Hhh..Apa adil kalo semua hanya menyalahkan rumah sakit saja pada kasus ini. Rumah sakit juga perlu biaya operasional, perlu biaya untuk menggaji petugas petugas nya yang juga perlu menghidupi keluarganya. RS juga bukan pabrik obat, jd tetap perlu persediaan obat yg di Indonesia ini entah kenapa harganya mahal mahal.
Anda boleh bilang, kan ini RS pemerintah, petugasnya kan PNS yg sudah digaji pemerintah. Tapi kami akan jawab, jika RS ini dipaksa bekerja dengan petugasnya yang PNS saja, akan semakin banyak pasien yang tidak mampu yang tak tertangani karena kami tak bisa melayani banyak pasien.
Atau mau bilang, "Kan kalo pasien gakin, ada penggantian?". Ya memang ada, tp sistem dan mekanisme klaimnya menurut saya sangat jauh dr ideal. (RS tetep nombok u kasus tertentu). Ah.. Tapi itu nggak terlalu penting buat dibahas disini.
Kembali ke topik... Sungguh, kami tidak ambil pusing apakah pasien tsb pasien jamkesmas, gakin, surat surat atau bukan.
Tapi, tolong mengerti... Kami juga manusia biasa.
Jika ada pasien datang, cerewet, bawaannya nuduh kalo kita kerja nggak serius, atau menuduh kalo kita membeda bedakan status pasien, terus berprilaku agresif, marah marah atau tidak koperatif dengan rencana terapi dan tindakan yang diperlukan...
Duh..maaf
Maaf saja... Kami juga manusia. Yang tetap ingin diprasangka baiki. Yang akan semakin tersenyum jika anda pun datang kepada kami dengan senyum.. Hehe..
hmmm..mungkin disinilah seninya. Namanya pasien pasti sakit, jadi kami kami yang sehat ini memang harus punya banyak persediaan ruang ruang pengertian kali ya.
Tapi, kalo ada keluarga pasien ikut2an ga waras, ribut2, cerewet, apalagi berstatus jamkesmas tp datang dengan rambut warna warni, pake blackberry dan diantar pake Honda Jazz... Maaf maaf aja ya, kalo kita juga akan rada rada "ganas" sama jenis keluarga pasien yg begini. =)
yah..begitulah sepenggal cerita di balik tembok rumah sakit kami ^^