Kalau ada peserta pemilu yang menuduh kecurangan pemilu itu sistematis, terstruktur dan massif, sebenarnya tuduhan yang sama juga bisa dikenakan kepada banyak account di sosial media yang juga memfitnah secara sistematis, terstruktur dan massif. Terlalu banyak account yang mengklaim bahwa sumber informasinya adalah A1 tanpa bukti, terlalu banyak account yang mencomot sana sini, menghubungkan ini dan itu untuk kemudian membuat kesimpulan yang diklaim sebagai sahih. Bahkan untuk mendukung aksinya mereka tega membuat situs-situs tertentu yang seolah-olah adalah situs berita.
Apa yang tersaji di sosial media dalam masa beberapa bulan terakhir ini sungguh mengkhawatirkan. Seorang kawan mengingatkan jangan-jangan ini adalah bentuk kegilaan baru. Kegilaan yang tersembunyi karena tidak nampak di jalur offline. Bisa jadi memang ini penyakit baru, seseorang yang sopan dalam pergaulan sehari-hari ternyata tak senonoh dalam kicauannya di media sosial. Seorang yang sangat hati-hati dalam percakapan tatap muka tiba-tiba menjadi sangat ceroboh di jagad dunia maya. Seorang yang sangat intelek di depan kelas, tiba-tiba kehilangan akal ketika berkicau di twitter.
Semoga fenomena ini bukan sebuah gejala yang permanen. Sebab jika kemudian menjadi permanen maka sosial media sebagai tempat saling berkabar, berbagi cerita yang menyenangkan, informasi yang mencerahkan akan menjadi tempat tersuram dan arena peperangan yang lebih panas dari perebutan lahan di tanah suci sana.
Dongeng itu memang penting, tapi yang lebih penting adalah jangan percaya begitu saja pada dongeng.
Pondok Wiraguna, 2 Agustus 2014
@yustinus_esha
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI