Mohon tunggu...
Sriyono Robert
Sriyono Robert Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Harapan besar akan sesuatu yang sudah dimulai

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Filosofi Imlek dan Sejarahnya

30 Januari 2022   20:39 Diperbarui: 30 Januari 2022   20:44 1826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Filosofi/makna Imlek

Pernak-pernik petasan, lampion, barongsai, dan angpao dengan nuansa merah selalu ditemui saat pergantian tahun baru masyarakat Tionghoa. Merah berarti keberuntungan, kesenangan, keberhasilan, dan pembawa nasib baik. Menurut David Kwa seorang budayawan, sekaligus peneliti bahwa bagi masyarakat Tionghoa warna merah menjadi simbol/lambang kebahagiaan. 

Menurutnya bahwa merah merupakan unsur dari 'yang' merupakan simbol dari panas, matahari, dan api yang dapat memberi kebahagiaan. Maka pada saat perayaan Imlek dengan dominasi warna merah  menjadi warna yang selalu ada sebab mereka percaya bahwa akan mendapat kebahagiaan selalu.

Dapat dikatakan bahwa perayaan Imlek hampir sama dengan perayaan tahun baru yang sering diadakan setiap tanggal 1 Januari, tetapi yang berbeda bahwa di dalam Imlek adalah perlengkapan dan isi di dalam perayaan itu. 

Tradisi perayaan disiapkan sebaik mungkin dan diperthankan secara turun-temurun. Perayaan Imlek sebenarnya bukan mau menggambarkan hingar-bingarnya suasana, melainkan sebagai ungkapan syukur atas kehidupan. 

Bagi masyarakat Tionghoa antara simbol dan manusia mempunyai hubungan yang erat, dimana simbol itu muncul dari kerinduan pikiran manusia untuk menggambarkan sesuatu. Simbol tidak terpisahkan dari diri manusia karena dengan symbol manusia bisa mengaktualisasikan dirinya di dunia ini. Ritual dan mitos merupakan sebuah bentuk simbolisasi. Ritual merupakan sebuah pelengkap dari simbol-simbol yang hidup. 

Ritual mempunyai unsur pendukung yaitu mitos (Yunani Muthos, berita atau sesuatu yang dikatakan seseorang). Biasanya merupakan cerita suci yang berkaitan dengan makhluk-makhluk adikodrati. Mitos dan ritual mempunyai kaitan yang tak terpisahkan. 

Maka perayaan Imlek bukan sekadar perayaan tahun baru yang sifatnya euphoria semata, melainkan sebuah ritus yang mempunyai makna mendalam, yakni sebagai ungkapan syukur yang mendalam kepada Yang Maha Tinggi (Thian) atas berbagai berkat yang sudah berlalu, dan berkat itu senantiasa tetap bertambah di tahun yang baru. 

Masyarakat Indonesia, khusunya masyarakat Tionghoa perayaan Imlek menjadi sarana yang membawa kebaikan tidak hanya bagi pemeluknya, tetapi juga diharapkan membawa kebahagiaan dan ketenangan bagi masyarakat umumnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun