Mohon tunggu...
Yusticia Arif
Yusticia Arif Mohon Tunggu... Administrasi - Lembaga Ombudsman DIY

I Q R O '

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Jejak Sejarah Taman Laut "Segarayasa" dan Gagasan Negara Maritim Amangkurat I

24 Desember 2018   20:50 Diperbarui: 25 Desember 2018   11:53 901
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Situs Sumur Gumuling - Dokumentasi pribadi

Siang tadi, selepas menikmati kuliner sate klathak yang legendaris di Imogiri Timur, Pleret Bantul, perjalanan santai kami bersama anak-anak berakhir di Museum Pleret. Secara tak sengaja kami menemukan kompleks museum ini, karena memang kami jarang melintas di daerah Pleret. 

Hari ini tadi bersamaan dengan liburan sekolah anak-anak dan kami sedang cuti bersama. Awalnya tak yakin apakah museum beroperasi, mengingat banyak instansi yang hari ini libur, tapi kami tetap saja penasaran dan sepakat menghentikan kendaraan di pinggir jalan depan museum. 

Dari rasa ingin tahu, kami memutuskan untuk masuk ke halaman museum dan ternyata kami disambut oleh petugas security dan Mbak Afi, staf museum yang kemudian menjadi tour guide kami...alhamdulillah.

Tak lama kemudian, Mbak Afi menemani kami berkeliling museum. Meski sepi pengunjung, Mbak Afi tetap semangat menjelaskan koleksi museum dan di bagian akhir perjalanan, kami disuguhi video dokumenter yang menceritakan sejarah Kerajaan Mataram Islam di Jawa, yang kemudian menjadi narasi yang saya tuliskan di K kali ini.

Peta situs Kraton Pleret - legenda berwaran biru merupakan bangunan-bangunan air termasuk Segarayasa - Dokumentasi pribadi
Peta situs Kraton Pleret - legenda berwaran biru merupakan bangunan-bangunan air termasuk Segarayasa - Dokumentasi pribadi
Bangunan-bangunan air banyak menjadi komponen kota Pleret dan menjadi bukti kejayaan kerajaan Mataram Islam pada masa itu. Segarayasa adalah salah satu yang hingga kini masih ditemukan sisa-sisanya setelah dilakukan survei toponimi di Kawasan Pleret Bantul pada tahun 1978 yang berlokasi di selatan Pleret, di seberang Sungai Opak. 

Penduduk setempat masih mengenalnya sebagai bekas danau buatan. Nama tempat itu pun menggambarkan hal yang sama, sebab segara berarti laut dan yasa berarti membuat. Segarayasa yang sekarang ini menjadi perkampungan itu sebagian berupa cekungan, terutama bagian yang memanjang di tepi sungai.

Keberadaan bendungan buatan ini dituliskan dalam beberapa laporan, yaitu Babad Momana, Babad Ing Sengkala dan sebuah sumber dari Belanda, yaitu Daghreister 7 Juli 1659. 

Menurut Inajati Adrisijanti (Arkeolog UGM) dalam film dokumenter yang disajikan di Museum Pleret, keberadaan bendungan buatan ini sebagai tempat rekreasi Raja Amangkurat I dan permaisuri.

Segarayasa juga digunakan sebagai ajang berlatih perang sebagaimana dituturkan oleh Sri Margana, sejarawan asal UGM dalam video dokumenter yang sama, mengingat jarak pusat Kerajaan Pleret dengan Laut Jawa adalah 99,63 km dan 20 km ke Samudera Hindia. 

Segarayasa dibangun dengan membendung Sungai Opak sehingga kemudian terlihat sebagai laut yang luas yang berada di daratan. Hal ini berarti bahwa Kerajaan Mataram Islam memiliki gagasan yang kuat sebagai negara maritim, sebagaimana kemudian mereka berkeinginan memiliki angkatan perang kelautan yang tangguh untuk mengamankan hegemoni kekuasaannya (orientasi sebagai pertahanan).

Terdapat beragam koleksi hasil ekskavasi Keraton Pleret yang menjadi sumber kekayaan intelektual dalam memahami sejarah peradaban, terutama Kerajaan Mataram Islam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun