Bubur Manado atau Tinutuan ternyata juga mengalami perkembangan, tahun 80’an muncul varian baru yang disebut dengan miedal atau Mie plus Peda’al. Bubur Manado atau Tinutuan ditambah dengan mie basah. Dan kemudian tahun 90’an, teman makan tinutuan bertambah, bukan hanya perkedel nike (ikan seperti teri dari Danau Tondano), cakalang fufu goreng dan ikan asin, melainkan juga tahu goreng.
Selain lauk, bubur Manado lebih sedap disantap dengan sambal atau dabu-dabu. Menyantap bubur Manado dengan sambal bakal membuat badan berkeringat. Dulu ketika di Manado saya sering mendengar gurauan, “Nyanda makang kalo nyanda basuar” atau “belum makan namanya kalau tidak berkeringat,”. Makan memang penting, karena itu muncul juga gurauan untuk anak-anak, “Biar jo bodok di sekolah asal pande makang,” atau ‘biar saja bodoh di sekolahan yang penting pandai makan,”.
Ada banyak jenis dabu-dabu untuk teman makan tinutuan. Yang paling popular adalah dabu dabu roa (ikan roa kering) dan sambal bakasang (sejenis terasi cair).
Bubur Manado adalah makanan sehat. Itu disampaikan oleh senior saya ketika mem-briefing saya dan teman-teman sebelum berangkat untuk sekolah di Pineleng, Minahasa. Dia mengatakan jangan melihat modelnya yang maaf kata dia seperti makanan kuda atau ee’ bayi.
Bubur Manado termasuk kategori makanan sehat dan cocok untuk mereka yang diet karena bahan-bahannya lebih banyak sayuran. Tinutuan atau bubur Manado sebenarnya terdiri dari dua yaitu bubur dan sayuran. Bubur dibuat dari sedikit beras, pipilan jagung, labu kuning dan ada pula yang menambahkan ubi kayu. Sementara sayurannya adalah daun gedi, kangkung, bayam, namun ada pula yang menambah dengan sayur paku dan daun pepaya bila suka pahit.
Bubur di masak lebih dahulu, setelah jadi baru ditambahkan sayur. Sayur dimasak dalam bubur tidak lama sehingga terlihat masih hijau dan ‘kriuk-kriuk’ ketika dikunyah.
Dulu bubur Manado adalah makanan untuk sarapan. Namun dalam perkembangannya kini bubur Manado tersedia sepanjang hari. Memasuki tahun 2000-an di Manado ada warung atau rumah makan yang dalam daftar menunya mencantumkan bubur manado. Dan bubur Manado tak identik lagi dengan menu untuk sarapan pagi. Padahal sebelumnya makan bubur Manado di siang atau sore hari bakal dianggap aneh bin ajaib. Warung-warung bubur Manado di Wakeke misalnya jam 11 siang pasti sudah tutup.
Kini selain rica-rica ayam dan bebek, bubur Manado menjadi sumbangan Minahasa dalam khasanah kuliner Nusantara. Jadi tak perlu lagi pergi ke Manado untuk menyantap masakan Minahasa yang kaya rasa. Pertama selain lebih murah juga untuk mencegah agar para laki-laki cukup menyantap bubur Manado saja tanpa mencoba untuk mencicipi bibir Manado.
@yustinus_esha