Lusuh seperti air mata tercabik gerimis
Membekas begitu manis
Jenakamu tak dapat ku urai
Umpama derai rambutmu tergerai
Tidak kah kita rindukan sepetak istana yang kita diamkan???
“Allah,,ku telungkupkan tempurung kepalaku
Pada selangkangan peristiwa kemelut hidup
Barangkali aku temukan niscayamu”
Aahhh…hanya bau orok sesal manusia
Meleleh amsal pesta pembantaian
Di suatu malam aku terjaga
Menyaksikan kau di poles sepi
Ku paksa fikiran untuk mempoligami
Lantas kosong itu membisik “debu tak akan pernah menyatu dengan angin
Sebab,nafsu selalu menggodai hati”
Surabaya, 27 juni 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H