Museum purbakala situs Sangiran terletak di Kabupaten Sragen, kurang lebih 18 KM sebelah utara Kota Solo. Jarak ini bisa ditempuh dalam waktu antara 20-30 menit tergantung kepadatan lalu lintas Jalan Raya Solo-Purwodadi. Situs purbakala Sangiran terletak di dalam kawasan kubah Sangiran yang terletak di kaki Gunung Lawu. Luasnya mencapai 56 KM2 yang meliputi 3 kecamatan di Kabupaten Sragen yaitu Kecamatan Kalijambe, Gemolong dan Plupuh serta satu kecamatan di Karanganyar yaitu Gondangrejo.
[caption id="attachment_313959" align="aligncenter" width="427" caption="Museum Sangiran dari atas bukit (koleksi pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_313960" align="aligncenter" width="427" caption="Pintu Masuk Museum Sangiran (koleksi pribadi)"]
Sebanyak 50 individu fosil manusia Homo Erectus telah ditemukan, dan ini mewakili populasi 50% homo erectus di dunia. Dan dilihat dari hasil temuannya ini, situs Sangiran merupakan situs prasejarah yang memiliki peran yang sangat penting dalam memahami proses evolusi manusia dan merupakan situs purbakala paling lengkap di Asia bahkan dunia. Berdasarkan hal tersebut, situs Sangiran ditetapkan sebagai Warisan Dunia Nomoer 593 oleh Komite World Heritage.
[caption id="attachment_313962" align="aligncenter" width="320" caption="Harga tiket masuk yang sangat murah (koleksi pribadi)"]
Zona museum dibagi menjadi 3 ruang arena pamer. Arena pamer pertama adalah “Kekayaan Sangiran/Wealth of Sangiran”. Pada arena display ini, berisi fosil-fosil yang ditemukan di situs Sangiran. Sebagian besar fosil dipajang pada arena ini, baik dalam bentuk diorama maupun foto-foto dan grafis pendukung. Fosil Homo Erectus, alat-alat bantu untuk kehidupan manusia, binatang-binatang purba dapat disaksikan disini.
[caption id="attachment_313963" align="aligncenter" width="427" caption="Proses Evolusi Manusia (koleksi pribadi)"]
Arena pamer kedua adalah “Langkah-langkah Kemanusian/Steps of Humanity”. Ruang pamer disini berisi dokumentasi visual teori “big bang”, terbentuknya alam semesta, hingga pembabakan zaman dan mahkluk hidup yang tinggal di masa-masa tersebut. Proses sebuah mahkluk hidup ketika menjadi fosil, juga dapat dilihat disini. Proses evolusi manusia juga digambarkan secara lengkap. Teori evolusi menjelaskan bagaimana dan makhluk hidup berubah dari generasi ke generasi. Bahkan, hasil penelitian terbaru hampir selalu mengakibatkan pandangan tentang asal-usul manusia berubah-ubah. Pada tahun 1970an, masih banyak mata rantai yang belum ditemukan dan hubungan kekerabatan manusia dengan kera tampak jauh. Namun, pada tahun 1990an, fosil-fosil yang mengisi mata rantai yang hilang, lebih banyak ditemukan dan ternyata kekerabatan manusia dengan kera tampak semakin dekat. Di ruang pamer ini juga dipaparkan sejarah penelitian manusia purba di Indonesia, sekaligus pakar-pakar yang berperan didalamnya, antara lain GHR von Koenigswald dan Eugene Dubois.
[caption id="attachment_313967" align="aligncenter" width="427" caption="Sejarah Penelitian Manusia Purba di Indonesia (koleksi pribadi)"]
Ruang pamer ke-3 atau terakhir berisi Masa Keemasan Homo Erectus yang berkisar 500.000 tahun yang lalu. Di ruang ini hanya terdapat 2 diorama besar, yang menggambarkan kehidupan manusia homo erectus di masa keemasannya itu. Yang menarik juga, ada sebuah papan bertuliskan tangan dari Ganjar Pranowo (Gubernur Jateng saat ini) : Di tempat ini, ada banyak misteri kehidupan. Semua orang bisa berlomba-lomba menguji rahasia Tuhan. Adakah yang mampu membuka tabir itu? Adakah kakek-nenekku disini....??
[caption id="attachment_313973" align="aligncenter" width="427" caption="Papan bertuliskan pesan Ganjar Pranowo (Gubernur Jawa Tengah saat ini)-koleksi pribadi"]
Selan bangunan museum, sebenarnya kita juga bisa menikmati wisata minat khusus purbakala ini di Bendungan Bapang. Bendungan ini terletak kurang lebih 1 KM di sebelah barat museum. Di bendungan ini masih terdapat sisa-sisa fosil yang belum digali secara menyeluruh. Bendungan ini juga merupakan bukti bahwa dulu pulau Jawa terdapat didasar laut, dan lapisan sedimentasinya bisa disaksikan di kawasan ini.
Sebelum masuk ke Museum Sangiran juga terdapat menara pandang untuk menikmati panorama di sekitar museum yang masih asri. Untuk menunjang kenyamanan wisatawan, saat ini juga telah dibangun Wisma Tamu Sangiran, apabila ada yang berkeinginan untuk bermalam disana.
Situs Sangiran merupakan tempat untuk melakukan perjalanan kembali ke masa lampau. Banyak hal yang bisa dipelajari di situs ini, antara lain tentang kehidupan di masa lalu dan tentang misteri evolusi makhluk hidup. Pengetahuan seperti ini perlu disebarluaskan kepada para generasi penerus supaya warisan dunia ini bisa dilestarikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H