Bagi saya, tempat-tempat bernilai sejarah mempunyai keunikan dan sarat akan cerita masa lampau yang menarik untuk didatangi. Keunikan ini berasal dari bangunannya dan tentu saja dari cerita yang terkandung di dalamnya.Â
Secara tidak sengaja, karena memang tidak direncanakan, saya datang ke Kota Tua Surabaya di kawasan Jln. Rajawali, di sekitaran Taman Sejarah dan Jembatan Merah. Untuk menelusuri Kota Tua, maka kendaraan Vespa saya parkir terlebih dahulu. Tenang, sudah ada jukir resmi dari Dinas Perhubungan. Dan di karcis tertera Rp2.000 untuk parkir sepeda motor.Â
Di seberang lokasi parkir berdiri sebuah gedung Eropa dan tertulis De Javasche Bank yang sekarang ini merupakan Museum Bank Indonesia. Saya sih belum pernah menjelajahi ke dalam, berhubung sudah pukul 20.30 maka museum sudah tutup.Â
Penasaran dalamnya seperti apa, saya pun membuka review di Google Maps mengenai Museum De Javasche Bank. Yayaya, boleh lah kapan-kapan akan saya sambangi.
Setelah berfoto sebentar di depan De Javasche Bank, saya melanjutkan berjalan kaki ke Taman Sejarah. Wow, rupanya suasana di sekitar Taman Sejarah begitu ramai.Â
Pemkot Surabaya rupanya memang sengaja membuat lokasi ini menjadi tempat publik bagi masyarakat Surabaya dan sekitarnya. Banyak muda-mudi, anak-anak hingga dewasa yang datang ke lokasi ini.
Sebelum Kota Tua ini diresmikan menjadi tempat wisata sejarah, dulunya suasananya sepi, gelap dan bahkan terkesan angker. Hehehe. Kadang merinding juga jika lewat situ. Mungkin saja makhluk-makhluk yang tak kasat mata memang sudah ratusan tahun menghuni gedung-gedung bergaya Eropa di sana.Â
Tersirat muncul di batin saya, mungkinkah mereka "nggrundel"dan berkata, kok sekarang malam-malam masih banyak manusia yang berkeliaran di sini sih? Mengganggu jam terbang kami saja. Hahaha. Itu hanya kehaluan saya, umpama tahu apa yang "penghuni" katakan.
Di Taman Sejarah terdapat beberapa foto beserta tulisan yang menarasikannya mengenai beberapa peristiwa sejarah yang dialami Kota Surabaya. Sebagai contoh, tulisan dan gambaran mengenai Trunojoyo yang sedang dieksekusi oleh Raja Mataram Amangkurat II, kemudian ada narasi mengenai arti nama Surabaya, ada foto pemukiman pada 1910 di sekitar Jembatan Merah dan Kembang Jepun.Â
Ini menarik, sebab para pengunjung bisa membacanya sembari menikmati malam di Kota Tua. Saat membaca, seolah pikiran saya dibawa kepada peristiwa yang saya baca tersebut. Termasuk saat melihat dan membaca narasi mengenai sebuah replika mobil Buick milik Jenderal Mallaby yang terpampang di depan Taman Sejarah dan berseberangan dengan Gedung International.Â
Tanggal 30 Oktober 1945, Jenderal AWS. Mallaby, Jenderal Inggris yang tewas dalam peristiwa baku tembak antara pejuang kemerdekaan Indonesia dengan tentara sekutu.Â
Pada waktu itu tentara sekutu datang ke Surabaya hendak melucuti tentara Jepang. Tetapi para pemuda Indonesia menaruh curiga bahwa sekutu justru akan membebaskan tentara Belanda yang telah ditawan Indonesia. Rupanya kecurigaan itu benar dan meletuskan perang itu kemudian memuncak pada 10 November 1945.
Saat kaki terasa pegal-pegal setelah mengelilingi Taman Sejarah dan jalan-jalan lain, ga usah khawatir karena ada bangku-bangku di sekitaran taman. Dan apabila kebelet pipis, hehehe, sudah ada toilet juga.Â
Sayang, saya ga coba untuk menggunakan toiletnya. Hmmm, sebenarnya karena takut jorok. Biasa kan kalau tempat-tempat publik, kadang tidak terkontrol kebersihannya.Â
Semoga saja tidak dengan toilet di Taman Sejarah Kota Tua Surabaya ini ya. Di situ juga banyak petugas Satpol PP yang sedang bertugas. Jika memerlukan bantuan, tinggal minta tolong saja kepada mereka.Â
Tak ketinggalan, di seberang Taman Sejarah terdapat sebuah hotel bernama Hotel Arcadia. Hotel bergaya Eropa klasik nan menarik. Meski sudah terlihat usianya renta, tetapi bangunannya masih nampak kokoh dan megah.
Beberapa bagian hotel terlihat dalam proses renovasi. Saya bayangkan, keramik di dalam hotelnya pasti terbuat dari marmer yang tebal, mungkin saja ada yang bermotif kembang.Â
Ranjangnya akan terasa sangat klasik, kamar mandi yang otentik serta suasana kamar yang seolah kembali ke masa lampau. Tetapi sayang itu hanya bayangan saya karena tidak bisa masuk ke dalam hotel kecuali check in dan payment. Haha.Â
Rupanya malam sudah menunjukkan pukul 21.30 WIB. Sebenarnya belum puas mengexplore ke setiap sudut kota tua. Saya datangnya terlalu malam sih, jadi ya waktu terbatas karena sudah ngantuk. Hehe.Â
Semoga next bisa mengeksplorasi titik-titik lain yang tadi belum sempat terjamah. Tetap lestari Kota Tua Surabaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H