Kue ini menjadi salah satu warisan kuliner Belanda yang dibawa ke Indonesia bersama kue klasik lainnya, seperti nastar, kastengel, dan jan hagel.
Meski bahan dasarnya sederhana yaitu tepung, mentega, gula, dan putih telur, lidah kucing dulunya adalah simbol kemewahan. Pada masa kolonial, kue ini sering disajikan bagi bangsawan Belanda.
Nostalgia Kuliner di Sumber Hidangan
Sumber Hidangan adalah tempat yang tidak boleh dilewatkan oleh para penggemar roti dan kue klasik.
Kita tidak hanya dimanjakan oleh rasa autentik dari roti dan kue-kue tradisional, tetapi juga atmosfer toko yang menghidupkan kembali era kejayaan Braga di masa lampau.
Selain kue kering, es krim homemade di sini juga patut dicoba. Dengan rasa dan tekstur yang khas, es krim ini menjadi pelengkap sempurna saat bersantai menikmati suasana toko.
Kue Lidah Kucing dan Secangkir Teh
Bagi saya, setiap keping kue lidah kucing adalah godaan kecil yang tak mungkin diabaikan. Tekstur yang renyah dan rasa manis gurih begitu menggoda selera. Dan saya pun tak mampu menolaknya, selalu ada alasan untuk menikmati satu demi satu, lagi dan lagi.
Sensasi ini semakin istimewa ketika kue lidah kucing dipadukan dengan secangkir teh hangat. Kehangatan aroma teh yang menenangkan berpadu dengan kerenyahan kue seakan menciptakan rasa yang begitu khas. Momen sederhana seperti ini mampu menghadirkan kebahagiaan kecil di tengah liburan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H