Liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru) adalah momen ideal untuk menikmati waktu bersama keluarga dengan berlibur. Jika pilihan berliburnya adalah berkunjung ke Nusa Tenggara Barat (NTB), maka daya tarik wisata budaya yang satu ini layak dipertimbangkan untuk tempat berlibur sekaligus mempelajari kekayaan budaya.
Namanya Desa Wisata Sasak Ende. Desa wisata ini terletak di Desa Sengkol, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah. Lokasinya tidak jauh dari Bandara Internasional Lombok, kurang lebih 9 km atau sekitar 15 menit.
Cerita ini mengisahkan pengalaman berkunjung ke Desa Wisata Sasak Ende.
Keunikan Desa Wisata Sasak Ende
Saat memasuki desa wisata, salah seorang warga yang menjadi pemandu wisata menyambut dan mengucapkan selamat datang, namanya Husen. Husen yang kemudian menemani dan menjelaskan mengenai keunikan dari Desa Wisata Sasak Ende.
Di desa ini terlihat kehidupan sehari-hari masyarakat suku Sasak di rumah-rumah adat yang masih tetap mempertahankan bentuknya sejak zaman dahulu. Husen bercerita tentang rumah adat yang dinamakan bale tani.
Nama bale tani ini dikarenakan masyarakat Sasak Ende mayoritas berprofesi sebagai petani.
Atap bale tani terbuat dari alang-alang dengan bentuk atap pendek di bagian depan.
“Kita harus menundukkan kepala kalau masuk ke dalam rumah, ini mengajarkan tentang penghormatan kepada orang lain” terang Husen.
Bale tani hanya memiliki satu pintu dengan ukuran yang relatif sempit, dan pintu tersebut dibuka dengan cara digeser.
Husen menyampaikan bahwa pada bagian dalam digunakan sebagai ruang penyimpanan untuk barang berharga dan juga sebagai tempat tidur untuk anak perempuan. “Jadi anggota keluarga lelaki tidurnya di serambi,” jelas Husen.
Di Desa Wisata Sasak Ende terdapat lumbung yang berfungsi untuk menyimpan hasil panen. Lumbung suku Sasak memiliki struktur mirip dengan rumah panggung. Bangunan lumbung ini dilengkapi dengan empat tiang penyangga sehingga menciptakan kesan seperti saung atau gubug.
Tarian ini sebenarnya dipertunjukkan untuk wisatawan yang telah melakukan permohonan sebelumnya atau yang datang dalam kelompok. Namun, beruntung sekali bisa menikmati pertunjukan ini karena pada saat yang sama terdapat rombongan wisatawan yang memesan pertunjukan ini sehingga bisa bergabung.
Tarian gendang beleq dinamakan demikian karena diiringi oleh alat musik berupa gendang besar.
Dalam bahasa Sasak, "beleq" berarti besar, merujuk pada ciri khas gendang tersebut yang memang ukurannya besar.
Gendang besar atau beleg berfungsi sebagai alat musik pukul utama dalam pertunjukan ini.
Sedangkan peresean adalah tradisi yang melibatkan dua petarung yang disebut pepadu, serta seorang wasit. Setiap pepadu membawa sebilah rotan untuk memukul bagian atas tubuh lawan.
Sebagai pelindung diri, pepadu harus membawa perisai yang dikenal sebagai ende. Seseorang yang bertindak sebagai wasit, bertugas meniup peluit, mengatur jalannya pertandingan, dan memberi sinyal untuk menghentikan atau melanjutkan pertandingan.
Akhir Perjalanan
Desa Wisata Sasak Ende adalah sebuah desa tradisional yang mewakili kehidupan suku Sasak dan tetap setia mempertahankan warisan budaya mereka sejak zaman nenek moyang, baik dalam bentuk bangunan tradisional, adat istiadat, maupun kehidupan sehari-hari masyarakat suku Sasak.
Keterampilan menenun kain dianggap sebagai suatu keterampilan yang harus dimiliki oleh perempuan suku Sasak. Bahkan, terdapat syarat tak tertulis yang menyatakan bahwa seorang perempuan Sasak harus mampu menenun kain sebelum menikah.
Oleh karena itu, tidak mengherankan jika setiap perempuan berupaya untuk menguasai seni menenun dengan penuh dedikasi, mengingat bahwa menenun dianggap sebagai keterampilan utama.
Salam wisata.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI