Mohon tunggu...
Money

Studi Kelayakan Teknis dan Ekonomi Rencana Pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kabupaten Buleleng

15 Desember 2017   17:01 Diperbarui: 15 Desember 2017   17:40 1580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan rujukan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Permasalahan keterbatasan akses dan pemerataan sarana pelayanan rumah sakit saat ini tidak hanya didominasi daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan tetapi juga ditemui juga pada daerah perkotaan di mana daya tampung rawatan rumah sakit tidak sebanding dengan jumlah penduduk di sekitarnya.

Kondisi ini sering membuat persaingan tidak sehat pengguna jasa rumah sakit dalam mendapatkan kesempatan prioritas pelayaann yang akhirnya masyarakat tidak mampu menjadi pihak yang sulit mendapatkan pelayanan kesehatan dengan segala keterbatasannya. Dalam rangka meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan rumah sakit di daerah tertinggal, perbatasan, kepulauan, daerah bermasalah kesehatan, daerah pemekaran baru dan daerah dengan tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi, dimana belum tersedianya fasilitas kesehatan tersebut atau sarana pelayanan yang ada masih belum dapat memenuhi kebutuhan daerah tersebut, maka dilakukan kerjasama antara pemerintah dengan pemerintah daerah untuk menyediakan sarana pelayanan kesehatan rumah sakit yang bermutu dan melayani seluruh lapisan masyarakat.

Rumah Sakit Tipe D Pratama merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan akses pelayanan kesehatan di daerah tersebut. Rencananya rumah sakit tipe D pratama ini akan dibangun di Kota Seririt Kabupaten Buleleng. Lokasi peruntukan rumah sakit merupakan lahan yang sangat baik jika dikembangkan. akan tetapi dalam pengembangan suatu kawasan tidak terlepas dari berbagai faktor sebagai bahan pertimbangan yang menunjang perkembangan tersebut.

Factor yang dapat menjadi suatu pertimbangan antara lain factor lingkungan, factor social ekonomi, factor kependudukan, factor infrastruktur, factor daya dukung dan daya tampung dan factor kelembagaan dan pembiayaan. Selain itu aspirasi masyarakat terhadap perencanaan pembangunan serta kemampuan lokasi tersebut terhadap daya serap dan daya tarik terhadap masyarakat,juga menjadi bahan pertimbangan.

Dalam studi kasus ini penelitian silakukan uji kelayakan ekonomi dari rencana pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama di Kabupaten Buleleng Bali. Uji kelayakan ekonomi tersebut mempertimbangkan rencana investasi dan sumber dana, proyeksi pendapatan dan biaya, proyeksi cash flow, nilai break even point, nilai internal rate of return, nilai net present value.

Dalam rencana investasi dan sumber dana pembangunan Rumah Sakit Tipe D acuan yang digunaan sebagai dasar perhitungan adalah dari Permen PU No. 45/PRT/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan bangunan Gedung Negara, SEB (Surat edaran bersama) Bappenas dan Direktorat Jenderal Anggaran, Departemen Keuangan Nomor : 654/D.VI/02/1998, SE -- 36/A/21/0298 tanggal 10 Pebruari 1998. Rencana investasi dan sumber dana ini nantinya untuk memenuhi keseluruhan biaya yang dibutuhkan dalam pembangunan Rumah Sakit Tipe D Pratama yaitu antara lain untuk biaya konstruksi dan biaya utilitas, biaya landscaping termasuk pedestrian way, biaya furniture, biaya pengelolaan proyek, biaya perencanaan konsultan.

Sumber pembiayaan dalam pembangunan rumah sakit ini dibagi menjadi dua yaitu konvensional dan non konvensional. Untuk konvensional sendiri pembiayaan di peroleh dari APBN (Kementrian Kesehatan), PAD Kabupaten Buleleng, pajak dan bentuk pendanaan lainnya berdasarkan peraturan perundang -- undangan yang berlaku. Sumber pembiayaan konvensional dari Kementrian Kesehatan dan APBD Buleleng dengan proporsi 18,72%, total dana adalah 39,5 milyar dengan rincian Menteri Kesehatan 24,5 milyar, APBD Buleleng 15 milyar.

Untuk sumber pembiayaan non konversional di dapat dari kerja sama antara swasta dengan pemerintah (private-public partnership) dimana tanggung jawab dan kepemilikan perusahaan (bentuk usaha yang dibuat) ditanggung bersama dalam hal penyediaan pelayanan infrastruktur. Dari berbagai sumber pembiayaan dapat di implementasi kan dengan sumber pembiayaan konvensional dari Kementrian Kesehatan dan APBD Buleleng dengan proporsi 18,72%, total dana konvensional adalah 39,5 milyar dengan rincian dana konvensional adalah 24,5 milyar dari Kementrian Kesehatan dan 15 milyar dari APBD Buleleng. Dana yang harus dipenuhi adalah 33 milyar. Dana investasi keseluruhan adalah 147 milyar, sehingga sumber dana non konvensional yang dibutuhkan adalah 107,5 milyar.

Referensi:

  • Departemen Kesehatan RI. Analisis Pembiayaan Kesehatan yang Bersumber dari APBN -- Pusat Selama Pelita VI (1994/1995-1998-1999). Biro Keuangan Departemen Keshatan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun