Mohon tunggu...
Yustisia Kristiana
Yustisia Kristiana Mohon Tunggu... Dosen - Akademisi

Mendokumentasikan catatan perjalanan dalam bentuk tulisan

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Manisnya Dodol Tradisional dari Desa Serdang Kulon

3 Oktober 2024   16:00 Diperbarui: 8 Oktober 2024   13:34 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dodol H. M. Musa yang telah ada hampir 30 tahun, menawarkan dua varian utama yang digemari oleh masyarakat, yaitu dodol original dan dodol wijen. 

Dodol original menawarkan rasa dodol yang manis dan legit. Di sisi lain, dodol wijen adalah varian yang lebih unik, di mana biji wijen ditambahkan ke dalam adonan dodol.

Pembuatan dodol ini masih dilakukan menggunakan peralatan tradisional, dimasak dalam kuali besar sambil terus diaduk. Proses ini tidak hanya menjaga cita rasa otentik, tetapi juga cerita yang mencerminkan tradisi dan budaya lokal, memberikan nilai tambah bagi pengalaman menikmati dodol.

Menikmati Kelezatan Dodol H. M. Musa

Untuk bisa menikmati kelezatan dodol H. M. Musa, kita bisa berkunjung ke rumahnya. Tidak terdapat papan nama yang besar, hanya tulisan tangan di sebuah papan yang menunjukkan arah menuju rumah H. M. Musa.

Papan petunjuk arah (foto: dokumentasi pribadi)
Papan petunjuk arah (foto: dokumentasi pribadi)
Dengan suasana yang hangat, kita akan disambut langsung oleh H. M. Musa yang melayani dengan ramah. Di sana, produk dodol ditata di atas meja sederhana, menunggu untuk dinikmati.

Bersama Bapak H. M. Musa (foto: dokumentasi pribadi)
Bersama Bapak H. M. Musa (foto: dokumentasi pribadi)
Untuk kedua varian dodol ini, harga yang ditawarkan adalah Rp 60.000 per kilogram. Kita juga dapat dibeli secara online melalui berbagai platform e-commerce, sehingga kita bisa menikmati kelezatannya di mana saja.

Dodol H. M. Musa bukan hanya sekadar makanan tradisional, tetapi juga sebuah warisan budaya yang patut dilestarikan. Dodol ini berhasil mempertahankan tempatnya bagi para penikmat kuliner tradisional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun