Pada zaman dahulu sebagian besar bangunan berbahan kayu lalu beralih menjadi kediaman Residen Belanda J.L van Sevenhoven.
Bangunan museum terlihat kokoh dan indah. Untuk memasuki museum, pengunjung akan menaiki tangga melingkar lalu disuguhi dengan jendela-jendela yang besar dengan lantai kayu.
Harga tiket masuk Museum Sultan Mahmud Badaruddin II tergolong sangat terjangkau, untuk pelajar yaitu Rp. 1.000, mahasiswa membayar Rp. 2.000, umum seharga Rp. 5.000, dan wisatawan mancanegara sebesar Rp. 20.000.
Museum ini berisi peninggalan Kesultanan Palembang dengan berbagai jenis koleksi tentang arca, prasasti, karya seni, koleksi naskah, dan mata uang.
Di museum ini tersedia juga pemandu, pemandu museum disebut juga docent, yang fasih menginterpretasikan tentang sejarah Kota Palembang melalui berbagai koleksi yang tersedia. Ketika mengunjungi tempat ini, kita akan ditemani oleh Bapak Abi Sofyan, pemandu Museum Sultan Mahmud Badaruddin II.
Salah satu ornamen yang menarik perhatian adalah lukisan indah yang menggambarkan tentang perjuangan Sultan Mahmud Badaruddin II. Pada 12 Juni 1819, Sultan Mahmud Badaruddin II menyerang pasukan Belanda terlebih dahulu, dan dikenal dengan Perang Menteng. Dalam perang ini korban terbanyak berada pada pihak Belanda.
Perang Menteng berlangsung hingga tahun 1821 dan pada akhirnya Palembang jatuh ke tangan kolonial Belanda pada 25 Juni 1821. Sultan Mahmud Badaruddin II akhirnya ditangkap dan dibuang ke Ternate, Maluku Utara, hingga wafat pada 26 September 1852.
Keberadaan Museum Sultan Mahmud Badaruddin II menjadikannya referensi khususnya bagi generasi muda untuk belajar dan menghargai sejarah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H