Mohon tunggu...
Yustinus pstty
Yustinus pstty Mohon Tunggu... Relawan - Organisasi massa

Membangun komunitas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kekuatan Relawan dan Membangun Militansi!

22 Februari 2019   10:33 Diperbarui: 15 November 2022   12:55 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Seorang bapak menempuh perjalan jauh meninggalkan keluarga! Para ibu berjibaku melawan sengatan matahari sambil berdiri dan meneriakan yel yel! Bahkan ada yang rela memberikan materi untuk menyokong sesama rekan mereka! Mereka relawan miltan yang tidak digerakan oleh motif ekonomi, lalu apa yang menggerakan mereka?

Dalam kesempatan berdiskusi dengan beberapa rekan, saya mencoba memetakan bergerakanya individu dalam gerakan -gerakan relawan:

1. Afeksi (Perasaan- KBBI : kamus Besar Bahasa Indonesia)

Afeksi adalah perasaan, manusia merupakan mahluk yang memiliki perasaan. Perasaan cenderung memunculkan kelekatan atau yang sebaliknya. Perasaan memunculkan kekuatan emosional, para pencinta kucing dapat dipersatukan karena rasa cintanya menjadi sebuah kekuatan yang besar dan berdampak. Perasaan senasip para ojek on line yang tertindas ojek pangkalan dan pemilik angkutan umum pada masanya, ketika dipersatukan oleh rasa tertindas kini menyatu menjadi kekuatan yang berbalik menekan para penindasnya.

Perasaan akan muncul dalam ruang yang mengakomodir banyak kesamaan dan sebaliknya perpecahan akan muncul karena banyaknya ruang perbedaan.

Artinya tidak semua bisa bersama jika tidak memiliki banyak kesamaan, dan berpisah jika memiliki banyak perbedaan.

Kesamaan dapat terlihat atau disatukan dalam simbol-simbol, simbol segelas cangkir kopi sampai simbol burung garuda.

Simbol yang profan (lawan dari sakral, KBBI) sampai simbol imanen ( imanen di KBBI adalah: berada dalam kesadaran atau dalam akal budi )

Membangun aspek afeksi merupakan keharusan dalam sebuah gerakan. Meski tidak semua orang bisa diakomodir dan direlakan untuk perlahan menjauh menjadi bagian terluar. Perpisahan adalah hal yang biasa dan pada akhirnya menjadi sebuah evolusi terbentuknya pusaran kekuatan yang bergerak dari inti sampai yang terluar. 

2. Banalitas

...tindakan individu  karena adanya massa yang hadir."

-Gustave Le Bon-

Pandangan Le Bon ini sungguh menarik, individu digerakan oleh kehadiran massa. Meletakan individu dalam krumunan massa dapat memberikan pemaknaan baru. Bahasa saya "banalitas sesaat". Sekelompok orang memukuli pecopet dan revolusi prancis merupakan contoh dari apa yang di teorikan oleh Gustave Le Bon.

Banalitas dapat muncul dalam sebuah gerakan besar, gerombolan massa atau kekuatan terstruktur dan terorganisir.

Manusia yang terhisap dalam arus sebuah gerakan memberikan diri dan akal budi dipimpin kekuatan ideologis dan idol.

Mengasah kesadaran dan membagun pertanyaan reflektif adalah upaya "mewaraskan" diri dalam sebuah arus gerakan. Makin besar dan kuat berpotensi memunculkan banalitas. Seperti contoh sebulumnya, para pengemudi ojek oline yang berjuang melakukan perlawanan ketika melakukan kekerasan kepada penindasnya atau bagian yang dianggap penindas tidak merasa bersalah atas tindakan kekerasan yang dilakukan sebagai upaya menekan balik atau menegakan supermasi.

3. Kemerdekaan

Mimpi Paulo freire adalah : masyarakat yang "disandara" menjadi "dibebaskan". Freire dalam memperjuangkan mimpinya digerakan oleh keprihatinan, keprihatinan ini kemudian diupayakan secara sadar dan terencana melalui pendidikan!Freire menyambangi orang-orang yang tertidas di Amerika Latin, ia berupaya menyadarkan masyarakat yang "bisu dan buta", agar Merdeka....itulah panggilan. Panggilan itu dihidupi dengan kesadaran dan dilakukan secara terencana.

Tema utama yang melekakatkan diri dalam sebuah perhimpunan bukan saja pada persoalan proses mencari identitas, membangun kekuatan dan supermasi!  Tapi kesadaran dimerdekakan. Merdeka membuka mata atas realitas yang tidak lagi tunggal. Realitas yang tidak semu. Sadar terhadap apa yang menindas maka perjuang pun akan dimulai.

Saat ini penulis masih  melihat bahwa identitas gerakan massa masih berputar pada ketokohan,  ideologi, keyakinan, politik, bahkan kesamaan pekerjaan dan hobi. Semuanya berpeluang membentuk arus gerakan, gerekan yang arahnya menjadi dua kata yang sangat populer yaitu Quo Vadis. Meski untuk sebagian besar yang dituju bisa juga samar. Berjalan dalam barisan yang tak berujung, untuk sekedar mencari pengakuan, motivasi yang terlalu sederhana dalam gerakanyang rumit dan kompleks. Hal ini merupakan sisi lain yang menggerakan gelombang pergerakan. 

Semoga gerakkan massa menjadi sebuah instrumen yang mampu memiliki peran untuk memerdekakan orang lain dan memanusiakan manusia menjadi arus utama gerakan massa di Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun