Mohon tunggu...
Yustinus Hendro Wuarmanuk
Yustinus Hendro Wuarmanuk Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Tamatan Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Masa Reneissance

20 Maret 2015   14:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:22 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock


Penutup

Orientasi pemikiran di zaman Renessaince ini dikenal bersifat “antroposentris” yaitu segala sesuatu diukur menurut ukuran manusia bukan lagi Tuhan. Makan timbul gerakan “Humanisme” yaitu sebuah gerakan yang ingin mengangkat kembali nilai-nilai kemanusiaan. Bila dalam zaman Pertengahan manusia dianggap sebagai “citra Tuhan” sebagai makluk yang paling dekat dengan Tuhan karena dikaruniai akal, konsekwensinya tujuan hidup adalah hidup sesuai dengan aturan dan perintah Tuhan. Maka dalam masa Renessaince, manusia dilihat dalam dua pandangan antroposentris yaitu “naturalistis dan individualistis”.

Rene Descartes (1596-1650), Blais Pascal (1623-1663) dan Baruch de Spinoza(1632-1677). Adalah para pemikir yang berusaha menjelaskan konsep Tuhan dalam terang masa Renesaince (abad ke-13-abad ke-15). Descartes melihat Tuhan sebagai wujud yang sama sekali sempurnah karena ide itu pada dasarnya adalah sempurnah. Pascal menempatkan posisi Tuhan dalam dua pengertian yaitu raison danle couer. Raison hanya mengahasilkan pengetahuan yang dingin, sedangankan le couer memberikan pengetahuan dimana cinta juga mempunyai peranan. Dengan hati kita mencapai kebenaran yang lebih tinggi, terutama kebenaran tentang Tuhan. Sedangkan Spinoza hanya ada satu substansi yaitu Allah. Dan satu substansi itu meliputi baik dunia maupun manusia. Itulah sebabnya pendirian Spinoza ini disebut “panteisme”: Allah disamakan dengan segala sesuatu yang ada.

Daftar Pustaka

Bertens, K. Ringkasan Sejarah Filsafat (Yogyakarta: Kanisius, 1975).

Hadrianto, F. Budi. Filsafat Moderen dari Machiavelli sampai Nietszche (Jakarta: Gramedia, 2007).

Hadiwijono, Harun. Sari Sejarah Filsafat Barat I (Yogyakarta: Kanisius,1980).

Suseno, Franz Magnis. Menalar Tuhan, (Yogyakarta: Kanisius, 2006).

Tjahjadi, Simon Petrus. Tuhan para Filsuf dan Ilmuwan (Yogyakarta: Kanisius, 2007).

Agama-agama Abrahamistik adalah agama-agama yang mengakui Abraham sebagai bapak sekalian bangsa. Diantaranya agama Yahudi, Nasrani dan Islam. Dalam PL Abraham merasa dipanggil secara pribadi oleh Tuhan yang namaNya Yahweh. Yahweh menyuruh Abraham pergi ke tempat lain yang lebih makmur dan akan sejahtera. Dalam PL tempat itu adalah tempat terjanji yang di janjikan Tuhan kepada Abraham. Dengan Abraham, muncul suatu penghayatan ketuhanan baru dalam umat manusia yang kemudian akan menjadi suatu penghayatan khas tiga agama Abrahamistik. Ada tiga unsur penting yaitu :1) unsur personal dimana Yahwe memanggil seorang dan memulai sebuah rencana baru yaitu rencana keselamatan. 2) Yahwe adalah satu-satunya Tuhan. 3) Yahwe bertakta di atas langit dan bumi. (bdk. Franz Magnis Suseno, Menalar Tuhan, (Yogyakarta: Kanisius, 2006) hlm. 37-38.

Dr. Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat I (Yogyakarta: Kanisius,1980), hlm.86.

Ibid., hlm. 47

Pada tahun 800 M., Kaisar Jerman pertama, Karl Agung (Charles Magne, 747-814 M), raja suku jerman Frank dimahkotai oleh Paus, uskup Roma, Batrik Kristianitas Barat dan Uskup tertinggi (“Paus”) seluruh Kristianitas sebagai Romawi.( Franz Magnis Suseno, Menalar Tuhan, (Yogyakarta: Kanisius, 2006) hlm. 46.

Perkembangan seni di Italia dan Eropa ini memuncak pada karya seni dari para seniman ternama seperti Leonardo da Vinci, Michelangelo dan Bernini.

Humanisme modern dibagi kepada dua aliran.Humanisme keagamaan/religiberakar dari tradisiRenaisans-Pencerahan dan diikuti banyak seniman, umatKristengaris tengah, dan para cendekiawan dalam kesenian bebas. Pandangan mereka biasanya terfokus pada martabat dan kebudiluhuran dari keberhasilan serta kemungkinan yang dihasilkan umat manusia.

Humanisme sekularmencerminkan bangkitnyaglobalisme,teknologi, dan jatuhnya kekuasaan agama. Humanisme sekular juga percaya pada martabat dan nilai seseorang dan kemampuan untuk memperoleh kesadaran diri melalui logika. Orang-orang yang masuk dalam kategori ini menganggap bahwa mereka merupakan jawaban atas perlunya sebuah filsafat umum yang tidak dibatasi perbedaan kebudayaan yang diakibatkan adat-istiadat dan agama setempat.

Berikut adalah daftar tokoh besar Renaisans: Bidang seni dan budaya: Albrecht Dührer (1471-1528), Desiserius Eramus (1466-1536), Donatello, Ghirlandaio, Hans Holbein (1465-1506), Hans Memling (1430-1495), Hieronymus Bosch (1450-1516), Josquin de Pres (1445-1521), Leonardo da Vinci (1452-1519), Lucas Cranach (1472-1553), Michaelangelo (1475-1564), Perugino (1446-1526), Raphael (1483-1520), Sandro Botticelli (1444-1510), Tiziano Vecelli (1477-1526). Penjelajahan: Christopher Columbus (1451-1506), Ferdinand Magellan (1480?-1521), Ilmu pengetahuan: Johann Gutenberg (1400-1468), Nicolaus Copernicus (1478-1543), Andreas Vesalius (1514-1564), William Gilbert (1540-1603), Galileo Galilei (1546-1642), Johannes Kepler (1571-1642). (Bdk. F. Budi Hadrianto, Filsafat Moderen dari Machiavelli sampai Nietszche (Jakarta: Gramedia, 2007), hlm. 43.

Orang yang meletakan dasar filosofis untuk perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan adalah Francis Bacon (1561-1623). Orang bangsawan Inggris ini mengarang suatu karya yang bermaksud menggantikan teori Aristiteles tentangn Ilmu pengetahuan dengan suatu teori baru, judulnya Novum Organon. Lih. K. Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat (Yogyakarta: Kanisius, 1975),hlm. 45.

Lih. K. Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat (Yogyakarta: Kanisius, 1975),hlm. 45-46.

Diterjemahkan secara harafiah, perkataan Latin Cogito ergo sum “berarti” saya berpikir, jadi saya ada. Tetapi yang dimaksudkan Descartes adalah dengan “berpikir ilah menyadari”. Jika saya sangsikan, saya menyadari bahwa saya sangsikan. Kesangsian secara langsung menyatakan adanya saya. Dalam filsafat moderen kata “cogito” seringkali digunakan dalam arti kesadaran. (bdk. Ibid., hlm. 47).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun