Mohon tunggu...
Yustisia Kristiana
Yustisia Kristiana Mohon Tunggu... Dosen - Akademisi

Mendokumentasikan catatan perjalanan dalam bentuk tulisan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Marabunta, Gedung Pertunjukan Era Kolonial di Kota Lama Semarang

21 November 2022   07:07 Diperbarui: 21 November 2022   07:07 1284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kawasan Kota Lama Semarang (foto: dokumentasi pribadi)

Kawasan Kota Lama Semarang terkenal dengan julukan “The Little Netherland”, penanda pernah menjadi pusat kota pada era kolonial Belanda di Indonesia, dan didominasi oleh bangunan-bangunan tua dengan arsitektur klasik khas Eropa. Kawasan ini telah dilakukan revitalisasi sejak tahun 2017 hingga saat ini, dan kini tertata dengan lebih rapi.

Kawasan Kota Lama Semarang (foto: dokumentasi pribadi)
Kawasan Kota Lama Semarang (foto: dokumentasi pribadi)
Kawasan ini lazim ditelusuri dengan berjalan kaki untuk menikmati nuansa klasik Kota Semarang lewat bangunan-bangunan bersejarah.

Menyusuri Kawasan Kota Lama Semarang (foto: dokumentasi pribadi)
Menyusuri Kawasan Kota Lama Semarang (foto: dokumentasi pribadi)
Salah satu bangunan yang unik di area ini adalah sebuah gedung yang di bagian depannya terdapat patung dua ekor semut raksasa dengan tulisan Marabunta. Gedung ini berada di Jalan Cendrawasih No. 23 Kota Semarang.

Schouwburg

Dahulu gedung ini bernama Schouwburg, berasal dari bahasa Belanda yang berarti gedung pertunjukan (teater), yang dibangun sekitar tahun 1800-an. Pada saat dibangun, gedung pertunjukan ini memang diperuntukkan sebagai tempat untuk pementasan. Pertunjukan yang populer di gedung ini adalah Komedie Stamboel.

Komedie Stamboel adalah teater sandiwara keliling seperti sirkus di Eropa dalam bentuk Pentas Gaya Istanbul, yang ditampilkan untuk hiburan di masa Hindia Belanda. Nama Stamboel sendiri merujuk pada nama kota Istanbul, ibukota Kerajaan Ottoman (Turki saat kini) yang di masa itu merupakan salah satu pusat berbagai pertunjukan seni dan hiburan.

Berdasarkan catatan sejarah, Komedie Stamboel lahir di Surabaya pada 1891, yang melakukan pertunjukan keliling di Hindia Belanda, Singapura, dan Malaya melalui jalur kereta api dan juga kapal laut.

Pertunjukan yang ditampilkan mengadaptasi Dongeng 1001 Malam, cerita rakyat Eropa dan opera, termasuk hikayat India dan Persia. Untuk melengkapi pertunjukan, disajikan beragam musik seperti mars, polka, gambus, dan keroncong. Komedie Stamboel memunculkan suatu cabang musik keroncong baru. Keroncong stambul kemudian dikenal Stambul I, Stambul II, dan Stambull III.

Komedie Stamboel sering dipentaskan di masa itu, sehingga nama jalan di depan gedung kemudian dikenal dengan nama Komedistraat. Selain Komedie Stamboel, pertunjukan musik dan tarian juga sering ditampilkan. Pertunjukan di gedung ini menjadi hiburan bagi warga Eropa yang waktu itu banyak bermukim di kawasan Kota Lama.

Marabunta

Saat era penjajahan Jepang hingga perebutan kemerdekaan, gedung ini mengalami kerusakan dan tidak dirawat. Setelah kemerdekaan, hak penggunaan gedung ini dimiliki oleh Kodam VII Diponegoro. Kemudian untuk pengelolaan diberikan kepada perusahaan Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL) yang bernama “Marabunta”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun