Mohon tunggu...
Yustinus Sapto Hardjanto
Yustinus Sapto Hardjanto Mohon Tunggu... lainnya -

Pekerja akar rumput, gemar menulis dan mendokumentasikan berbagai peristiwa dengan kamera video. Pembelajar di Universitas Gang 11 (UNGGAS)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Catatan Pemilu Mas Romo 16: #Banjir

28 Januari 2014   13:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:23 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Memasuki pertengahan bulan pertama tahun 2014, banjir serempak mengenangi beberapa wilayah di Indonesia. Yang terparah terjadi di Manado, Sulawesi Utara dan juga beberapa tempat di Ibukota Jakarta. Konon akibat fenomena pemanasan global, iklim memang berubah. Siklus air menjadi lebih pendek. Karena panas air cepat menguap ke angkasa sehingga menimbulkan awan tebal yang kemudian runtuh menjadi hujan yang sangat deras.

Dan karena pertumbuhan pemukiman dan industri yang banyak merubah peruntukkan lahan, maka yang disebut sebagai daerah tangkapan dan resapan air drastis berkurang. Akibatnya air hujan tertahan dipermukaan. Jalan atau saluran untuk mengalirkan air permukaan ke sungai atau saluran yang mengalirkan ke laut juga bermasalah baik dari sisi jumlah maupun kwalitas. Semuanya kini serba dangkal entah karena lumpur maupun sampah. Akibatnya aliran air menjadi tidak lancar dan akibatnya genangan air di tempat yang tak seharusnya menjadi lebih meluas dan semakin tinggi.

Hujan, bagaimanapun juga adalah peristiwa alam, yang mungkin saja karena perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan bisa direkayasa. Namun tetap saja sulit untuk mengarahkan hujan agar hanya jatuh di daerah-daerah yang kecil resiko banjirnya. Namun banjir pada umumnya bukanlah peristiwa alam murni, ada banyak penyebab lain yang merupakan sumbangan dari perilaku manusia maupun kebijakan yang buruk.

Sungai misalnya tidak hanya butuh wilayah untuk badan air, tetapi juga wilayah cadangan yang memungkinkan sungai untuk tetap mengalirkan air secara lancar ketika debit airnya bertambah. Namun wilayah ini kini menjadi wilayah pemukiman, yang tentu saja memberi sumbangan besar sebagai penghambat kelancaran aliran air. Semakin banyak pemukiman, maka semakin banyak pula permukaan tanah yang tertutup material yang menghambat penyerapan air. Akibatnya air tertahan di permukaan.

Sebenarnya sebagian besar masyarakat dan pengambil kebijakan sadar perihal masalah penyebab banjir, namun tak kuasa untuk merubah perilaku, menegakkan aturan dan kebijakan untuk membuat banjir tidak menjadi kejadian yang rutin. Pada sisi lain tak sedikit pihak yang justru memanfaatkan kejadian banjir untuk melakukan pemasaran. Mengambil untung dari kejadian bencana untuk menaikkan citra baik diri maupun kelompoknya.

Bahwa mengambil kesempatan dalam kesempitan adalah soal biasa. Sebab ada pepatah yang mengatakan kesempatan tak akan datang dua kali. Meski begitu, Mas Romo tak habis berpikir akan kenekatan seorang calon wakil rakyat yang menempeli stiker ke paket bantuan yang jelas-jelas berasal dari sebuah departemen.

“Baru calon saja sudah kayak benalu” ujar Mas Romo.

Benalu, memang calon wakil rakyat dengan kelakuan seperti itu pantas disebut Benalu. Ingin terkenal dan dianggap baik namun dengan modal dari pihak lain. Bahwa dalam sebuah kejadian bencana selalu ada orang yang ingin membantu. Lembaga negara juga sudah mempunyai SOP untuk menyalurkan bantuan. Jadi tak perlu ada seseorang yang memunculkan dirinya seolah-olah sebagai yang berjasa untuk mendatangkan bantuan bagi masyarakat.

“Yang Maha Kuasa saja memberi pesan andai tangan kanan memberikan sesuatu kepada orang lain, sebaiknya tangan kiri tak perlu tahu” kembali Mas Romo berguman.

Berbuatlah baik dengan tulus, seseorang dikenal sebagai baik bukan karena mengatakan kepada orang lain bahwa dirinya adalah orang baik.

Pondok Wiraguna, 18 Januari 2014

@yustinus_esha

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun