Teh beras merah menjadi oleh-oleh yang banyak dibeli oleh wisatawan di warung-warung yang berdiri di kawasan ini.
Komang, salah seorang masyarakat desa yang membuka warung sederhana, terlihat sibuk melayani wisatawan yang mayoritas adalah wisatawan mancanegara yang sedang berbelanja.
Di warungnya dia menjajakan hasil pertanian mulai dari beras putih, beras merah, beras hitam hingga teh beras merah, dan aneka camilan.
“Ini semua adalah produk dari Jatiluwih”, ujarnya. Komang bercerita bagaimana produk-produk tersebut dihasilkan dan dengan ramah menawarkan ragam camilan untuk dicicipi.
Bukan hanya areal persawahan yang dapat dikunjungi, Desa Wisata Jatiluwih menawarkan beragam aktivitas wisata seperti cooking class, trekking, river tubing, bersepeda, bermain di air terjun, dan juga dapat berkunjung ke pura yang terbentang dari utara hingga ke selatan.
Belajar dari Desa Wisata Jatiluwih
Dari Desa Wisata Jatiluwih, kita dapat belajar. Pertama adalah tentang pertanian berkelanjutan. Jatiluwih memiliki sejarah panjang sebagai salah satu pusat pertanian tradisional di Bali.
Kita dapat memahami bagaimana masyarakat setempat telah menjaga dan mengembangkan sistem pertanian subak yang berkelanjutan selama berabad-abad, yang pada akhirnya mengantarkannya menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO.
Jatiluwih adalah contoh nyata tentang bagaimana pertanian berkelanjutan dapat menjadi model bagi tempat-tempat lain di Indonesia bahkan juga di dunia.
Melalui praktik pertanian tradisional, masyarakat setempat telah menjaga ekosistem sawah dan menjaga keberlanjutan alam sekitar mereka.
budaya. Selain keindahan alamnya, Jatiluwih juga merupakan perwujudan kekayaan budaya Bali. Di sini terdapat Pura Luhur Sri Rambut Sedana yang merupakan situs purbakala tertua di Bali.
Kedua adalah