Greatest Memory, Dari FM Menjadi Podcast
Aku masih ingat, ketika masih segar-segarnya menjalani masa-masa SMA, masih ranum-ranumnya menjadi gadis remaja, aku rajin mendengarkan radio. Mendengarkan suara-suara merdu para penyiar dan tentu saja lagu-lagu hits pada masa itu, tahun 2000-an.Â
Lagu-lagu hits itu menemani masa-masa ku mengerjakan PR fisika atau kimia yang kadang bikin mumet. Apalagi ketemu matematika. Aduh, sepertinya aku sebenarnya salah masuk IPA. Haha.Â
Menjelang malam, mata sudah mulai meredup, apalagi semangat belajar sudah hilang, saatnya meringkuk di kasur, berselimut sampai ke leher dan mematikan lampu. Tentu saja, radio masih kuputar sebagai pengantar tidur dan mengiringi imaji serta memori yang menari-nari dalam kepala.Â
Waktu itu ada sebuah siaran di mana penyiarnya membacakan surat dari pendengar yang berisi kisah-kisah percintaan dan kehidupan. Greatest Memory namanya, mengudara di Yasika FM Jogja. Ulala. Saat penyiar membacakannya, selalu disisipi dengan mengucap kata "Memori", kemudian dilanjutkan dengan menarasikan kisah dari para pendengar.Â
Musik yang mellow menggertak hati selalu mengiringi pembacaan narasi. Kisahnya pun beragam. Mulai dari pacarnya selingkuh, pacaran yang tidak disetujui orang tua, pacaran yang putus nyambung, pacaran yang makan teman, pacaran jarak jauh, kehidupan yang jatuh bangun dan sebagainya. Â
Lewat suara penyiarnya yang merdu dan begitu menghayati dalam pembacaan narasi, ditambah dengan music yang mendayu dari Arastoo Saadati -- Sandy Beach , membuat pendengar ikut hanyut dalam kisah-kisah tersebut. Aku pribadi seringkali merasa pilu, ingat akan kisahku sendiri.Â
Tapi tak sempat ku kirim kisah ke radio tersebut. Aah. Hehehe. Udara dingin di Jogja kala itu membuatku semakin larut. Kucoba buka-buka media social radio tersebut, rupa-rupanya sekarang bertransformasi menjadi sebuah podcast, @greatestmemories_id.
Sebuah trobosan hasil dari perkembangan teknologi digital yang menarik. Ini dia salah satu cara untuk mempertahankan geliat radio di masa kini. Memakai digitalisasi tapi tetap mempertahankan apa yang menjadi tema siaran favorit dari radio tersebut.Â
Bagiku yang saat ini sudah tidak stay di Jogja, kalo kangen ya tinggal klik podcast mana yang ingin didengar.
Laporan Situasi Jalan Dari Pendengar Setia
Kalau Anda tinggal di seputaran Surabaya, Sidoarjo, tentu tak asing dengan  siaran radio Suara Surabaya yang mengudara di 100 FM. Begitu pun denganku yang saat ini sudah berpindah dari Jogja kemudian tinggal di Sidoarjo, "meninggalkan" Greatest Memory untuk mencari rejeki. Hehehe.Â
Siaran ini tentu bermanfaat bagi para pengguna jalan di Surabaya dan sekitarnya, sebab informasi mengenai kondisi jalan saat itu bisa menjadi acuan untuk berkendara di jalanan.Â
Pendengar menelepon penyiar kemudian menginformasikan kondisi yang sedang dia lihat dan alami , misalnya kemacetan, jalan rusak, jalan alternative atau kecelakaan lalu lintas. Bahkan beberapa waktu yang lalu sempat terjadi di mana seorang pendengar melaporkan kehilangan mobilnya ke radio Suara Surabaya, kemudian didengar oleh para pendengar lain dan sebuah mukjizat bahwa mobil tersebut bisa ditemukan.Â
Para pendengar lain rupanya mendengarkan betul bagaimana deskripsi mobil (nomor plat, merk, model) yang hilang tersebut, melacaknya dan rupanya berhasil ditemukan.Â
Sungguh hebat, lewat gelombang radio, informasi yang actual bisa membantu orang lain yang sedang membutuhkan bantuan. Hanya lewat suara, imaji kita mengudara, kemudian divisualisasikan dan dipantulkan nyata di depan mata kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H