Iklan koran tentang Margo-Redjo di De Locomotief tahun 1948 (sumber: delpher.nl)
Usaha turun temurun ini sekarang dijalankan oleh Widayat Basuki Dharmowiyono, generasi ketiga yang menjadi estafet warisan mendiang ayah dan kakeknya.
Dharma Boutique Roastery
Nama Dharma Boutique Roastery baru digunakan pada tahun 2018 dan berada di bangunan tua yang dirawat dengan baik dan telah berdiri selama lebih dari seratus tahun.
Lokasinya di kawasan Pecinan Semarang yaitu Jalan Wotgandul Barat No. 14, Kranggan, Kota Semarang. Dharma Boutique Roastery buka mulai pukul 09.00 hingga 17.00 dan tutup pada hari Minggu.
Dharma Boutique Roastery (foto: dokumentasi pribadi)
Di lokasi ini, kita dapat mengunjungi Museum Kopi Margo Redjo dimana terdapat mesin penyangrai kopi (coffee roaster) berukuran besar yang telah ada sejak tempat ini berdiri.
Mesin penyangrai kopi besar (foto: dokumentasi pribadi)
Mesin utama dapat menyangrai hingga 100 kilogram kopi dalam sekali operasi dan mesin lainnya memiliki kapasitas hingga 60 kilogram. Ada juga mesin penyangrai kopi berbentuk bola dengan kapasitas yang lebih kecil.
Mesin penyangrai kopi berbentuk bola (foto: dokumentasi pribadi)
Ketika mengunjungi Dharma Boutique Roastery, kita juga berkesempatan bertemu dengan pemiliknya yang sangat antusias ketika bertutur mengenai kopi maupun sejarah tempat ini.
Bersama Widayat Basuki Dharmowiyono, generasi ketiga pemilik Dharma Boutique Roastery (foto: dokumentasi pribadi)
“Berbagai jenis biji kopi, mulai dari robusta dan arabika, yang berasal dari Aceh hingga Papua, serta dari Bali hingga Toraja tersedia di sini”, kata Basuki. Kita bisa melihat display beragam jenis kopi asal Indonesia.
Display ragam kopi asal Indonesia (foto: dokumentasi pribadi)
Basuki menambahkan bahwa Dharma Boutique Roastery memiliki keunikan, yaitu pengunjung dapat memilih langsung biji kopi dan mengolahnya dengan mesin penyangrai kecil yang berusia lebih dari seratus tahun dan masih berfungsi dengan baik.
Kopi kemudian diseduh secara manual (manual brewing). Pengolahan kopi secara tradisional ini memengaruhi cita rasa kopi dan dianggap lebih ramah lingkungan.
Lihat Travel Story Selengkapnya