Mohon tunggu...
Yustisia Kristiana
Yustisia Kristiana Mohon Tunggu... Dosen - Akademisi

Mendokumentasikan catatan perjalanan dalam bentuk tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Garam Kusamba, Garam Tradisional Lokal Bali yang Telah Bersertifikasi Indikasi Geografis

19 April 2022   09:00 Diperbarui: 19 April 2022   18:04 7507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pantai Kusamba merupakan lokasi pembuatan garam dengan kualitas tinggi sejak tahun 1500-an Masehi. Pantai Kusamba yang berpasir hitam ini terletak di Desa Kusamba, Kabupaten Klungkung, Bali.

Desa Kusamba berada di jalur timur Pulau Bali merupakan lokasi yang strategis yang menghubungkan Pulau Bali dengan Pulau Nusa Penida. Desa Kusamba berjarak 7 km dari Kabupaten Klungkung dan 3 km dari Kecamatan Dawan. Nama Kusamba berasal dari dua yaitu Kusa dan Amba. Kedua kata tersebut memiliki arti ilalang. Sehingga menurut masyarakat dahulu Desa Kusamba merupakan hamparan padang ilalang.

Menariknya, pada jaman dahulu hingga sekitar abad ke-18, Desa Kusamba merupakan ibukota ke-2 dari Kerajaan Klungkung yang dipimpin oleh Ida I Dewa Agung Putra, Raja Klungkung ke-5. Nah, untuk mendukung pemerintahannya, Ida Dewa mendirikan istana dengan nama Kusanegara.

Selain membangun istana, Kusamba juga ternyata dijadikan sebagai pelabuhan dan benteng Kerajaan Klungkung. Namun, setelah Kerajaan Klungkung ini ditaklukkan oleh Belanda dalam peristiwa Puputan Klungkung barulah nama Kusanegara ini menjadi nama Desa Kusamba.

Garam Organik Kusamba

Garam yang dihasilkan di Pantai Kusamba adalah garam organik. Pembuatan garam yang dilakukan sangat tergantung dengan alam, apabila musim kemarau hasil garam yang dihasilkan akan maksimal, begitu sebaliknya jika musim hujan maka akan lebih sulit untuk menghasilkan garam.

Untuk proses pembuatan garam, pertama yang dilakukan adalah meratakan pasir pantai. Petani garam kemudian mengambil air laut dan disiramkan di atas permukaan pasir. Proses ini diulang sebanyak 3 hingga 4 kali. Setelah itu menunggu hingga pasir kering, yang bisa memakan waktu kurang lebih 4 jam jika matahari terik. 

Petani Garam Meratakan Pasir Pantai (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Petani Garam Meratakan Pasir Pantai (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Setelah pasir kering, pipihan pasir kering itu dibawa ke gubuk-gubuk yang sudah disediakan dan diletakkan pada bak besar tempat saringan pasir yang terbuat dari kayu (belong bias). 

Petani Garam Meletakkan Pipihan Pasir Kering (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Petani Garam Meletakkan Pipihan Pasir Kering (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Kemudian pasir yang sudah diletakkan di atas saringan itu akan disiram lagi dengan air laut hingga mendapat air garam pertama, dan proses ini dilakukan 3 hingga 4 kali hingga menghasilkan air garam murni. Hasil saringan ditampung dalam belong yeh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun