Mohon tunggu...
Yustinus Sapto Hardjanto
Yustinus Sapto Hardjanto Mohon Tunggu... lainnya -

Pekerja akar rumput, gemar menulis dan mendokumentasikan berbagai peristiwa dengan kamera video. Pembelajar di Universitas Gang 11 (UNGGAS)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Catatan Menjelang Pencoblosan 03 : Belum Punya Pilihan

7 April 2014   17:20 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:58 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemilu sudah di depan mata tapi masih banyak orang belum punya pilihan. Kenapa sampai orang belum punya pilihan, padahal kampanye baik yang resmi maupun yang colongan sudah berlangsung sekian lama. Materi kampanye tersebar atau terpasang dimana-mana, tampang para peserta pemilu bahkan sudah membikin bosan karena menghiasi berbagai sudut pandangan.

“Semua caleg memang memasang alat peraga kampanye, ada wajah, ada juga nama dan kata-kata pemanisnya, tapi tak ada yang saya kenal”, begitu kata seorang kawan.

Padahal sebagian besar yang terpasang wajahnya adalah orang terkenal, kok banyak yang bilang caleg-calegnya nggak ada yang dikenal. Ini mungkin masalahnya, dimana kebanyakan caleg namanya memang dikenal, karena kerap menjadi sumber berita, disebut-sebut oleh media. Orang tahu kalau nama itu adalah pengusaha besar, bekas pejabat, istri atau anak pejabat, incumbent dan lain sebagainya. Namun tetap saja orang merasa tidak mengenal, karena kiprah dan track recordsnya tidak terpublikasikan.

Sayangnya mencoba mengenali seseorang ketika sedang ingin mencapai kedudukan tertentu menjadi amat bias. Semua sekarang ini tentu ingin tampil sebagai orang baik, orang yang mampu mendengarkan atau peduli kepada wong cilik, memperhatikan kebutuhan warga dan peka terhadap penderitaan rakyat. Buktinya banyak yang rajin berbagi, menyediakan jasa mulai dari ambulance hingga pengobatan gratis, rajin menyapa dan berkunjung untuk membangun silaturahmi dengan masyarakat.

Maka tak ada kandidat yang tidak baik saat ini karena semua berusaha untuk peduli pada warga masyarakat, terutama yang di daerah pemilihannya. Jika hanya memperhatikan kepada kebaikan-kebaikan yang sesaat ini maka menjadi teramat sulit untuk menentukan pilihan, karena semua atau rata-rata adalah baik.

Pengenalan sesaat seperti ini tentu saja sebuah pengenalan yang sangat dangkal dan tidak bisa dipakai sebagai bahan pertimbangan. Track records atau rekam jejak sesungguhnya catatan perjalanan panjang seseorang sampai kemudian mencalonkan diri. Nah track records semacam ini yang langka, yang kerap disajikan hanya semacam biodata, yang lagi-lagi bisa menyesatkan atau tak punya relevansi dengan kedudukannya nanti anda memenangkan pemilihan umum.

Dalam pemilu dengan sistem yang sekarang ini kita anut, maka sebagian besar kandidat peserta pemilu adalah sosok politikus dadakan. Orang yang mempunyai perhatian dan pilihan untuk menekuni jalan politik hanya sesaat menjelang pemilu. Maka menjadi wajar apabila rekam jejak mereka dalam politik menjadi amat sedikit dan sulit dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan pilihan.

Dengan kondisi seperti itu maka kampanye yang dilakoni oleh para peserta pemilu kebanyakan adalah kampanye pemilu, kampanye yang ditujukan hanya untuk meraih dukungan sehingga beroleh jumlah yang cukup untuk duduk di kursi tertentu.

Amatlah sedikit kandidat yang melakukan kampanye politik, kampanye panjang jauh sebelum pemilu dan tak hanya  menempatkan seorang kandidat menjadi politikus yang dikenal masyarakat pada saat menjelang pemilu.

Jadi pernyataan kawan yang menyatakan diri belum mempunyai pilihan ditengah lautan iklan kandidat sebenarnya bukan sesuatu yang aneh. Karena sebagian besar kandidat yang meminta untuk dipilih rekam jejaknya tidaklah terang benderang. Sesuatu yang samar-samar jelas saja akan menimbulkan keraguan.

Pondok Wiraguna, 5 April 2014
@yustinus_esha

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun