Mohon tunggu...
Yusrizal Taqwa Cindikiawan
Yusrizal Taqwa Cindikiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Manajemen

Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Yuk, Belajar dari Kasus Antrean BTS Meal Ketika Pandemi di Indonesia

4 Juli 2021   06:17 Diperbarui: 4 Juli 2021   06:49 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Beberapa pekan yang lalu, Indonesia dihebohkan oleh produk hasil kolaborasi McDonald’s dengan salah satu boyband asal Korea Selatan, BTS. Mereka berkolaborasi dengan menghasilkan produk yang bernama BTS Meal. BTS Meal dibuat sedemikan rupa dengan kemasan bewarna ungu pastel dan terdapat logo BTS. 

Saat itu produk ini hanya dapat dipesan secara online melalui aplikasi MCDelivery dan beberapa ojek online. Menariknya, puluhan ojek online yang mengantri pesanan di McDonald’s itu membludak. Akan tetapi, antrian ini justru menimbulkan perhatian khusus dari beberapa media. Hal ini dikarenakan antrian dapat menimbulkan kerumunan. Akibatnya beberapa gerai harus ditutup sementara. Padahal telah kita ketahui, protokol kesehatan saat itu masih perlu dan harus ditaati. 

Hampir satu bulan berlalu, alangkah baiknya kita mengambil pelajaran dari kasus antrian McDonald’s. MCDelivery merupakan bagian dari McDonald’s, dimana mereka sebagai bagian yang mengantar makanan dan minuman kepada konsumen. Karena saat itu pandemi Covid-19 belum berakhir, baiknya terkait dengan antrian pemesanan perlu diperhatikan kembali. 

Tentunya jika kita sebagai pemilik usaha dan konsumen banyak mengantri, kita merasa senang dan bersyukur. Akan tetapi, secara tidak langsung antrian ini dapat  menjadi ancaman serius pada usaha kita. Di satu sisi ketika mereka mengantri, mereka akan merasa bosan, cemas, emosi, hingga akhirnya tidak jadi memesan atau tidak akan mengulangi pembelian kembali. Kasus antrian harus diperhatikan oleh pemilik usaha terlebih di tengah pandemi Covid-19.

Pada kasus antrian ini, pelanggan BTS Meal sebenarnya cukup memesan dan mengantri dari rumah. Tentu mereka tidak menunggu sepenuhnya, sebab di rumah masih bisa melakukan aktivitas lainnya. Kembali lagi, yang mengantri didominasi oleh ojek online. Ojek ini harus mengantri hingga lebih dari 2,5 jam untuk mendapatkan produk ini. Selain itu, dapat dibayangkan jika terdapat 1000 pesanan. Setiap customer memesan 2 buah pesanan BTS Meal. Jadi, ojek online ini yang mengantri sebanyak 500 orang.  

Kita harus menyiapkan perencanaan kapasitas. Terkait ini, kita harus mengetahui seberapa besar kapasitas kita dalam melayani pesanan customer. Sebaiknya delivery dari McDonald’s bisa dimaksimalkan dalam hal pengiriman. 

Jika jumlah pesanan diprediksi akan meningkat, sangat diperlukan strategi pada delivery untuk bisa bekerja sama dengan pihak ketiga (outsourcing). 

Mereka membutuhkan pihak ketiga karena adanya peningkatan permintaan secara pesat dalam waktu singkat. Estimasinya kurang lebih seperti ini, seorang delivery mampu mengantarkan 25 pesanan dalam sehari di suatu kota. Jumlah tenaga kerja yang berada di bagian pengiriman sebanyak 10 orang. 

Ini artinya restoran hanya mampu mengantar 250 pesanan dalam satu hari di suatu kota. Jika satu hari permintaan naik mencapai 1000 pesanan untuk diantar, berarti mereka kekurangan tenaga kerja bagian pengiriman sebanyak 30 orang. Artinya kekurangan 30 tenaga pengiriman itu bisa bekerja sama dengan perusahaan transportasi atau membuka lowongan dengan sifat sementara. 

Sehingga terkait dengan kasus ini, produk hanya bisa dipesan melalui MCDelivery dan yang mengantar hanyalah bagian delivery ditambah kerjasama tenaga kerja tadi. 

Bisa kita lihat perbandingannya, antara 500 ojek online yang mengantri dengan total tambahan tenaga kerja sistem kontrak cukup dengan 40 orang. Solusi alternatif ini bisa digunakan oleh pelaku usaha terutama saat pandemi ini. Dengan demikian, masalah pengiriman dapat diatasi tanpa menimbulkan antrian yang panjang.

Jadi, pengusaha itu harus kreatif dan inovatif dalam memecahkan suatu masalah. Terlebih beradaptasi dalam kondisi lingkungan saat ini. Pengusaha harus memerhatikan terkait dengan kapasitas dan kuantitas permintaan. 

Selain itu, jika kapasitas maupun ketersediaan pada suatu usaha kurang atau terbatas, kita dapat melibatkan pihak ketiga (outsourcing) dengan perjanjian kontrak. Oleh karena itu, perencanaan ketersediaan kapasitas dengan prediksi dari strategi (forecase) itu sangatlah penting. Penulis berharap agar pandemi Covid-19 dapat segera pulih dan kegiatan perekonomian dapat kembali seperti sebelumnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun