OLEH
YUSTI MASMAGRIBI
Mahasiswa Sejarah Peradaban Islam Universitas Kh. Ahmad Shidiq Jember
Pendahuluan
Bagaimana mungkin penyusunan pemikiran agama dapat terjadi ? ini adalah pertanyaan penting pada pemusyawaratan organisasi islam indonesia yaitu muhammadiyyah atau bisa di sebut tanwir ( reanaisstance ) dalam ajaran ke islaman. Praktis bisa dikatakan bila waktu kurun kurang lebih antara abad pertengahan sampai abad ke 19 ( pada masa kesulitan ummat islam ). Kemudian muncul Gerakan intelektual Ketika pada masalah perbedaan pandangan, perbedaan pola piker, perbedaan pendapat, perbedaan faham dan perbedaan yang biasanya menimbulkan perpecahan, salah satu faktanya ialah islam muncul berbagai banyak golongan pada dasarnya hanya membahas perkara haram halal, pada saat itu karya intelektual bisa di katakana mencangkup pembahasan tentang di siplin ilmu
Hal demikian, menurut para pencerah yaitu hanya berhenti di situ atau bisa dikatakan hanya mengetahui pengetahuan yang lama tanpa mengikuti suatu perkembangan pada masa yang seharusnya di ketahui dan di pelajari biasanya hal ini di sebut jumud, menurutnya ilmu ilmu islam ialah bagaimana ilmu yang ada hanya di ulang ulang saja yang kemudian hanya melahirkan ilmu yang ikut ikutan tanpa mengetahui sebab dan arah tujuan yang semestinya padahal pada masa itu ada beberapa ilmuan muslim seperti Taftazani, Ibnu Taymiyyah, Al Jurjani, Suyuti dan beberapa lainnya seoalah olah hal demikian hanya sebuah keadaan situasi tertentu yang tidak seharusnya berkembangÂ
Pada saat bangsa barat mulai berkembang maju yang begitu pesat melalui rasionalismenya yang salah satunya mengambil spiritnya ilmuan muslim, melalui ibnu Rusdy yang pada akhirnya di kembangkan oleh Thomas Aquinas yang menawarkan pemikiran aris toteles, justru ummat islam terbawah ke arah khayalan, ajaran ajaran pantangan dan larangan, dan pemujaan kepercayaan yang menyimpang di dalam ajaran agama islamÂ
Muncullah para intelektual pembaharu yaitu salah satunya Muhammad Abduh yang memiliki misi untuk melepaskan ajaran islam yang telah merasuki pemikiran pemikiran umat islam yang berupa khayalan, hanya karangan semata dan kegiatan peribadatan ataupun pengetahuan yang sangat menyimpang dengan ajaran islam. Salah satu faktor pembaharuan yaitu umat mau mengimbangi atau memaksimalkan kemampuan berfikir pada akalnya. Adapun permasalahan yang muncul dan menghadang di saat para intelektual berdakwah, umat yang pola pikirnya hanya ikut ikutan yang tidak ingin di masuki pengetahuan baru yang sesuai perkembangan telah di rasuki aqidah yang keliru
Maka yang di butuhkan, Kembali lagi atau mengarah pada pendapat Abduh adalah dengan merekontruksi ilmu kalam, sebab ilmu kalam ialah ibunya syariat dan bagi lelaku, jadi sangat menjadi sebuah tumpuan bisa di ibaratkan pada sebuah bangunan apabila dasarnya kuat maka sebuah bangunan tersebut akan berdiri sangat baik
Ilmu dan agama merupakan sebuah pasangan yang sangat di butuhkan bagi kehidupan manusia dengan kata lain ilmu merupakan sebuah kebutuhan untuk menjadi penjawab, pemecah dan penyelesaian di berbagai macam permasalahan yang di hadapi manusia di dalam eksistensinya. Secara epistemologis ilmu dan agama merupakan jenis pengetahuan yang di miliki manusia seperti : mitos,ideologi dan seni. Pemahaman dan Penghayatan yang baik atas ilmu dan agama maupun pengetahuan yang lainnya akan membuka mata kesadaran manusia bahwa sifat realitas itu plural karena masing masing memiliki metode dan logika sendiri di dalam hal yang realitas.
Agama, Akal Dan pertentangan Keduanya