Pasar Triwindu, sebuah pasar barang antik yang berada di Ngarsopuro, Jalan Diponegoro, Kota Solo. Lokasi Pasar Triwindu dekat dengan keramaian Kota Solo sehingga mudah untuk diakses.Â
Sejarah Pasar Triwindu
Mengutip dari official website Puro Mangkunegaran, Pasar Triwindu dibangun pada tahun 1939 pada masa pemerintahan Mangkunegoro VII. Pembangunan ini merupakan hadiah ulang tahun dari Gusti Noeroel Kamaril kepada ayahnya, Mangkunegara VII yang bertepatan dengan tiga windu kenaikan tahta beliau. Pasar ini diberi nama Triwindu, berasal dari dua gabungan kata yaitu tri dan windu. Tri dalam bahasa Jawa berarti tiga, dan windu berarti delapan tahun. Triwindu memiliki arti 24 tahun.
Pasar Triwindu awalnya hanya terdiri dari sederetan meja yang berjajar untuk menjajakan jajanan pasar atau kuliner, kain, majalah maupun koran. Namun mulai pada tahun 1960, para pedagang mulai mendirikan kios-kios kecil dan kemudian menjadi pusat transaksi barang antik.
Pada bulan Juli 2008, Pasar Triwindu dipugar mengikuti arsitektur Jawa. Area berjualan pada awalnya hanya satu lantai lalu kemudian menjadi dua lantai. Mengikuti peremajaan tersebut, nama pasar ini sempat berubah menjadi Pasar Windujenar. Pada tanggal 17 Juni 2011, pasar ini dibuka dan diresmikan oleh Walikota Surakarta, Joko Widodo (Jokowi) dan kembali ke nama Triwindu.
Masa Lalu Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya
Berjalan di lorong Pasar Triwindu seperti menyusuri lorong waktu. Berbagai barang antik dan kuno dapat ditemui di sepanjang lorong-lorong ini. Barang antik seperti teko dan cangkir klasik, perkakas rumah tangga, uang kuno, alat permainan tradisional, pusaka kuno, mesin jahit klasik hingga pemutar piringan hitam, seakan membawa ke masa lalu.