Mohon tunggu...
Yushendra HS
Yushendra HS Mohon Tunggu... -

Seorang yang berusaha menjadi baik, untuk keluarga, teman, tempat kerja dan masyarakat. Berusaha menjadi seorang pekerja sosial yang sosiolog dan bercita - cita memiliki lembaga konsuler anak, keluarga dan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dari Awal, Negara Ini Memang Salah Urus

5 Desember 2012   13:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:08 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Statment ini begitu saja muncul dari mulut saya ketika salah seorang staf ahli dari Menteri Koordinasi Kesejahteraan Sosial menjadi Keynote Speaker (lupa namanya, beliau menggantikan Bapak Agung Laksono yang berhalangan hadir) pada Seminar Nasional Profesi Pekerja Sosial di Unpad Bandung siang tadi saat menceritakan background pendidikannya yang lulusan Kimia.

Lebih lanjut sang pembicara mengatakan “Sekarang saya justru banyak mengurusi perlindungan sosial”, sambil tersenyum. Sedikit getir menurut saya melihat kenyataan ini dan berkesimpulan “Bukan Salah Bunda Mengandung, tapi Salah Bapak yang Gak Tau Untung”. Betapa tidak, banyak sekali kesalahan pengasuh negara ini dalam menjalankan roda pemerintahan, bukan hanya soal penerapkan kebijakan yang sering tidak berpihak kepada “wong cilik”, menempatkan pejabatnya pun asal – asalan. Terlepas jabatan di negara ini jabatan politis, namun dari sinilah salah satu bentuk salah urusnya negara ini.

Saya bukan ingin mendikotomi suatu disiplin ilmu, namun background pendidikan sangat berpengaruh terhadap mindset seseorang dalam berprilaku, apakah di lingkungan keluarga, tempat kerja dan masyarakat. Sederhanya saya contohkan seperti terjadinya malpraktik yang dilakukan seorang dokter kepada pasiennya. Dalam kasus tersebut seorang dokter yang notabene telah dianggab profesional dalam profesinya masih saja melakukan kesalahan. Apalagi kalo seandainya urusan kesehatan diserahkan kepada seorang teknokrat, mau diobat apa pasien yang sakit oleh seorang teknokrat ?

Sekali lagi saya tidak ingin membedakan suatu disiplin ilmu dengan memuliakan disiplin ilmu yang saya miliki. Ada hal yang mengganjal menurut saya, disatu sisi permasalahan sosial sudah begitu komplek dan bahkan semakin bertambah. Silahkan sebut saja, masalah sosial apapun akan mudah kita temukan di negara ini. Namun, mengapa seolah – olah permasalahan sosial ini tidak juga teratasi atau setidaknya berkurang. Di sisi lain, banyak orang yang masih buta dengan bidang keilmuan yang secara nyata konsen mengkaji, mempelajari, menganalisa baik secara teori, metode bahkan praktik di bidang kesejahteraan sosial. Ketika seorang anak akan melanjutkan study ke jurusan yang berbau sosial, orang tua akan mengerutkan dahi dan berpikir mau jadi apa ?. Saya rasa wajar, karena di negara kita ini yang lebih diutamakan adalah sarjana hukum, ekonomi, teknik, dan kedokteran. Sehingganya jabatan – jabatan strategis sering diisi oleh lulusan tersebut. Padahal, banyak jabatan – jabatan di negara ini yang tugas utamanya mengurusi masalah – masalah sosial.

Saya bukan mendiskreditkan seorang sarjana teknik atau ekonomi tidak bisa mengurusi masalah sosial, namun alangkah lebih efektifnya masalah sosial diserahkan kepada orang sosial yang memang mereka konsen dan belajar penuh di bidang kesejahteraan sosial. Seorang sarjana sosial sebut saja lulusan ilmu kesejahteraan sosial atau pekerjaan sosial, sosiologi, antropologi sosial, psikologi sosial atau sosiatri akan memiliki prespektif yang lebih mengena dan jitu ketika menangani masalah sosial ketimbang seorang ekonom, teknokrat atau sarjana lainnya.

Apalagi persoalan yang tengah dihadapi di negara ini pasti berhubungan dengan masalah sosial, sebut saja kemiskinan, anak dan perempuan, prilaku menyimpang, penyalahgunaan narkoba, disabilitas, lansia, bencana dan pengungsi yang membutuhkan orang – orang yang memiliki pengetahuan yang bukan sekedar tau tetapi mampu mengkajinya sampai menelurkan sebuah rancangan strategis untuk menyelesaikan atau menanggulangi terjadinya masalah tersebut. Sehingga, harusnya sarjana sosial lebih banyak mendapatkan tempat atau porsi dalam penerimaan pekerjaan terutama pada badan atau lembaga pemerintah yang banyak mengurusi urusan masalah sosial. Ironisnya, beberapa bulan yang lalu salah satu lembaga pemerintah yang jelas – jelas bidang kerjanya berhubungan dengan masalah sosial membuka lowongan PNS, namun tidak satupun formasi jabatan yang tersedia untuk lulusan sarjana sosial. Jadi wajar saja orang tidak tertarik untuk menekuni studi di bidang sosial. Nah, seperti yang saya katakan dari awal, negara ini memang salah urus...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun