Perayaan Natal dan Tahun Baru baru saja berlalu, tetapi sisa-sisa kebahagiaannya masih terasa. Salah satu kenikmatan sederhana yang sering menjadi pelengkap momen liburan adalah kue kering. Dari sekian banyak jenis kue kering, favorit saya adalah lidah kucing, kue renyah yang memikat dengan rasa gurihnya, membuat siapa pun sulit berhenti menikmatinya.
Di setiap hari raya, saya beruntung bisa menikmati kue lidah kucing tanpa harus membelinya alias gratis. Kakak saya, yang hobi membuat kue, selalu dengan senang hati membuatkan lidah kucing istimewa untuk saya dan juga keluarga kami.
Namun, saat menikmati lidah kucing buatan Kakak, ingatan saya melayang ke salah satu toko roti legendaris di Bandung yang selalu membawa rasa nostalgia, Sumber Hidangan.
Sejarah Manis di Balik Sumber Hidangan
Toko roti ini bukan toko roti biasa. Sebelumnya, tempat ini dikenal sebagai restoran bernama Het Snoephuis yang telah berdiri sejak tahun 1929. Berlokasi di kawasan Braga yang ikonik, Het Snoephuis, yang berarti "rumah manis," adalah restoran mewah di zamannya. Kini, Sumber Hidangan tetap mempertahankan daya tarik klasiknya. Pengunjung bisa menikmati aneka roti dan kue, lengkap dengan suasana vintage yang kental. Mesin kasir kuno, radio klasik, hingga foto-foto hitam putih terpajang, menemani pengunjung untuk bersantai sambil menikmati kelezatan roti dan kue.
Lidah Kucing dan Warisan Belanda
Di antara beragam pilihan kue di Sumber Hidangan, lidah kucing, atau dikenal dalam bahasa Belanda sebagai "katte tong" atau "kattentongen", adalah favorit saya. Kue ini menjadi salah satu warisan kuliner Belanda yang dibawa ke Indonesia bersama kue klasik lainnya, seperti nastar, kastengel, dan jan hagel.
Meski bahan dasarnya sederhana yaitu tepung, mentega, gula, dan putih telur, lidah kucing dulunya adalah simbol kemewahan. Pada masa kolonial, kue ini sering disajikan bagi bangsawan Belanda.
Nostalgia Kuliner di Sumber Hidangan
Sumber Hidangan adalah tempat yang tidak boleh dilewatkan oleh para penggemar roti dan kue klasik. Kita tidak hanya dimanjakan oleh rasa autentik dari roti dan kue-kue tradisional, tetapi juga atmosfer toko yang menghidupkan kembali era kejayaan Braga di masa lampau.