Mohon tunggu...
Yustisia Kristiana
Yustisia Kristiana Mohon Tunggu... Dosen - Akademisi

Mendokumentasikan catatan perjalanan dalam bentuk tulisan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Desa Wisata Taro, Desa Tertua di Pulau Dewata yang Mengusung Konsep "Eco-Spiritual Destination"

13 April 2022   09:00 Diperbarui: 13 April 2022   17:29 3573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kunang-Kunang di Penangkaran (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Desa Taro merupakan desa tua di Bali yang kental akan peninggalan budaya masa lampau. Desa Taro awalnya dikenal dengan sebutan Bhumi Sarwaa Ada yang artinya serba ada. Desa Taro terletak di Kecamatan Tegalalang, Kabupaten Gianyar, Bali, berada di antara Kintamani di sebelah utara dan Ubud di sebelah selatan. Jika dari Bandar Udara Ngurah Rai perjalanan ke Desa Taro ditempuh dengan waktu kurang lebih 1 jam 40 menit. 

Saat memasuki Desa Taro, kita akan melihat pemandangan sawah di sisi kanan dan kiri jalan. Sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai petani, sehingga lahan-lahan pertanian masih banyak ditemui demikian juga hamparan persawahan bertingkat (rice terrace). 

Desa ini terletak sekitar 600-750 meter di atas permukaan laut sehingga memiliki hawa yang terasa sejuk. Desa Taro merupakan cikal bakal terbentuknya desa adat dan subak, sebuah sistem tradisional pengairan sawah dalam tradisi masyarakat Bali.

Desa Wisata Taro

Desa Taro mulai menjadi desa wisata sejak  tahun 2017. Desa Wisata Taro dikelola oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis). Pengelolaannya adalah 100% masyarakat Desa Taro dengan melibatkan semua pelaku usaha wisata yang ada. Melalui pondasi Tri Hita Karana, yaitu menjaga keseimbangan hubungan antara manusia, alam dan Sang Pencipta, maka Desa Wisata Taro memilih tema eco-spiritual destination.

Desa Taro sebelumnya menghadapi masalah serius terkait dengan sampah. Namun kemudian dibangunlah fasilitas pengelolaan sampah berbasis sumber dengan pendekatan 3R (reduce-reuse-recycle). Sampah pada akhirnya dapat ditangani dan tercipta perilaku masyarakat yang sadar akan kebersihan lingkungan dengan slogan “Sampahmu Adalah Tanggung Jawabmu” dan “Desaku Bersih Tanpa Mengotori Desa Lain”. 

Dengan tata kelola yang baik, Desa Wisata Taro mampu memberikan manfaat secara ekonomi bagi masyarakat, dengan senantiasa merawat kekayaan budaya serta menjaga kelestarian lingkungan. Oleh karena itu pada bulan Desember 2021, Desa Wisata Taro berhasil mendapatkan Sertifikasi Desa Wisata Berkelanjutan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

"Sertifikasi desa wisata berkelanjutan adalah proses dan tonggak capaian bagi setiap desa wisata dan merupakan suatu upaya untuk menilai dan menentukan status mutu standar dan kualitas keberlanjutan suatu desa wisata berdasarkan standar mutu yang telah ditetapkan."

Desa Taro sebagai desa wisata menyajikan keasrian desa yang memesona dipadukan dengan keunikan budaya dan keramahan penduduknya. Daya tarik wisata yang menjadi highlight di Desa Wisata Taro adalah Pura Agung Gunung Raung, konservasi lembu putih, Semara Ratih Delodsema Village, dan The Fireflies Garden.

Pura Agung Gunung Raung

Keberadaan Pura Agung Gunung Raung tidak lepas dari perjalanan suci seorang Maharsi Agung, Ida Maha Rsi Markandeya yang berasal dari India, dengan tujuan mengajarkan agama Hindu kepada masyarakat Bali. Nama Gunung Raung mengacu pada gunung tertinggi di Jawa Timur yang mana Maha Rsi Markandeya berasal dari daerah tersebut sebelum memulai perjalanan ke Bali dan menetap di Desa Taro. 

Pura ini memiliki keunikan berupa Titi Gonggang, yang tak sembarangan bisa dilintasi. Jika dilanggar, maka wajib menghaturkan pacaruan dengan sarana ayam sebagai pengganti. Jika pura di Bali sebagian besar untuk persembahyangan menghadap ke timur, namun di Pura Agung Gunung Raung, persembahyangan menghadap ke arah barat. Dan sebagai bentuk penghormatan bagi Maha Rsi Markandeya, di areal Pura Agung Gunung Raung dibangun sebuah patung replika pada tahun 2011.

Pura Agung Gunung Raung (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Pura Agung Gunung Raung (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Konservasi Lembu Putih

Di Desa Taro terdapat taman konservasi untuk melestarikan lembu putih. Taman ini dikelola oleh Yayasan Lembu Putih. Yayasan ini berhasil mendapatkan penghargaan Kalpataru pada tahun 2018 untuk kategori penyelamat lingkungan. 

Monumen Penghargaan Kalpataru (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Monumen Penghargaan Kalpataru (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Pada saat memasuki taman, terdapat sebuah patung Dewa Siwa menunggangi Nandini. Lembu putih atau yang lebih dikenal dengan sebutan Nandini adalah hewan yang disucikan dan dihormati di Desa Taro. Dalam Hindu, Nandini disimbolkan sebagai kendaraan Dewa Siwa, dewa yang memiliki fungsi sebagai pelebur. 

Patung Dewa Siwa Menunggang Nandini (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Patung Dewa Siwa Menunggang Nandini (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Keberadaan lembu putih ini terkait dengan kedatangan Ida Maha Rsi Markandeya di abad ke-7.  Di taman ini kita bisa melihat dari dekat lembu putih dan diingatkan untuk tidak berkata kasar dan menyakiti lembu.

Konservasi Lembu Putih (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Konservasi Lembu Putih (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Semara Ratih Delodsema Village

Delodsema Village memiliki pemandangan yang indah. Di sini kita dapat melihat masyarakat yang membuat kerajinan tangan seperti perak, rumah-rumah tradisional Bali, areal persawahan, serta hutan bambu. 

Pengrajin Perak (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Pengrajin Perak (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Untuk menuju lembah, kita menyusuri jalan menurun selama kurang lebih 15-20 menit. Saat tiba, kita disuguhi pemandangan yang sangat cantik dan asri dimana lembah di Delodsema Village dibuat berundak. 

Lembah di Delodsema Village (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Lembah di Delodsema Village (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Di ujung selatan desa terdapat pertemuan sungai atau yang disebut campuhan. Di sini dibuat tempat kuliner dengan desain yang menyatu dengan alam bernama Semara Ratih. Kita dapat menikmati pemandangan alam sambil menikmati kuliner yang lezat.

Kuliner di Semara Ratih (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Kuliner di Semara Ratih (Foto: Dokumentasi Pribadi)
The Fireflies Garden

Di Desa Taro juga terdapat sebuah taman konservasi untuk kunang-kunang yang bertujuan mengembalikan ke ekosistem alami. 

Kunang-Kunang di Penangkaran (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Kunang-Kunang di Penangkaran (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Taman seluas luas 6x30 meter persegi merupakan tempat penangkaran kunang-kunang yang terletak di persawahan dengan air bersih yang mengalir dan banyak tanaman di sekitarnya untuk mendukung pertumbuhan kunang-kunang. 

The Fireflies Garden (Foto: Dokumentasi Pribadi)
The Fireflies Garden (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Di areal ini terdapat tempat untuk bersantai, memanjakan mata dengan keindahan hamparan sawah sambil menikmati minuman dan makanan ringan yang disediakan. 

Menikmati Minuman dan Makanan Ringan di The Fireflies Garden (Foto: Dokumentasi Theodosia C. Nathalia)
Menikmati Minuman dan Makanan Ringan di The Fireflies Garden (Foto: Dokumentasi Theodosia C. Nathalia)
Suasana akan terasa lebih indah saat malam hari dimana akan terlihat kumpulan kunang-kunang yang memancarkan cahaya. 

Para petani lokal terus diedukasi tentang manfaat dari pertanian organik untuk menciptakan lingkungan alami yang sempurna untuk kunang-kunang agar dapat bertahan hidup.

Daya tarik wisata di Desa Wisata Taro didukung dengan pengembangan berbagai fasilitas dan aktivitas wisata. Di Desa Wisata Taro terdapat penginapan seperti homestay hingga fireflies’ villas. Aktivitas wisata yang dapat dilakukan mulai dari trekking, cycling, ATV ride, paintball hinga Balinese cooking class.

Nah, tunggu apa lagi? Yuk berkunjung ke Desa Wisata Taro.

Referensi:

Desa Taro (26 Agustus 2019). “Menjelajah Potensi Desa Tua Taro”. taro.desa.id. Diakses tanggal 7 April 2022.

Desa Wisata Taro (2021). “Obyek Wisata”. desawisatataro.com. Diakses tanggal 7 April 2022.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun