Mohon tunggu...
Yustina Septiyarini
Yustina Septiyarini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswi di salah satu universitas di Jogja dan saya juga berasal dari jogja.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sedikit Mengulik Buku "Sekolah Impian untuk Anak-Anak Kita" Karya St. Kartono

27 Mei 2024   15:35 Diperbarui: 27 Mei 2024   17:04 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap orang tua tentu menginginkan pendidikan yang terbaik untuk putra-putri mereka, dan  salah satu cara mendapatkan pendidikan terbaik adalah dengan memilih sekolah yang bermutu.

Oleh: Yustina Septiyarini

27 Mei 2024

 

Buku berjudul Sekolah Impian untuk Anak-anak Kita karya St. Kartono nampaknya sangat cocok untuk dibaca orang tua yang masih memiliki putra-putri di bangku sekolah. Kata-kata yang dituliskan cukup menggelitik karena membahas fakta-fakta yang ada di sekolah dan terkadang tidak semua orang awam mengetahuinya.

Buku yang dibagi menjadi tiga bagian ini memiliki 25 daftar butir impian yang sangat relate jika kita pernah mengalami bangku sekolah. Penulis cukup lihai dalam mengelompokkan butir-butir impian ke dalam setiap bagiannya sehingga pembaca pastinya tak merasa bingung atau kesulitas.

Pada bagian satu yang diberi judul Apa yang Dihidupi oleh Sekolah Tersebut?, saya sebagai pembaca sangat tertarik pada butir kedelapan sebagai butir terakhir dari bagian tersebut karena membahas toilet sekolah. Di dalam butir tersebut, saya menemukan kalimat banyak pihak menjadikan toilet sebagai wajah sebuah sekolah. Namun pada kenyataannya, banyak sekolah yang memiliki toilet kurang layak dan tidak memenuhi standar yang ada. Hal ini tentunya menjadi keprihatinan bagi beberapa pihak. Selain itu, penulis juga menuliskan bahwa terkadang toilet sebagai tempat bullying dan itu memang sesuai fakta yang ada.

Beralih pada bagian kedua yang membahas mengenai guru. Saya cukup serius ketika membaca kalimat yang intinya, terkadang guru selalu menyalahkan muridnya dan menganggap muridnya kurang pintar ketika muridnya itu tidak dapat memahami materi yang diajarkan kepadanya. Bagi saya, ini menjadi salah satu fakta yang tidak dapat kita pungkiri bahwa untuk mempertahankan kredibilitasnya, guru seringkali membuat cerita bohong untuk menjaga nama baiknya. Padahal pada kenyataannya, keberhasilan dan kemampuan seorang guru dalam mengajar dilihat dari keberhasilan peserta didiknya.

Kemudian pada bagian terakhir yang hampir sama seperti dua bagian sebelumnya, penulis mencantumkan mengenai keutamaan hidup yang diajarkan oleh sekolah. Bagian ini menurut saya sangat menarik karena sekolah memang bukan hanya tempat untuk mengajarkan pendidikan formal namun juga sebagai tempat untuk memberikan pendidikan informal agar siswa memiliki karakter baik sesuai dengan kebutuhan masyarakat maupun dunia kerja.

Itulah beberapa ulasan mengenai buku ini. Kesimpulannya banyak orang tua yang menginginkan sekolah impian, namun terkadang tidak semua yang kita harapkan itu sesuai dengan realita yang ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun