Mohon tunggu...
Yusuf Senopati Riyanto
Yusuf Senopati Riyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Shut up and dance with me
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Saat ini sebagai buruh di perusahaan milik Negara.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Sebuah Kegiatan Ekonomi?

29 Oktober 2022   18:50 Diperbarui: 29 Oktober 2022   19:13 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah Narasi, pencapaian akan perkembangan, pertumbuhan Bangsa adalah dengan data sebenar nya tata kelola yang benar sisi BUMN termasuk di dalam nya. Bukan dengan seolah-olah, ketidak benaran serta basa-basi politik belaka hanya demi untuk pencitraan yang tidak berujung dan tidak merasakan apa yang masyarakat rakyat mayoritas rasakan.

Sangatlah diluar nalar dan sudah pasti diluar akal sehat bahkan kebatinan kita umat ber agama apabila kita selalu mendengar tentang dibandingkan nya antara Indonesia (INA) dengan Negara seperti UncleSam (USA), Union Jack sebutan untuk bendera Inggris Raya, sehingga bendera itu menjadi gabungan dari lambang tiga negara, Salib St George (Inggris) dipadu dengan Salib St Andrew (Skotlandia) yang kemudian ditambahkan dengah Salib St Patrick (Irlandia). Sekedar catatan, satu-satunya negara bagian Inggris Raya yang tidak terwakili dalam bendera ini adalah Wales. 

Dan beberapa Negara maju lain nya, sangatlah unfair dan sangatlah kasihan Negeri gemah lipah lohjinawi ini. Seharus nya Pemerintah Mr President Jokowi membandingkan saja dengan Negara di wilayah Asia Tenggara, punya mimpi besar sangatlah Hebat dan tidak pernah salah, tetapi sesuaikan dengan realita kenyataan yang ada serta yang dialami, dirasakan oleh kita masyarakat rakyat Indonesia (INA). Sehingga tidak terjadi, atau mungkin telah terjadi apa yang disebut dengan rezim fatigue, kelelahan rezim.

Kita ketahui pada Juli 2022, berdasarkan catatan Kementerian Keuangan, utang Negara INA  telah tembus di angka Rp7.163,12 triliun, atau setara dengan 39,56 persen produk domestik bruto (PDB). Kita belum membicarakan PDB /per kapita. Padahal kalau saja kita mau membandingkan, atau mundur sedikit lah ke antero Tahun 2011-2012 dan 2013, pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 6, 81 persen; 6,44 (2011); 6,19 persen (2012); 5,56 persen (2013). Saat ini kita melihat yang "tumbuh dan berkembang" adalah Utang Negara Republik Indonesia. 

Masih ingat kan kita masyarakat, rakyat INA pada periode 13 November 2016 ketika Mr President Jokowi berpidato di acara Rapimnas salah satu Partai Politik, beliau mengklaim  pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh tertinggi ketiga di Dunia setelah China dan India. Ruarr biasa bukan ?., Saat itu, diakhir tahun 2016, kemudian Mr President Jokowi mengulanginya kembali sebanyak beberapa kali di pidatonya pada periode tahun 2017. Pertama pada antero Februari 2017, kembali pada  acara salah satu Partai Politik, dan ?, masih belum menuai polemik.

Menuai Polemik.

Masalah baru timbul ketika Mr President Jokowi mengulangi kembali klaimnya tersebut di luar negeri, saat acara forum bisnis Indonesia-Hongkong bulan Mei 2017, klaim Mr President Jokowi digugat oleh Jurnalis Asing. Jurnalis Ekonom di South China Morning Post Jake Van Der Kemp.,

Ia menulis di media South China Morning Post (2/5/2017), yang intinya mempermalukan Jokowi dengan klaim "bodoh"-nya tersebut. Karena, menurut Jake, untuk di Asia saja, pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di peringkat ke-13. Sindir Jake, "Ketiga di Dunia, benarkah? Dunia apakah itu?"

Akhirnya ramai-ramai pejabat Indonesia, memberikan klarifikasi, bahwa yang dimaksud oleh Jokowi sebenarnya adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia tertinggi ketiga di antara negara-negara G-20. 

Kemudian, seperti hendak mengobati malu, sepanjang tahun 2017 tersebut, dalam berbagai pidatonya di berbagai kesempatan, Mr President Jokowi terus menerus membanggakan perbandingan pertumbuhan ekonomi Indonesia di antara 20 negara dengan perekonomian terbesar tersebut. Sampai dengan bulan Februari 2018, dan ? , masih ada pejabat Kementerian Keuangan yang membanggakan perbandingan tersebut.

Adilkah membandingkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan negara-negara G-20?

emudian, adilkah membandingkan pertumbuhan ekonomi INA dengan Negara-negara G-20 ?., Sayang sekali, membandingkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan negara-negara maju di G-20 sangat tidaklah adil, bahkan cenderung menyesatkan. Kenapa demikian ?., Sebab ukuran dari negara maju adalah negara dengan pendapatan Domestik Bruto (PDB)  /per kapita di atas $10.000. 

Rata-rata PDB perkapita negara G-20 adalah $27.878. Sementara PDB /per kapita Indonesia hanya $ 3.788, yang artinya kita INA baru dapat dikategorikan sebagai negara berkembang (PDB /per kapita < $10 ribu), INA bukanlah merupakan negara maju. Bersama Indonesia, ada beberapa negara lain yang masuk kategori negara berkembang di G-20, yaitu India ($2.016), Meksiko ($9.614), Afrika Selatan ($6.560), dan Turki ($8.715). Negara-negara maju umumnya tidak akan ada yang pertumbuhan ekonominya /per tahun  dapat tumbuh di atas 3 persen (dibuktikan dari rata-rata pertumbuhgan PDB negara G-20 yang hanya 2,43 persen). 

Kenapa demikian ?, dan kenapa juga kita katakan  bahwa tidaklah adil (unfair) membandingkan Ibu Pertiwi dengan Negara Maju yang tergabung dalam G-20 ?.. Mari kita lihat, rendahnya pertumbuhan ekonomi dinegara majutergabung dalam G-20 ini,  terjadi karena rakyat di negara-negara maju tersebut sudah memiliki segalanya, semuanya. 

Sehingga tidak ada permintaan yang baru atau yang bersifat ekspansif, yang ada hanya permintaan terhadap barang pengganti (replacement demand) dan ganti, pergantian model. Karena itu akan menjadi lebih adil, di dalam G-20, bila membandingkan pertumbuhan ekonomi Indonesia (5,1 persen) dengan diantara nya ; India (7,3 persen), Meksiko (2,2 persen), Afrika Selatan (0,8 persen), dan Turki (3,3 persen).

Akan Lebih  Adil.

Namun, alangkah akan lebih adil  apabila kita membandingkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan seluruh negara di Dunia. Apabila kita mau melihat IMF DataMapper tahun 2018, pertumbuhan ekonomi Indonesia (5,1 persen) menempati peringkat ke-35 di Dunia. 

Dari 34 negara yang pertumbuhan nya lebih tinggi dari Indonesia, hanya ada 2 negara yang Pendapatan Domestik Bruto (PDB) /per kapitanya masuk dalam kategori negara maju, diantaranya ;  Malta ($30.555) dan Macao ($81.585). 

Dari berbagai hal tersebut, mayoritasnya, 32 negara adalah sesama negara berkembang seperti Indonesia, dengan PDB di bawah $10.000. Bila dirata-rata, PDB  /per kapita 34 negara tersebut adalah $5.799, sementara rata-rata pertumbuhan ekonomi 34 negara adalah 6,35 persen. 

Berarti  kesimpulannya ; tidak adil bila membandingkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan negara-negara maju di G-20. Akan jauh lebih adil bila membandingkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan sesama negara berkembang di Dunia. Atas dasar Pendapatan  /Per Kapita.

Perbedaan Negara Maju Dan Berkembang.

Perbedaan negara maju dan berkembang jika ditinjau dari sektor ekonomi bisa dilihat dari pendapatan /per kapita. Satu diantaranya., Pendapatan /per kapita ini digunakan untuk menunjukkan rata-rata penghasilan setiap masyarakat di suatu negara.

Besaran pendapatan /per kapita ini diperoleh dengan cara membagi jumlah pendapatan nasional dengan jumlah penduduk di negara tersebut. Untuk negara maju, mereka memiliki pendapatan   /per kapita yang tinggi.

Negara Berkembang.

Sementara itu, negara berkembang mempunyai pendapatan  /per kapita menengah ke bawah. Sehingga masyarakat di negara berkembang masih terbilang belum mencapai kategori sejahtera kesinambungan. Termasuk Republik Indonesia (INA) yang kita amat sangat Cintai ini. Jika ditinjau menurut pendapatan   /per kapita, hampir setengah negara di dunia masuk ke dalam daftar negara berkembang. 

Sekali lagi Termasuk Republik Indonesia (INA). Cara paling umum untuk mendefinisikan negara berkembang adalah dengan pendapatan  /per kapita. Data pendapatan  /per kapita dapat digunakan untuk tiga tujuan yaitu : pertama, menentukan tingkat kesejahteraan yang dicapai suatu negara pada periode suatu tahun tertentu. 

Kedua, menggambarkan Laju tingkat percepatan, kecepatan pembangunan ekonomi dunia di berbagai negara. Ketiga, menunjukkan jarak,pemisah pembangunan di berbagai negara.

Mengapa pertumbuhan ekonomi setiap negara perlu diukur ? . Dikarenakan pertumbuhan ekonomi dapat dijadikan acuan dalam menentukan keadaan kondisi ekonomi suatu negara dan sangat erat kaitannya dengan kemakmuran rakyat. Karena semakin tinggi persentase pertumbuhan ekonomi suatu Negara (berkembang), umumnya rakyat negara tersebut juga memiliki hidup yang semakin sejahtera. 

Apabila tetap Mr President Jokowi membandingkan Negara kita dengan Negara maju maka obstacle, penghalang, hambatan akan semakin besar atau mungkin malah tidak 'nyambung' dengan apa maksud dan tujuan dari membandingkan tersebut. 

Menjadi sebuah ironi yang secara kacamata awam saja terlihat jelas. Filipina mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 7,4% year-on-year/yoy pada kuartal II-2022. Pencapaian ini melambat dibandingkan kuartal I/2022 sebesar 8,15% yoy. Bahkan terendah dalam tiga kuartal terakhir.

Pertumbuhan ekonomi Filipina pun jauh di bawah ekspektasi pasar. Jajak pendapat yang dihimpun oleh Reuters memperkirakan ekonomi Filipina tumbuh 8,6% yoy....

Apa yang Ingin Disampaikan.

Pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu indikator yang amat penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Oleh sebab itu alangkah bijak Pemerintah,apabila ingin melakukan perbandingan, gunakanlah indicator yang jelas, dan sebagai Negara pembanding nya adalah Negara yang memiliki  pendapatan /per kapita masyarakatnya,rakyatnya tidak terlalu jauh dari Negara yang kita cintai ini. Republik Indonesia.

Sebuah Narasi, pencapaian akan perkembangan, pertumbuhan Bangsa adalah dengan data sebenar nya tata kelola yang benar sisi BUMN termasuk di dalam nya. Bukan dengan seolah-olah, ketidak benaran serta basa-basi politik belaka hanya demi untuk pencitraan yang tidak berujung dan tidak merasakan apa yang masyarakat rakyat mayoritas rasakan.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia disokong dari peningkatan kinerja di berbagai sektor. Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar (5,51%) didukung dengan kinerja baik ekspor (19,74%).

Dari sisi sektoral, transportasi pergudangan dengan pertumbuhan tertinggi (21,27%) dan akomodasi makanan-minuman (9,76%) seiring pulihnya mobilitas masyarakat akibat penanganan pandemi yang baik dan terkendali. Semoga.. Tetap terang benderang dan makmur sejahtera Maju Bangsa dan Negaraku Indonesia.... Aamiin. Salam Sumpah Pemuda.

Yusuf Senopati Riyanto.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun