Mohon tunggu...
yustie amelia
yustie amelia Mohon Tunggu... -

ibu rumah tangga yang nyambi jadi pelayan masyarakat di puskesmas

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Cerita di Balik Tembok Rumah Sakit ^^

14 Juni 2013   16:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:01 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ya betul, dulu saya sering kesel kalo denger berita ada pasien yg ditahan nggak boleh pulang dari rumah sakit karena nggak punya uang.

Ya betul, dulu saya sering geram kalo denger berita pasien jamkesmas yg diperlakukan tidak layak (katanya)

Tapi, menjadi bagian dari pelayanan itu beberapa bulan terakhir, cukup membuat saya beristighfar atas banyak prasangka dan omelan yg telah saya lontarkan.

Ya..saya bekerja di Rumah Sakit Pemerintah yang hampir 80% pasiennya adalah pasien menengah ke bawah. Bahkan di rumah sakit ini kami tak mengenal diskriminasi ruangan (alias semua ruangan kelas 3 ^^. Kelas 2 ada si, tp biasanya ttp berfungsi sbg kelas 3 krn tuntutan keadaan =)

Tidak penting bagi kami pasien mampu bayar atau tidak, yang kami pikirkan bagaimana mereka tertangani. Tapi, jika ruangan penuh, kami pun tak bisa berbuat banyak. Kapasitas ruangan kami terbatas.

Cukup sering kami menerima pasien yang hanya membawa beberapa lembar uang puluhan ribu bahkan mengaku tak bawa sepeserpun. Berkali kali juga saya menyaksikan kebesaran hati bapak petugas administrasi yg tidak mempersulit pasien memperoleh status (rekam medik), kerelaan bapak sopir ambulan yang rela tidak dibayar mengantarkan pasien ke tempat rujukan, bidan dan perawat non pns yang bekerja sukarela dan selalu berusaha tetap tersenyum dengan pasien jenis apapun, juga kesangatmurah hatian ibu petugas administrasi sampai sampai pasien yang datang dgn status umum tetap diijnkan mengurus surat keterangan miskinnya meski sudah lewat waktunya.

Itu semua benar Benar saya saksikan

Bukan berarti di tempat kami tidak ada cerita pasien yang ditahan tidak boleh pulang karena masalah administrasi. Tapi, jika boleh saya menyajikan satu contoh saja kejadian terbaru. Kemarin ada seorang ibu dengan PEB (keracunan kehamilan)hamil ke 6, dengan pembukaan aktif, mengaku tak mampu (sptnya memang jujur tak mampu), tak punya pula surat surat. Tentu saja secara administratif ibu tsb tak bisa bersalin di tempat kami. Tapi, tak mungkin pula kami mengijinkan ibu itu pulang. Merujuk ke tempat lain pun tak mungkin sempat. Akhirnya, dengan acc petugas adminitrasi, ibu tsb boleh ditolong di rumah sakit ini, dan keluarga akan diberi waktu untuk mencari biayanya. Yang pastinya untuk mencari uang itu perlu waktu....

(mungkin orang lain akan bilang pasien tsb ditahan tak boleh pulang krn tak bisa bayar. Tapi, kami bisa bilang, "ya,betul, pasien itu kami tahan tidak boleh pulang krn dia pasti akan melahirkan dgn tidak aman d rumah ..")

Ada juga pasien yg tak punya uang, dengan kondisi gawat janin, ibu harus segera dioperasi. Suaminya sempat bingung, bahkan ingin membawa pulang istrinya, tapi kami tahan. "biar pak, ga usah mikir uang dulu, yg penting ibu dioperasi ".. akhirnya pasien memang tertahan agak lama untuk pulang karena urusan administrasi.

Tapi, kami pikir lbh baik ibu itu lama di RS setelah ditolong, daripada kami biarkan pulang saat itu krn tak mau operasi. Walaupun mungkin jika ada media yg tahu, beritanya pasti akan menyudutkan kami.

Hhh..Apa adil kalo semua hanya menyalahkan rumah sakit saja pada kasus ini. Rumah sakit juga perlu biaya operasional, perlu biaya untuk menggaji petugas petugas nya yang juga perlu menghidupi keluarganya. RS juga bukan pabrik obat, jd tetap perlu persediaan obat yg di Indonesia ini entah kenapa harganya mahal mahal.

Anda boleh bilang, kan ini RS pemerintah, petugasnya kan PNS yg sudah digaji pemerintah. Tapi kami akan jawab, jika RS ini dipaksa bekerja dengan petugasnya yang PNS saja, akan semakin banyak pasien yang tidak mampu yang tak tertangani karena kami tak bisa melayani banyak pasien.

Atau mau bilang, "Kan kalo pasien gakin, ada penggantian?". Ya memang ada, tp sistem dan mekanisme klaimnya menurut saya sangat jauh dr ideal. (RS tetep nombok u kasus tertentu). Ah.. Tapi itu nggak terlalu penting buat dibahas disini.

Kembali ke topik... Sungguh, kami tidak ambil pusing apakah pasien tsb pasien jamkesmas, gakin, surat surat atau bukan.

Tapi, tolong mengerti... Kami juga manusia biasa.

Jika ada pasien datang, cerewet, bawaannya nuduh kalo kita kerja nggak serius, atau menuduh kalo kita membeda bedakan status pasien, terus berprilaku agresif, marah marah atau tidak koperatif dengan rencana terapi dan tindakan yang diperlukan...

Duh..maaf

Maaf saja... Kami juga manusia. Yang tetap ingin diprasangka baiki. Yang akan semakin tersenyum jika anda pun datang kepada kami dengan senyum.. Hehe..

hmmm..mungkin disinilah seninya. Namanya pasien pasti sakit, jadi kami kami yang sehat ini memang harus punya banyak persediaan ruang ruang pengertian kali ya.

Tapi, kalo ada keluarga pasien ikut2an ga waras, ribut2, cerewet, apalagi berstatus jamkesmas tp datang dengan rambut warna warni, pake blackberry dan diantar pake Honda Jazz... Maaf maaf aja ya, kalo kita juga akan rada rada "ganas" sama jenis keluarga pasien yg begini. =)

yah..begitulah sepenggal cerita di balik tembok rumah sakit kami ^^

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun