Mohon tunggu...
Yustinus Sapto Hardjanto
Yustinus Sapto Hardjanto Mohon Tunggu... lainnya -

Pekerja akar rumput, gemar menulis dan mendokumentasikan berbagai peristiwa dengan kamera video. Pembelajar di Universitas Gang 11 (UNGGAS)

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Long Distance Relationship

4 Juli 2014   15:54 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:31 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sewaktu kampung saya baru dialiri listrik, sekitar tahun 1976, di beberapa titik, seperti perempatan atau pertigaan dipasangi lampu besar sebagai penerangan jalan. Saat itu kerap kali saya terheran-heran pasalnya lampu itu hidup dan mati sendiri. Lampu menyala ketika hari mulai gelap dan mati ketika mentari pagi mulai terang.

Keheranan saya itu nanti terjawab dalam pelajaran elektonika dasar. Bahwa ternyata lampu penerangan jalan itu dipasangi saklar otomatis. Saklar itu memakai sensor cahaya, dimana akan menyambung aliran ketika hari gelap dan akan memutus aliran ketika banyak cahaya datang. Sensor yang bekerja dengan ukuran intesitas cahaya itu disebut dengan istilah Light Dependence Resistor atau LDR. LDR tidak hanya dipasang untuk lampu saja melainkan juga bisa dipasang untuk alarm serta keperluan lainnya.

Beberapa tahun ini istilah LDR terkenal untuk urusan lain yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan elektronika. LDR lebih dikenal untuk mengambarkan situasi percintaan antara dua insan yang berjauhan tempat. LDR berarti hubungan jarak jauh atau Long Distance Relationship.

Istilah LDR semakin mengemuka seiring dengan semakin berkembangnya teknologi informasi, komunikasi dan transportasi yang membuat banyak orang menjadi semakin mobile. Ada banyak yang menyebabkan seseorang menjalin hubungan jarak jauh. Pertama karena harus meninggalkan satu tempat ke tempat lain karena tuntutan pekerjaan atau aktivitas lain seperti studi. Kedua komitment untuk menjalin hubungan memang terjadi antara dua orang di tempat yang berjauhan. Kini dengan perkembangan teknologi komunikasi seseorang yang dipisahkan oleh lautan dengan mudah bisa bertemu satu sama lain dengan berbagai cara.

Buat sebagian orang hubungan jarak jauh mendatangkan banyak masalah. Problemnya adalah soal kerinduan, kalau tiba-tiba rindu maka tak bisa berjumpa. Padahal seharusnya tidak karena sekarang bisa saja jarak yang jauh justru mendekatkan, sementara yang dekat justru terasa jauh. Dengan aplikasi video chat seseorang bisa saling bertatap muka meski berjarak ribuan kilometer.

Hanya saja terkadang cinta itu dipandang 50 % percaya dan 50% curigai, jarak yang jauh bisa mengurangi tingkat kepercayaan. Jarak bisa membuat orang menjadi tidak setia dan mendua. Tidak meninggalkan yang lama dan jauh, tapi mencari yang baru yang ada didekat. Padahal fakta membuktikan yang namanya ketidaksetiaan tidak berhubungan dengan jarak melainkan lebih karena niat dan mencari kesempatan.

Kerinduan pada dasarnya adalah bumbu cinta, kedalaman cinta diukur dengan sejauh mana mampu menahan rasa rindu, meski berbalur sedih dan air mata. Namun di balik itu ada harapan akan sebuah perjumpaan yang membahagiakan. Cinta tak selalu gembira, sebab jika cinta hanya ada dalam gembira maka sesungguhnya itu bukan cinta melainkan hura-hura.

Hubungan jarak jauh, merupakan bentuk untuk menakar dan menguji kerinduan. Dan rindu tak selalu berarti kemuraman, bertopang dagu, galau dan uring-uringan. Rindu bahkan bisa menjadi bahan kelakar dan bibit senyuman.

Apa yang menjadi penting, meski hubungan berjarak adalah harus ada sebuah keputusan untuk memuncaki hubungan itu dalam sebuah kebersamaan. Bersama tak berarti sepanjang waktu terus berdampingan, melainkan terjalin sebuah komunikasi yang didasari atas rasa saling percaya dan merasa bahagia atas apa yang dijalani.

Jarak dalam sebuah hubungan justru hiburan, andai kemudian lebur dalam sebuah hati yang tidak menganggap kerinduan sebagai sebuah hukuman. Maka buat mereka yang sedang membina hubungan jarak jauh, jadikan kerinduan sebagai pupuk untuk memompa harapan. Bahwa kelak ada sebuah pertemuan yang membahagiakan karena sudah dinantikan sekian lama.

Pondok Wiraguna, 4 Juli 2014
@yustinus_esha

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun