Mohon tunggu...
Yustinus Sapto Hardjanto
Yustinus Sapto Hardjanto Mohon Tunggu... lainnya -

Pekerja akar rumput, gemar menulis dan mendokumentasikan berbagai peristiwa dengan kamera video. Pembelajar di Universitas Gang 11 (UNGGAS)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Quick Count, Jerman, dan Argentina

11 Juli 2014   17:21 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:39 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya terus memantau perbincangan di linimasa account twitter saya. Dua kubu saling sindir dengan keras, mulai muncul pula kata-kata kasar. Namun tiba-tiba saya harus terbahak karena ada tweet yang memproyeksi hasil pertandingan antara Belanda dan Argentina yang akan dilangsungkan pada dini hari. Kemudian ada pula yang mengatakan semoga hasil pertandingan antara Argentina dan Belanda tidak berbeda. Olok-olok ini muncul karena televisi yang menyiarkan hasil quick count yang berbeda dengan hasil kebanyakan lembaga survey lainnya adalah grup televisi yang punya hak siar piala dunia 2014 di Indonesia.

Saya masih terus tertawa, karena banyak kicauan berikutnya yang tak kalah kocak. Muncul analisis bahwa Belanda akan menang berdasarkan kajian track recordsnya mulai dari babak penyisihan di piala dunia 2014 ini. Argentina memang kurang meyakinkan dibanding Belanda. Kemenangan Argentina selalu diperoleh dengan susah payah dan berbau keberuntungan. Argentina juga dipandang sangat tergantung kepada salah satu pemain bintangnya. Separuh dari gol Argentina untuk sampai semifinal dicetak oleh Lionel Messi.  Melawan Belanda, Argentina memang tidak diunggulkan karena kehilangan salah satu pemain terbaiknya yaitu Angel Di Maria.

Saat pertandingan dimulai, menit demi menit terlihat bahwa Argentina mampu meredam kecepatan Belanda. Ruben jarang terlihat melakukan sprint yang tentu saja akan gagal diimbangi oleh pemain belakang Argentina. Messi pun jarang menunjukkan gerakan yang penuh semangat, lebih sering berjalan kaki dan tak mengejar bola yang lepas dari kakinya. Pemain belakang Argentina kala menguasai bola juga telihat tak cepat-cepat memberi umpan ke depan. Mereka lebih banyak memainkan bola di area pertahanan mereka sendiri. Argentina seperti menjaga agar tak kebobolan sekaligus tak terlihat niat untuk segera mencetak gol. 120 menit berlalu dan tak ada satupun gol sehingga pertandingan harus diakhiri dengan adu pinalti.

Petaka memayungi Belanda, dua tendangan algojonya berhasil di blok oleh kiper Argentina, sementara  4 tendangan algojo Argentina berturut-turut mengoyak gawang Belanda. Tak perlu tendangan ke lima, karena setelah tendangan Maxi Rodrigues yang berhasil ditepis namun masuk ke gawang, pemain Argentina segera berhamburan merayakan kemenangan. 4 – 2 adalah hasil akhir dari drama semifinal yang membuat Belanda hanya berebut tempat ketiga dengan Brasil.

Drama kemenangan Argentina semakin membuat seru lalu lintas kicauan di linimasa. Olok-olok semakin lengkap. Ada yang memperingatkan agar tidak menonton siaran ulang di tv tertentu karena mungkin hasilnya bisa berbeda. Namun yang paling membuat saya tersenyum adalah kicauan yang berbunyi “Perlu 350 tahun bagi Indonesia untuk memulangkan Belanda, namun Argentina hanya butuh waktu 120 menit saja”.

Ah, sudahlah. Buat saya Pemilu Presiden dan Piala Dunia mirip-mirip saja. Ada jagoan yang diunggulkan, ada pertandingan dan penentuan kemenangan, di lapangan dan bilik suara. Hasilnya bisa mengembirakan dan bisa juga memilukan. Pendukung akan bersuka ria kalo jagoannya menang, namun segera akan tertunduk lesu dan meneteskan air mata jika jagoannya keok.

Hanya saja kalo kemenangan atau kekalahan itu dirayakan dengan kreatif mungkin akan menghasilkan keuntungan ketiga yaitu senyum untuk semua. Konon bangsa yang cerdas dan dewasa adalah bangsa yang mampu melahirkan lelucon yang lucu dan beradab. Kreatifitas meski dalam bentuk olok-olok yang semakin baik dan kreatif di jagad internet menjadi pertanda ada cikal bakal lahirnya lelucon yang mampu membuat banyak orang tersenyum meski hati sedang gundah dan dongkol karena kalah.

Dan buat saya satu lelucon terbaik hari ini kala muncul twitpic, dua paus yang satu berasal dari Jerman dan satunya dari Belanda tengah berdoa di Kapel. Ada tulisan masing-masing paus mendoakan timnas negaranya masing-masing dalam final piala dunia. Dan muncul pertanyaan Tuhan akan membela Timnas mana?.

Pondok Wiraguna, 11 Juli 2014
@yustinus_esha

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun