Mohon tunggu...
Yusuf Abdillah
Yusuf Abdillah Mohon Tunggu... profesional -

Pencinta Olahraga, khususnya sepak bola http://yusufabdillah.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Mutiara dalam Lumpur (Catatan El Clasico)

5 Mei 2011   22:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:02 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Rangkaian El Clasico akhirnya usai (untuk saat ini). Jika suatu saat nanti, anak atau cucu kita bertanya apa yang diingat dari serial bersejarah ini. Jawabannya mungkin perselisihan, permainan keras, akting, faking, kecurangan, saling serang, propaganda, dan hal buruk lainnya.

El clasico sendiri memang selalu berpotensi menimbulkan intrik, namun tak ada yang menyangka bakal separah ini. Ketika dua klub besar dunia berduel, harapannya tentu akan tersaji sebuah laga yang berkelas. Apa yang disuguhkan justru jauh dari kata itu.

Tapi, apakah seburuk itu? Tidak juga. Mengecewakan memang, namun itulah sepakbola, kadang memuaskan, kadang sebaliknya. El clasico boleh dibilang buruk dan mengecewakan, namun masih ada yang sama buruk dan mengecewakan, bahkan lebih.

Di antara hal-hal yang negatif, tentu ada sisi positifnya, sisi yang justru layak dikedepankan ketimbang membesarkan kejelekan. Mutiara yang terpendam dalam lumpur tetaplah mutiara. Begitupun el clasico, masih ada hal baik di antara keburukan, tak semuanya negatif. Berikut di antaranya:

Eric Abidal

Setelah menjalani operasi pengangkatan tumor, Eric Abidal kembali ke lapangan. Melihat Abidal kembali sehat dan tampil, serta sambutan yang didapatnya merupakan kabar gembira bagi seluruh pecinta sepakbola.

Lionel Messi

Dia mencetak salah satu gol terbaik di Liga Champions. Banyak yang beranggapan, jika Pepe tak diusir wasit, Messi tak akan bisa mencetak gol tersebut. Well, tak ada yang tahu hal itu bukan? Mungkin saja begitu, mungkin juga tidak.

Yang pasti, gol itu tercipta. Dan, tak mudah bisa mencetak gol semacam itu. Messi pun bukannya sama sekali tak mendapat hadangan kala mencetak gol tersebut. Sebagai catatan, ini bukan pertama kali Messi mencetak gol seperti itu.

Banyak yang mengatakan, Messi memang banyak mencetak gol, tapi apakah dia bisa melakukannya di liga lain? Hmmm, jawabannya, cukup dengan pertanyaan: bagaimana dengan Liga Champions?

Iker Casillas

Tak ada yang meragukan kecemerlangan Iker Casillas sepanjang rangkaian el clasico. Keluhan soal wasit yang dianggap memihak seakan menutupi aksi brilian seorang Casillas. Ya, jika tak ada Casillas, bukan tak mungkin gawang Madrid kebobolan lebih banyak gol.

Diving

Bagi banyak orang, diving adalah perbuatan tercela (termasuk saya). Lalu, mengapa ke dalam hal positif di el clasico? Percaya atau tidak, setuju atau tidak, Cheating is cultural. Kubu Real Madrid mengeluhkan, bahkan mengutuk "akting" yang dilakukan pemain Barca. Bahkan, pihak Madrid menyebutnya sebagai sikap tak sportif yang direncanakan. Madrid mengatakan semua itu seakan mereka tak pernah melakukannya.

Semua setuju jika diving/akting adalah perbuatan buruk. Sama buruknya dengan melanggar lawan yang berada dalam posisi menguntungkan. Namun, jauh lebih buruk saat pemain sengaja "memakan" kaki lawan. Diving/akting buruk, tapi tak sampai mengakhiri karier seseorang.

Lagipula, di sebagian negara, diving/akting tetap merupakan perbuatan buruk, namun tak perlu dibesarkan alias dalam batas tertentu masih bisa ditoleransi. Dan, Spanyol adalah satu negara tersebut.

Ya, di Spanyol adalah biasa seorang pemain "mencari" penalti, tendangan bebas, atau kartu buat lawan. Sepakbola selalu disebut sebagai permainan jalanan. Bahkan, muncul pendapat yang mengatakan mengapa pemain berusaha tetap berdiri saat dirinya dilanggar. Jika lawan agresif, mengapa tak memanfaatkannya. Lagian, jika ada pemain yang diketahui melakukan diving dan lolos dari pengamatan wasit, yang disorot bukanlah si pemain melainkan wasit. Ya, itulah yang terjadi di Spanyol.

Banyak yang mengecam Pedro, Sergio Busquets, Dani Alves, atau Javier Mancherano. Tapi, pihak-pihak itu seakan menutup mata. Mana kecaman mereka saat Ronaldo atau Angel Di María berakting? Sebagai catatan, Ronaldo dan di Maria adalah termasuk pemain "penghasil" penalti terbanyak di La Liga, kebanyakan "dibumbui" akting.

Fans

Salut kepada suporter kedua kubu. Wajar jika saja mereka bertingkah brutal atau melakukan perusakan karena kecewa. Apalagi, dengan latar belakang masa lalu kedua kubu. Tapi, mereka tak melakukan hal itu.

Dengan semua agresi, bumbu, provokasi, dan segala hal yang terjadi di luar lapangan, bisa saja memicu aksi kekerasan. Bayangkan, puluhan ribu pendukung Barca dan puluhan ribu suporter Madrid bertemu di satu kota. Segala hal yang bisa memicu kekerasan tersedia, tapi apa yang dilakukan mereka? Have a great time.

Gol Pedro

Jika gol Messi adalah pertunjukan kemampuan individu pemain, lai halnya dengan gol Pedro. Gol yang merupakan buah dari kerjasama tim. Umpan Iniesta sangat cepat, akurat, dan tak terhentikan ditambah dengan pergerakan Messi dan Pedro sendiri. Jika mengedip sedikit pun, Anda akan kehilangan rangkaian gol cantik,

Xavi

Tak disangkal lagi, Xavi adalah sentral dari permainan Barca. Xavi adalah esensi dari possession football-nya Barca. Dari 4 el clasico lalu, Xavi mencatat total 633 umpan. Luar biasa.

Cristiano Ronaldo

Ada anggapan, Ronaldo tak menonjol di sebuah laga besar. Namun, ingat, Ronaldo pernah menjuarai Liga Champions, mencetak gol di final. Dan, dia masih memiliki banyak kesempatan. Bagi yang berpendapat Messi lebih baik ketimbang Ronaldo, kali ini berhak bersuka-ria. Kali ini, secara keluruhan, Messi memang lebih baik. Paling tidak data statistika mengatakan hal itu.

Tapi, apakah Ronaldo tampil buruk? Jawabannya tidak. Di tengah strategi defensif yang diterapkan Madrid, Ronaldo tetap cemerlang. Hampir semua serangan membahayakan berawal darinya. Lewat aksinya Higuain mencetak "gol".  Belum lagi, golnya yang membawa Madrid menjuarai Copa del Rey. Lihat juga bagaimana Ronaldo memperlihatkan kekecewaannya pada rekan-rekannya usai dirinya "dipermainkan" pemain Barca. Itu adalah tanda dia masih memiliki hasrat dan gairah tinggi untuk bermain sepakbola.

Gerard Pique, Xabi Alonso, Alvaro Arbeloa

Saling tuding, tuduh terus terjadi usai el clasico. Usai semifinal leg kedua lalu, Dani Alves menuding kubu Madrid sebagai bad losers. Alves berucap karena melihat tak ada seorang pun dari kubu Madrid yang mengucapkan selamat. Menurutnya, pemain Barca saja mengucapkan selamat kepada Madrid saat Copa del Rey, kini yang terjadi sebaliknya.

Namun, benarkah demikian? Di tengah segala keburukan, kepahitan, kemarahan, kekecewaan, tak banyak yang melihat (pura-pura tak melihat) saat Xabi Alonso dan Alvaro Arbeloa mendekati pemain-pemain Barca dan menyalaminya satu per satu. Seperti yang dilakukan Gerard Pique di Copa del Rey.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun