Semua itu menemukan kekuatan justifikasi masifnya dalam jubah-jubah agama dan dalil-dalil hukum yang dikhutbahkan secara serampangan, baik atas dasar kesengajaan ala propaganda politik atau ambisi mencari panggung ekonomis, atau sekadar efek kecemasan berlebihan akibat provokasi informasi yang tak tersaring.
Fenomena memilukan tersebut jelas hanya mungkin terjadi akibat propaganda-propaganda politik partisan yang diembuskan kelompok politikus yang haus kekuasaan, dikemas dengan pekik-pekik religius yang cenderung manipulatif, lalu ditelan mentah-mentah oleh umat sebagai kebenaran dan kesucian agama.
Begitupun slogan-slogan kriminalisasi ulama yang santer mengusik ketenangan umat. Titik tersensitif manusia bernama agama dieksploitasi dengan sengaja oleh elit politik propagandis, diviralkan melalui kanal-kanal yang mereka biayai dan kuasai, hingga memasuki mimbar-mimbar masjid, dan merembes sempurna ke kepala-kepala masyarakat umum sebagai "kebenaran mutlak".
Lalu, terpatrilah potret mencekam tentang Islam yang digembosi, para ulama yang dikriminalisasi, dan masa depan anak-anak yang terancam kehilangan marwah keimanan dan keislamannya.
Ilustrasi-ilustrasi keterancaman Islam di negeri ini sangatlah potensial untuk dieskpos, dan para politisi fakir nurani dan rohani paham betul itu merupakan lumbung emasnya untuk melenggang ke tampuk-tampuk kekuasaan.
Dan, mereka pun tahu, tempat yang paling strategis untuk mengkampanyekan tujuan-tujuan propaganda politik berbingkai keterancaman Islam itu adalah masjid-masjid. Massanya jelas, corongnya pasti, biayanya pun tidak besar, dan dampak psikologis yang timbul pun dijamin militant. Masjid-masjid adalah lumbung-lumbung suara yang menakjubkan!
Kita dapat menyaksikan, betapa luar biasanya madharat yang ditimbulkan oleh gerakan politisasi masjid ini. Madharat yang saya maksud bukanlah ekses yang mengarah pada comfort zone kelompok politik ini atau itu, pemerintah atau opisisi, tetapi meriungnya kecurigaan, kebencian, permusuhan, dan perpecahan yang amat menyedihkan di antara umat Islam sendiri sebagai sebuah bangunan ukhuwah Islamiyah.
Dalam ajaran Islam, segala aspek kehidupan tidak boleh dipisahkan dari  agama, termasuk di dalamnya kehidupan politik dan bernegara, maka masjid pada hakikatnya sahih dijadikan sarana pendidikan politik umat.
Namun, poin tegas yang ingin saya tekankan bahwa masjid hanya sahih dijadikan sarana pendidikan politik dan bernegara yang positif, produktif, high values, bukan ajang politik partisan, pragmatis, propagandis, dan segala bentuk ekspresi politik yang bermuatan hate speech atau provokatif atau faksional blok di mimbar-mimbar.
Bahkan di sebuah daerah, ada sebuah kelompok keagamaan yang berafilisasi secara politik ke sebuah partai, menggelar pengajian akbar di sebuah masjid. Temanya mengabarkan auara yang sangat Islami. Tetapi, konten pengajiannya adalah caci maki pada pemerintahan yang ada sekarang ini.
Inilah contoh nyata dari politik masjid yang negatif, bertentangan dengan high values politik Islam. Ini adalah contoh propaganda politik di dalam masjid, yang jelas hanya membuncahkan kemadharatan: perselisihan, pertikaian, dan benci-membenci di antara umat Islam.