Pernahkah anda mendengar nama Kota Bontang? Mungkin pernah, sesekali atau tidak pernah sama sekali. Kota Bontang merupakan kota otonom, yang terletak di pesisir selat makassar. Kota ini dikelilingi oleh lautan dan pantai yang sangat indah. Pantai di bontang sangat bersih dan masih terjaga, karena masyarakat bontang tidak pernah mengambil keuntungan dari laut sebagai tempat wisata. Masyarakat Bontang pada umumnya memanfaatkan laut sebagai sarana mencari rezeki dengan melaut dan menjadi nelayan, sebagai sumber utama berbagai bahan baku olahan pangan khas kota bontang dan juga sebagai tempat berlabuhnya kapal-kapal perusahaan besar di kota Bontang.
 Kota Bontang merupakan salah penghasil Gas Alam, Batubara, dan Pupuk terbesar di Indonesia. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) edisi Agustus 2010 , pendapatan PDB per kapita bontang adalah Rp368,05 juta dan upah minimun regional di kota ini adalah Rp 2,15 juta per bulan. Pendapatan ini merupakan terbesar kedua di Indonesia, setelah Kab. Timika di Papua. Jika berbicara kota bontang sebagai kota terkaya di Indonesia, mungkin kita telah mengetahuinya, namun kali ini saya mengajak anda untuk melihat sisi lain kota bontang yang tidak pernah dipublikasikan, yaitu keindahan kota kecil ini. Beberapa diantaranya adalah :
Â
1. Pantai Marina
Â
2. Pulau Beras Basah
.
3. Hutan Lindung Sangkimah
Hutan sangkimah merupakan sebuah hutan lindung yang berada dalam Taman Nasional Kutai. Hutan ini terletak di jalan lintas kota bontang - kab. kutai timur tepatnya di km 45. Hutan sangkimah adalah hutan tropis yang didalamnya tumbuh pohon ulin terbesar di dunia. Pohon ini kelilingnya mencapai 4 kali rentangan tangan orang dewasa. Terdapat wahana hutan pohon, serta apabila beruntung, wisatawan dapat melihat satwa endemik kalimantan seperti Bekantan dan Orangutan.
4. Wisata Keramba desa selangan dan tihi-tihi
Desa selangan dan tihi-tihi merupakan sebuah desa yang terletak di selatan kota bontang. Desa ini berada di tengah-tengah lautan (selat makassar). Desa selangan dan tihi-tihi merupakan desa wisata keramba, dimana nelayan tradisional disini membudidayakan rumput laut. Hasil dari budidaya rumput laut ini di ekspor Surabaya, Jakarta hingga ke Jepang. Untuk mencapai ke desa selangan, membutuhkan waktu + 45 menit menggunakan kapal.
Untuk berkunjung ke kota bontang ada beberapa cara :
1. Perjalanan Udara :
- Tidak ada penerbangan reguler, semua penerbangan dari Bandara Sultan Aji M. Sulaiman - Bandara PT Badak Bontang melalui 2 pesawat yang diperuntukkan khusus bagi keluarga karyawan. Terbang dari Balikpapan pagi dan siang hari.
2. Perjalanan Darat :
- dari bandara Sultan Aji M. Sulaiman balikpapan, naik travel (banyak tersedia di bandara setiap saat) seharga Rp.175.000 dengan waktu tempuh 6-8 jam.
- dari terminal balikpapan : naik bus PATAS samarinda lestari seharga Rp. 125.000
- dari samarinda : naik bis dari terminal lempake (ada setiap jam) seharga Rp. 30.000 dengan waktu tempuh 2 jam dan turun di terminal bontang, kemudian dilanjutkan naik angkutan umum ke tengah kota.
3. Perjalanan Laut :
- meskipun dikelilingi laut, bontang belum memiliki transportasi laut yang cukup layak untuk langsung menuju kota ini. Kapal ferry RORO hanya melayani perjananan Bontang - parepare pp.
Kota Bontang merupakan kota yang hampir tidak ada gepeng (gelandangan, pengemis , anak-anak jalanan dan pengamen) di pinggir jalan, di persimpangan lampu merah ataupun di tempat-tempat keramaian dan juga tidak ada sampah berserakan. Rasa nyaman yang diciptakan kota ini berasal dari gaya hidup masyarakatnya yang sangat peduli dengan lingkungannya. Sebagai kota kecil dengan taraf kehidupan yang layak, kota Bontang dapat dikatakan sebagai salah satu kota dengan kelayakan huni dan indeks kebahagiaan cukup tinggi di Indonesia. Kota ini tidak hanya memberikan kehidupan yang layak bagi masyarakatnya, tetapi juga memberikan kenyamanan bagi siapapun yang ingin berkunjung ke sini.
Selamat datang ke kota bontang, salam Bessai Berinta !
nb :foto yang saya gunakan dari berbagai sumber, tidak ada maksud untuk dikomersialisasi, hanya untuk kepentingan berbagi semata.
content disclaimer :Â yust.wilh@gmail.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H