Membicarakan kuliner tidak akan ada habisnya. Kuliner bukan hanya sekedar memenuhi kepuasan selera namun juga sensasi yang berbeda saat menikmatinya.
Kita sering mendengar istilah makanan tradisional atau makanan lokal. Makanan tradisional atau makanan lokal merupakan ciri dari suatu kelompok masyarakat yang mudah ditemukan dan dikenali.Â
Makanan tradisional dapat dipersepsikan sebagai identitas lokal karena keberadaannya sebagai bagian dari suatu masyarakat, seperti proses pengolahan bahan makanan tertentu, cara penyajian, maupun resep yang diwariskan secara turun-temurun. Â
Berbagai daerah memiliki keragaman makanan tradisional, bahkan tren untuk menikmati makanan tradisional semakin populer.Â
Kesederhanaan yang ditampilkan tidak mengurangi kenikmatan makanan tradisional yang disajikan, seperti di Saung Cere Ibu Tini ini.
Saung Cere Ibu Tini
Saung Cere Ibu Tini berlokasi di Kampung Keranggan, Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan. Saung ini berlokasi tidak jauh dari Kali Cisadane, berjarak 2-3 km dari Cisauk.Â
Sesuai dengan namanya, menu utama yang menjadi andalan adalah ikan cere, jenis ikan air tawar yang berukuran kecil yang terdapat di rawa, kali, atau sungai.Â
Ikan cere disajikan dengan cara digoreng renyah dan gurih lalu dinikmati dengan nasi putih, sayur asem, lalapan, sambal dadak, serta gorengan. Sederhana namun lezat sehingga mampu menggugah selera.
Selain itu terdapat menu tambahan lainnya sebagai pendamping menikmati ikan cere seperti aneka pepes, aneka tumis, dan juga pete hingga jengkol goreng. Semuanya ini diolah di dapur tradisional.
Saat menikmati makanan, pengunjung dapat duduk di saung-saung secara lesehan, mirip seperti menikmati makanan khas Sunda.Â
Menu tradisional sejatinya diolah dengan peralatan yang tradisional dan memiliki cita rasa yang autentik juga. Namun bukan hanya itu saja, makanan autentik memiliki cerita.
Begitu pula dengan Saung Cere Ibu Tini, ikan cere yang menjadi menu utama ditangkap langsung dari Kali Cisadane. Pilihan ikannya tidak selalu ikan cere, tergantung dengan hasil tangkapan nelayan.Â
Ditambah lagi dengan lalapan daun singkong yang dipetik dari kebun yang berada di belakang Saung Cere Ibu Tini ini.
Keautentikan makanan juga diperoleh dari segi rasa, bagaimana pengunjung dapat merasakan kenikmatan makanan yang diolah secara tradisional dan dadakan. Semua itu dipadu dengan suasana sederhana, berlantai tanah, duduk lesehan dengan alas berbahan bambu.
Suasana dan Cita Rasa
Lokasi Saung Cere Ibu Tini yang cukup tersembunyi, tidak menyurutkan para pencinta kuliner untuk datang dan mencicipi.Â
Hal ini dikarenakan Saung Cere Ibu Tini menawarkan makanan tradisional yang unik. Suasana dan cita rasa yang dibangun mampu memberikan pengalaman berbeda bagi pengunjung yang datang.
Bukan hanya itu saja, kehadiran pengunjung ke Saung Cere Ibu Tini juga membawa rejeki bagi masyarakat sekitar. Selain menjadi pekerja di Saung Cere Ibu Tini, banyak juga yang berjualan menawarkan aneka dagangan yang juga tidak kalah menarik.
Saung Cere Ibu Tini bukan hanya memberikan efek puas bagi pengunjung yang datang namun juga efek domino secara ekonomi bagi masyarakat sekitar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H