertimbangkan resiko dan dampak yang besar, maka ada baiknya metode exploring lebih digunakan. Ilustrasi yang mirip, waktu Anda ingin makan malam dengan pacar plus calon mertua Anda, maka exploiting bukanlah hal yang bijaksana. Bahkan mungkin harus memikirkan bukan hanya mau makan dimana, tetapi pakai baju apa, nanti makan apa disana dan lain sebagainya karena ini menentukan masa depanmu dengan si Dia.Â
Dalam waktu yang masih banyak, maka exploring dan exploiting bisa menjadi alternatif, hanya tetap pertimbangan dampak perlu juga diperhatikan.Â
 3. Belajar dari Kesalahan
Dalam cerita Piranha dan Buaya, saya juga tidak tahu nasib si Turis, mungkin dia tidak sempat membaca artikel ini, Hehehe..Â
Tetapi dalam kehidupan nyata, kita bisa belajar dari  kesalahan dan keberhasilan yang sudah kita jalani. Kita belajar dari setiap dampak pengambilan keputusan yang kita ambil, waktu kita salah memilih teman, waktu kita salah memilih pekerjaan, waktu kita berhasil dalam memutuskan siapa pendamping hidup kita.Â
Mari ambil point-point nya dan terus lakukan yang membuat Anda berhasil dengan tentunya tetap terus membuka pikiran kita untuk belajar dari orang-orang sukses lainnya.Â
Ada sebuat cerita menarik yang saya dapatkan dari sebuah video:
Sekelompok kerbau ingin menyeberangi sungai dan berada di pinggir sungai.
'Kerbau 1' melihat ada seperti gundukan yang diam di tengah sungai  dan mengatakan kepada temannya, 'Kerbau 2':
Kerbau 1: "Bro, Itu Buaya"
Kerbau 2: "Ah, bukan, itu batu"
Kerbau 1: "Bukan, itu buaya, hati-hati!"
Kerbau 2: "Ah, halu deh lu, itu BATU!"
Kerbau 1 yang ingin meyakinkan temannya, menendang batu hingga mengenai gundukan, tapi gundukan itu diam.Â
Kerbau 2: "Tuh, bener kan kata gue, ga gerak tuh, itu BATU bro!"
Kerbau 1: "Enggak, itu BUAYA!!"
demi meyakinkan temannya yang 'dungu', Kerbau 1 tendang-tendang air di sungai sehingga terciprat dan air di sungai jadi bergelombang, tapi gundukan itu tetap diam.
Kerbau 2 (sambil tertawa): "Nah, betul kan, sudah kukasih tahu itu BATU, kok masih ngeyel'
Kerbau 1: "Betulan itu BUAYA!!!"
Tiba-tiba Kerbau 1 meloncat dan naik ke atas gundukan itu dan dalam sekejap HAPPPPPP!!!!! Buaya itu langsung menerkam Kerbau 1!!!
Kerbau 2 sangat kaget! Temannya mati dan dia buru-buru peringatkan temannya 'Kerbau 3' untuk jangan menyeberang dan mengatakan ke temannya itu:
Kerbau 2: "Itu BUAYA!!"
Kerbau 3: "Ah, itu BATU, ngayal kamu!"
dan berlanjutlah terus kebodohan demi kebodohan.Â
Dua hal yang kita bisa pelajari dari cerita ini sebagai penutup yaitu jangan pernah berdebat dengan si Dungu, jangan berbuat hal-hal yang konyol untuk meyakinkan mereka. Dan yang kedua, semoga Kerbau 2 belajar dari pengalaman dan kesalahan Kerbau 1 :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H