Kelompok 9 - Pada hari Senin tanggal 17 Oktober 2022 tepat di jam 04.00 sore saya, Abdul Ghofur (mahsiswa KKN IAI Syarifuddin 2022 desa Kaliuling) pergi ke dusun krajan atau sering disebut tetelan desa Kaliuling kecamatan Tempursari.Â
Pada saat di tengah perjalanan saya bertemu dengan warga sekitar yang bernama bapak khotib tengah duduk di pinggir jalan sembari mencari rumput untuk hewan ternaknya.Â
Beliau mempersilahkan saya untuk snggah ke rumah beliau yang berada di bawah lereng gunung. Sesampainya di sana, saya dipersilahkan untuk duduk dan dihidangkan makanan khas Kaliuling serta kopi oleh istri beliau.
Di sisi lain, saya juga telah mendapat informasi tentang dusun tetelan atau Krajan dari warga bernama Bpk. Hasan yaitu tentang data penduduk warga di desa Kaliuling tersebut.Â
Bapak Hasan menjelaskan bahwa di dusun tersebut terdapat 33 Keluarga. Agar lebih kuat, saya pun menanyakan kembali info itu kepada P. Khotib di saat berkunjung di kediamannya, dan P. Khotib juga membenarkan informasi tersebut.
"iya le di sini memang ada 35 KK dalam satu dusun tetapi untuk wilayahnya ini cukup luas karena posisi rumah yang tidak begitu berdekatan," kata bapak Khotib kepada mahasiswa KKN IAI Syarifuddin 2022 (Abd. Ghofur).
Selain itu, beliau juga bercerita bahwa di dusun tetelan kaliuling ini mayoritas petani kopi, cengkeh, dan salak. Namun, ada juga beberapa yang memiliki kebun durian. Beliau menjelaskan adanya hujan yang berkepanjangan mulai dari bulan Agustus hingga saat ini sangat mempengaruhi pendapat warga sekiatar.Â
Maka dari itu, banyak yang mengalami kesulitan ekonomi sebab kurangnya pemasukan dengan tidak adanya panen pada saat ini yang mana hujan turun terus-menerus setiap hari.Â
Lebih lanjut, selama musim hujan bapak khotib sehari-harinya hanya mencari pakan ternaknya karena untuk bertani pun terhalang oleh hujan. menurut beliau selama musim hujan ini pendapat yang dimiliki hanya mengandalkan hasil tani cengkehnya saja.Â
Karena untuk kopi tidak bisa di panen karena minimnya panas. Sekalipun dipanen akan sangat murah harganya ketika dijual karena kondisi cengkeh basah.
Beruntungnya, beliau mendapat pemasukan yang terbilang banyak dari panen raya buah durian yang ia miliki. Bahkan, pak. Khotib sampai mendapatkan omzet sebesar 10 juta hanya dari 2 pohon durian yang disewakan selama masa panen itu.Â
Hal ini tentunya bisa menutupi kebutuhan keseharian beliau. Untuk sisa panen lainnya, beliau tidak menjual buah durian melainkan memberikannya pada sanak famili yang datang ke kediaman beliau, di samping juga memberikan kepada tetangga sekitar.Â
Hanya saja beliau mengeluhkan kalau durian disewakan akan beresiko tidak panen untuk tahun depan. Beliau berkata" aslinya jika menjual durian dengan cara disewakan selama musim panen hasilnya lebih banyak hanya saja akan rawan tidak akan panen tahun berikutnya," jelasnya.
Karena oleh orang yang menyewa durian yang seharusnya tidak dipanen akan ikut terpanen untuk mempersingkat waktu dan transportasinya. Sedangkan durian yang dipaksa dipanen sebelum sebelum waktunya akan berakibat pohon itu tidak menghasilkan buah di tahun berikutnya.***
Mahasiswa: Abdul Ghofur
Informan: Bapak Khotib
#KKN IAI Syarifuddin 2022
#KKN Desa Kaliuling 2022
#Kaliuling
#Berbaur Bersama
#Tempursari
#Lumajang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H