Sebagai ibukota Provinsi Jawa Tengah dan kota pelabuhan utama di Jawa Tengah, Semarang telah menjadi saksi bisu perdagangan komoditas kopi di Pulau Jawa sejak era kolonial Belanda.
Di kota ini terdapat kedai kopi Dharma Boutique Roastery yang cikal bakalnya dari sebuah pabrik kopi legendaris dan telah berjalan lebih dari satu abad.
Pabrik Kopi Margo Redjo
Awalnya, Pabrik Kopi Margo Redjo yang bernama asli Koffie Branderij Margo Redjo didirikan di Cimahi, Jawa Barat, pada tahun 1915 oleh Tan Tiong Ie, seiring dengan mulai masuknya kopi varian robusta di Indonesia.
Tan Tiong Ie, mulanya berdagang roti dan kayu sebelum mencoba peruntungan di bisnis kopi setelah melihat peluang bisnis kopi yang dibutuhkan oleh pemerintah Hindia Belanda kala itu.
Setelah beberapa tahun beroperasi di Cimahi, Tan Tiong Ie memutuskan untuk kembali ke Semarang dan melanjutkan usahanya.
Sekitar tahun 1929-an, Semarang menjadi salah satu pemasok terbesar kopi nusantara, menyuplai hingga 326 ton atau 69 persen ekspor kopi di seluruh teritori Hindia Belanda.
Pabrik Kopi Margo Redjo berkembang pesat menjadi pemasok kopi ekspor Indonesia hingga mencapai 60 persen dari yang beredar di pasar.
Nama Margo Redjo sendiri memiliki arti "jalan kemakmuran".
Di masa itu, pabrik ini dapat menyangrai hingga 3,5 ton kopi setiap harinya.
Produk kopi yang dihasilkan Margo Redjo meliputi merek Margo-Redjo yang paling mahal, dan merek Tjap Grobak Idjo yang termurah. Selain itu, ada juga merek lain seperti Tjap Pisau, Tjap Orang-Matjoel, Koffie Sentoso, Koffie Mirama, dan Koffie Sari Roso.
Usaha turun temurun ini sekarang dijalankan oleh Widayat Basuki Dharmowiyono, generasi ketiga yang menjadi estafet warisan mendiang ayah dan kakeknya.
Dharma Boutique Roastery
Nama Dharma Boutique Roastery baru digunakan pada tahun 2018 dan berada di bangunan tua yang dirawat dengan baik dan telah berdiri selama lebih dari seratus tahun.
Lokasinya di kawasan Pecinan Semarang yaitu Jalan Wotgandul Barat No. 14, Kranggan, Kota Semarang. Dharma Boutique Roastery buka mulai pukul 09.00 hingga 17.00 dan tutup pada hari Minggu.
Kopi kemudian diseduh secara manual (manual brewing). Pengolahan kopi secara tradisional ini memengaruhi cita rasa kopi dan dianggap lebih ramah lingkungan.
Berkunjung ke Dharma Boutique Roastery memberikan pengalaman yang berbeda. Selain menikmati kopi, kita juga bisa belajar tentang kopi, sekaligus berwisata.
Ya, wisata kopi!
Wisata kopi bukan hanya sebatas mengonsumsi, tetapi juga mempelajari sejarah, tradisi, produk, dan budaya kopi di suatu daerah (Jolliffe, 2010).
Jadi, jika berada di Kota Semarang kita bisa berwisata kopi ke Dharma Boutique Roastery, karena mengutip dari yang disampaikan oleh Basuki bahwa:
“Kopi adalah suatu seni yang tidak berkesudahan”
Salam wisata.
Referensi:
Jolliffe, L. (2010). Coffee Culture, Destinations and Tourism. Bristol: Channel View.
Margo Redjo, Pabrik Kopi Tertua di Semarang yang Masih Kokoh Berdiri
Margo Redjo, Kopi Kuno Semarang yang Bikin Pemiliknya Jadi Konglomerat di Jawa