Mohon tunggu...
Yusuf Anwar
Yusuf Anwar Mohon Tunggu... -

Penulis iseng-iseng, Penginspirasi isapan jempol, Pengamat yang belum tamat

Selanjutnya

Tutup

Politik

Harapan Itu Masih Ada

17 Juni 2013   08:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:54 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Drama ini berkisah tentang panggung politik Indonsia. Bukan cerita biasa. Karena cerita ini dimulai dengan gong reformasi 1998 yang gegap gempita disambut penonton se-Indonesia dengan suka cita. Penonton dan penggerak drama menjadi luwes dan bebas mengekspresikan cita serta kontribusi mereka bagi Indonesia. Harapan itu masih ada. Judul ini makin layak karena media sebagai promotor drama benar-benar bekerja mempromosikan 'tokoh' drama ini layak menjadi harapan di tengah kerancuan politik. Penampilan tokoh bernama PKS (sebelumnya PK) ini menjadi sorotan. Demo-nya yang bersih, teratur dan simpatik. Aksi sosial yang selalu hadir di pelosok negeri.

PKS ini hadir di panggung politik yang notabene sudah terlanjur menjadi lumpur besar seperti lapindo. Itulah dunia politik! menurut sebagian besar pandangan besar masyarakat Indonesia. Licik, kotor dan penuh intrik.  Nah Peneliti politik, Burhanuddin Muhtadi, dalam bukunya berjudul Dilema PKS: Suara dan Syariah, menulis bahwa PK adalah satu-satunya partai yang ketika awal berdirinya punya struktur kepengurusan yang amat transparan. "Partai ini terorganisir rapi dan memiliki agenda program yang jelas," tulis Burhanuddin. PKS menjadi cahaya terang di langit hitam politik Indonesia. Belum lagi penuturan masyarakat tentang kerja sosial, aksi nyata PKS yang tidak kenal waktu (hanya menjelang pemilu saja) dan pemberitaan media saat awal PKS muncul yang selalu positif.

Drama itu kini menjadi kemelut. Sang tokoh terlilit prahara bersambung dan diterpa badai besar. Penonton bersorak sorai. Ada yang mencaci maki bahkan melempar stigma yang menghentak hati dan akal. Ada pula yang simpatik dan mendukung PKS, menjadi bagian dari kafilah dakwahnya. Tentu dalam sebuah panggung, 'sang tokoh' tidak boleh terkecoh dan hilang akal.  Dia harus senantiasa berperan dalam drama yang ia pilih. Bukan komentar yang mengatur jalannya drama. Kasus Misbakhun berlalu dengan apik, ia bebas tanpa kesalahan dalam kasus century. Kasus Arifinto tak ada titik terang. Tapi gentle, pemeran itu undur diri dari drama. Terakhir dan panas, kasus LHI yang memakan waktu panjang, lama dan alot. Anehnya, LHI tidak muncul tetapi digantikan oleh figuran AF. Setiap tindak tanduk AF dinilai penonton sebagai PKS itu sendiri.

Drama PKS ini masih terus menjadi isu terhangat dan terseru di tahun menjelang pemilu 2014. Berbagai tagline menarik juga menghiasi episode drama ini seperti PKS melawan KPK, PKS melawan, PKS galau, Badai PKS, PKS didepak setgab dan banyak sesi menarik lainnya. Publik Indonesia masih menanti-nanti kelanjutan dan akhir dari drama politik ini. Bagaimanakah alur dan jalan cerita yang seru serta meningkatkan 'adrenalin' dan melek politik masyarakat Indonesia saat ini. Harapan itu masih ada. PKS menggunakan tagline baru : Cinta, Kerja, Harmoni. Pemberitaan Media seakan tak mampu menggoyahkan peran PKS dalam panggung politik Indonesia. Ia ingin dibubarkan tapi tak mempan. PKS masih menjadi harapan masyarakat Indonesia.

Harapan itu masih ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun