Pergeseran paradigma dan preferensi kunjungan wisata dari mass tourism ke ecotourism & special interest tourism dalam dua dekade terakhir membawa kontribusi secara signifikan terhadap tingkat kunjungan desa wisata. Jargon "travel like a local" menginspirasi banyak wisatawan yang berkunjung ke desa wisata bukan hanya untuk menikmati keindahan alam namun juga belajar dan merasakan kehidupan layaknya masyarakat lokal.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI mencatat bahwa kunjungan ke desa wisata meningkat hingga 30 persen pada saat pandemi. Menteri Parekraf, Sandiaga Uno, menyampaikan bahwa desa wisata sebagai sebuah model bisnis terbukti mampu bertahan pada kondisi yang sulit. Peningkatan kunjungan dan resiliensi yang tercipta dari model ini bahkan selaras dengan agenda besar pembangunan yang tertuang dalam Nawacita, "membangun dari pinggiran" dengan prioritas yang dimulai dari desa.
Program Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) yang dikembangkan oleh Kemenparekraf mendorong akselerasi pengembangan desa wisata di berbagai pelosok di Indonesia, sehingga terdapat kurang lebih 1.831 desa wisata yang berpotensi menarik minat wisatawan.
Desa Wisata Nepal van Java
Nepal van Java, julukan nan eksotis bagi sebuah desa wisata di kaki Gunung Sumbing, Jawa Tengah, yang aslinya bernama Dusun Butuh. Destinasi ini belakangan beranjak populer selain karena namanya yang unik dan memikat, juga karena nuansa pegunungan dan keindahan alamnya yang berpadu dengan panorama deretan perkampungan warga menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung.
Dusun Butuh juga dikenal sebagai jalur pendakian Gunung Sumbing yang sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Dusun ini berlokasi tepatnya di Desa Temanggung, Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang.
Adapun nama Desa Wisata Nepal van Java secara "tak sengaja" terkenal dari unggahan video pendaki gunung tentang wilayah ini di media sosial pada medio 2019, pemandangan rumah-rumah warga di lereng pegunungan ini dikatakan mirip dengan sebuah kota di Nepal, Namche Bazaar, yang berada di Pegunungan Himalaya.
Jarak dari Kota Magelang ke Dusun Butuh sekitar 23 km, menuju Pasar Kaliangkrik dilanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri Desa Temanggung. Medan perjalanan tergolong cukup curam sehingga perlu dipastikan bahwa kendaraan yang digunakan tangguh untuk menghadapi medan tersebut.
Masyarakat Dusun Butuh pada umumnya adalah petani. Sebagian besar wilayah di Dusun Butuh merupakan ladang pertanian, khususnya sayur-sayuran seperti kubis, brokoli, daun bawang, dan kentang.
"Pada tahun 2016, hasil pertanian mengalami penurunan. Beberapa pemuda mulai memikirkan untuk mengembangkan Dusun Butuh menjadi desa wisata, bahkan pernah diberi nama Kampung Pelangi karena rumah-rumah dicat warna-warni namun belum mampu menarik minat wisatawan," ujar Setiyoko, ketua pengelola Desa Wisata Nepal van Java.
Setiyoko lalu menambahkan bahwa Nepal van Java mulai dibuka sejak Juli 2020, dan sejak saat itu kunjungan wisatawan terus mengalami peningkatan. Jumlah kunjungan wisatawan per hari rerata 100 hingga 150 orang namun jika akhir pekan dapat mencapai 1.000 hingga 1.500 orang, bahkan 2.000 orang.
Hal ini membawa dampak positif khususnya dari segi ekonomi bagi masyarakat. "Saat ini usaha seperti warung kopi, rumah makan, dan homestay telah dimulai. Hingga saat ini terdata 10 homestay yang telah terstandarisasi. Masyarakat juga secara swadaya mengembangkan spot selfie yang dapat digunakan wisatawan untuk berfoto hingga memberikan jasa transportasi yaitu ojek wisata untuk menggantarkan wisatawan berkeliling Dusun Butuh," kata Lilik Setyawan, Kepala Dusun Butuh.
Desa Wisata Berkembang
Desa Wisata Nepal van Java yang mulanya adalah desa wisata dengan kategori rintisan telah bertransformasi secara akseleratif menjadi desa wisata berkembang.
Seiring dengan itu pembangunan fisik terus dilakukan. Desa Wisata Nepal van Java telah membangun berbagai fasilitas untuk mendukung aktivitas wisata seperti lapangan parkir, gardu pandang, jembatan kaca, serta berbagai sarana yang dapat digunakan oleh masyarakat.
Desa Wisata Nepal van Java kini banyak mendapat perhatian. Salah satu lembaga perbankan milik Pemerintah telah mengucurkan dana untuk mendukung pengembangan melalui program corporate social responsibility. Belum lagi dukungan Pemerintah baik itu Kabupaten maupun Provinsi, mulai dari pemberian berbagai pelatihan hingga bantuan lainnya. Â
Pengembangan terkait dengan aktivitas wisata diharapkan dapat memperhatikan daya dukung dari Dusun Butuh.Â
Saat bulan Juni-Juli 2022 lalu, wisatawan yang datang mencapai hingga 12.000 orang. Dapat dibayangkan bagaimana kepadatan yang terjadi saat memasuki kawasan desa wisata, yang mana kondisi jalan tidak terlalu lebar dengan tingkat kecuraman yang ekstrem. Belum lagi ketidaknyamanan yang dirasakan bukan hanya oleh wisatawan tetapi juga masyarakat yang hendak beraktivitas.
Pengelola desa wisata perlu terus menggali aktivitas wisata yang dapat dikembangkan, dengan tidak hanya terkonsentrasi di dalam kawasan, namun juga di sekitar desa-desa penyangga.Â
pola perjalanan wisata. Dalam pola perjalanan wisata, jarak dan waktu tempuh perlu dipertimbangkan untuk menentukan rute perjalanan. Pola perjalanan wisata nantinya mendukung dalam penyusunan paket wisata.
Potensi yang dimiliki harus terus diidentifikasi agar dapat dikembangkan suatuPenyusunan paket wisata yang memperhatikan pola perjalanan wisata akan memberikan kepuasan bagi wisatawan karena mendapatkan pengalaman wisata yang lengkap.
Sinergitas Pertanian dan Pariwisata
Saat ini daya tarik dan aktivitas wisata yang disuguhkan kepada pengunjung lebih banyak bertumpu pada kegiatan sightseeing dan dokumentasi. Sembari mengelilingi area desa, wisatawan yang datang ke Desa Wisata Nepal van Java dapat melihat rumah warna-warni perkampungan masyarakat serta berfoto di berbagai lokasi mulai dari Teras Nepal, Teras Masjid Baituttaqwa, Gardu Pandang Lembah Nepal, Gardu Pandang Punthuk Nepal, Tangga Naga, dan Taman Depok.
wisata edukasi yang menarik bagi wisatawan, sekaligus mengajak untuk merasakan pengalaman layaknya warga lokal.
Ragam aktivitas wisata ke depannya dapat terus dikembangkan dari ciri khas Nepal van Java yang sejatinya adalah wilayah agrikultur. Hamparan sawah dan ladang, potensi sektor pertanian, serta panorama alam yang indah dapat dikreasikan menjadi satu konsepDesa Wisata Nepal van Java juga memiliki seni budaya khas Jawa yang tetap dilestarikan melalui kelompok-kelompok kesenian, antara lain jathilan dan kuda lumping. Perpaduan keindahan alam dan budaya tradisional masyarakat ini dapat pula dikombinasikan menjadi prioritas pengembangan potensi wisata selanjutnya.
Peningkatan pesat jumlah kunjungan wisatawan diharapkan mampu menjadi kekuatan yang mendorong sinergitas antara pertanian dan pariwisata, untuk terus dikembangkan bagi kemakmuran masyarakat.
Referensi:
https://setkab.go.id/membangun-indonesia-dari-pinggiran-desa/