Mohon tunggu...
Yustika Umami
Yustika Umami Mohon Tunggu... Lainnya - Monokrom

Hai!

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Keluh Kesah Mahasiswa Mengenai Perkuliahan Daring Selama Pandemi

25 Oktober 2020   00:10 Diperbarui: 25 Oktober 2020   00:44 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Penulis: Yustika Umami (Mahasiswa Prodi Bimbingan Penyuluhan Islam, Fakultas Dakwah Dan komunikasi Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang).


Di tengah maraknya penyebaran SARS-CoV-2 atau biasa disebut COVID-19, saat ini banyak Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) mulai mengganti perkuliahan tatap muka dengan kuliah jarak jauh atau daring.

Banyak mahasiswa mulai mengeluhkan proses perkulihan yang dilakukan secara daring. Namun suatu keharusan untuk menerapkan kebijakan kuliah jarak jauh. Sebab kita tidak pernah tahu manusia-manusia mana yang sedang atau bahkan telah terjangkit COVID-19.

Perkuliahan daring yang mulanya ditetapkan hanya dua pekan yaitu pada pertengahan bulan maret 2020, kini terus diperpanjang hingga akhir tahun ajaran semester genap 2019/2020.

Perpanjangan kuliah daring diharapkan dapat mencegah penyebaran virus COVID-19 di lingkungan sivitas akademika. Mengingat hal tersebut sejalan dengan himbauan langsung dari Presiden Republik Indonesia,Ir. H. Joko Widodo.

Sudah banyak Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang mulai menetapkan perpanjangan kuliah jarak jauh tersebut, Diantaranya adalah Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang. Sesuai dengan surat edaran Rektor Prof Dr Imam Taufiq M. Ag dengan Nomor: B1630/Un.10.0/R/HM.00/03/2020 tentang edaran pencegahan COVID-19.

Bentuk kebijakan ini diambil sebagai salah satu wujud dalam upaya pencegahan penyebaran COVID-19 di lingkungan UIN Walisongo Semarang, pihak rektorat menetapkan perpanjangan kuliah jarak jauh. Hal tersebut mengacu oleh Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jendral Pendidikan Islam Kementrian Agama dengan Nomor 697/03/2020. 

Dengan keadaan yang genting ini, mau tidak mau seluruh Mahasiswa harus menerima dan melaksanakan apa yang sudah jadi keputusan bersama.

Namun tidak bisa dihindari bilamana dalam keputusan pelaksanaan kuliah daring ini banyak menuai pro dan kontra. pasalnya tidak semua mahasiswa mampu memahami penyampaian tugas maupun materi yang diberi oleh kampus, termasuk di UIN Walisongo Semarang sendiri yang dinilai masih kurang perihal pelayanan daring yang diberikan oleh dosen terhadap mahasiswa.

Merespon persoalan pro dan kontra, Mahasiswa yang merasakan dampak secara langsung dari pelaksanaan kuliah daring pun turut serta menyampaikan pendapatnya.

"Kuliah jarak jauh merupakan sebuah jalan keluar dosen Mungkin agar perkuliahan tetap bisa berjalan meskipun banyak kekuranganya. Dan satu hal yang paling saya kurang sukai adalah ketika saya bertanya tetang tugas, saya kurang mendapatkan feedback yang baik dari dosen ", kata Alfina Usri, salah satu Mahasiswa program studi Bimbingan Penyuluhan Islam, Fakultas Dakwah Dan Komunikasi.

Selain Alfina Usri, Mahasiswa program studi Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi yaitu Adelia mengatakan "Dengan system kuliah daring ini mahasiswa bisa lebih mudah melakukan perkuliahan, meskipun terhalang jarak dan bisa dilakukan dengan pekerjaan lain, misalnya seperti membantu orang tua, dll, selain itu dengan kuliah daring seperti ini menurutnya bisa menjadikan para mahasiswa lebih disiplin dalam hal pengumpulan tugas, mengingat tugas ini menjadi acuan standar nilai mata kuliah, sehingga mau tidak mau mahasiswa harus bisa disiplin".

Akan tetapi bertolak belakang dengan dua mahasiswa diatas. Yakni Alfi Khiya Mahasiswa Program Studi Manajemen Haji dan Umroh, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, mengungkapkan bahwa "system pelaksanaan kuliah jarak jauh ini dinilai tidak efektif dan membuat mahasiswa terbebani . Bagaimana tidak, fisik dan mental juga sangat terdampak yang kemudian membuat mahasiswa banyak sambat, sedih, galau, bingung dan bahkan stres. selain itu metode kuliah daring yang dilaksanakan ini menguras banyak kuota internet serta menambah banyak pengeluaran untuk membeli kuota internet. dan terkadang juga jaringan sinyal tidak stabil yang membuat mahasiswa terkadang tidak bisa mengikuti perkuliahan daring."

Hanyra salah satu mahasiswa Program Studi Bahasa Inggris, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan juga menganggap bahwa "Sebenarnya mahasiswa dan dosen dinilai masih belum siap. Apalagi mahasiswa yang tempat tinggalnya jauh dari pusat kota, atau akses internet yang sulit digunakan ketika melakukan daring dan dosennya nya di kuliah online cuma ngasih tugas, atau mahasiswa disuruh beropini tetapi tidak ada interaksi yang intens di kuliah online ini".

Berbagai pandangan lainpun juga banyak di ungkapankan oleh mahasiswa lain, yang rata-rata banyak mengalami keluh kesah dan lebih memilih melakukan kuliah di dalam kelas yang di nilai lebih mudah dan menyenangkan, Tidak merasa kebosanan dengan sistem ini, banyaknya tugas yang diberikan dosen, dan adanya kerinduan untuk berjumpa dengan kawan-kawan serta ingin merasakan kuliah tatap muka yang menurut mereka sangat membantu dalam memahami ilmu secara efektif.

Berbicara masalah efektik tidaknya, menurut saya kurang efektif karena harus menerapkan metode baru dan adaptasi dengan suasana yang baru. Koneksi yang terbatas jarak dan ruang ini menjadi kendala untuk mahasiswa memahami materi yang disampaikan. Selain itu juga, suasana debat di dalam kelas menjadi tidak terasa, meski di ruang chat juga bisa debat, tetapi kondisi tukar pikiran antara mahasiswa yang mengeluarkan kekritisannya menjadi kurang terasa.

Meski banyak kendala dalam pelaksanaan kuliah daring, kita sebagai mahasiswa tidak bisa menolak. Bagaimana lagi cara kita untuk tetap bisa belajar dan melanjutkan perjuangan perkulihan ini. Kondisi yang semakin pandemik ini menjadikan kuliah daring sebagai solusi supaya kita tetap jaga jarak.

Memutus rantai penyebaran Covid-19 merupakan tugas kita sama-sama sebagai manusia dan juga untuk kelangsungan hidup yang normal kembali.Tidak perlu berkeluh kesah, hanya kerjakan apa yang sudah diberikan bapak/ibuk dosen. Mereka juga punya keluh kesah, menyambi mengurus rumah tangga. Mereka menjalankan tugasnya sebagai seorang tenaga pengajar, kita sang pelajar juga harus menjalankan tugas kita sebagai mahasiswa.

Kepada bapak/ibu dosen, kami sebagai mahasiswa berharap kalian bisa memaklumi kendala yang kami rasakan. Meski masa pandemi, belajar tetap bisa kita lakukan.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun