Besar sekali harapanku agar kak Nino segera menemukan pengganti Alisia. Aku tahu tidak semudah itu melupakan seseorang yang sudah lama tinggal dalam hati kita. Apalagi seseorang yang dicintai. Aku juga memiliki seseorang yang kucintai. Aku masih menunggunya hingga kini dan aku yakin tak lama lagi ia akan kembali. Menunggu bukanlah hal yang menyenangkan, tapi aku bersyukur karena aku masih bisa menunggu seseorang yang kucintai itu. Bagaimana dengan kak Nino? Ia telah berhenti menunggu. Selama apapun ia menunggu, sosok itu tidak akan kembali padanya. Mengerikan, aku tak bisa membayangkan jika satu hari nanti aku tidak perlu menunggu lagi karena terpisah dinding yang tak tergapai.
Seperti kematian, misalnya.
***
Nino P.O.V
“Nino, kamu mau makan apa?” Alisia menatapku dengan matanya yang cerah.
“Baso tahu?” aku menatap deretan kedai makanan di sebuah food courtdi mall.
“Hmm, nggak mau. Yang lain ya?”
“Tapi aku mau baso tahu,” aku tersenyum menatap Alisia yang memegangi tanganku mencegah aku ke kedai baso tahu.
“Kamu memang mau makan apa?” tanyaku.
“Burger,”
Aku menyetujui pilihannya. Gadis ini sangat suka burger, pikirku. Alisia langsung tersenyum dengan sangat lebar dan aku biarkan ia menarik tanganku dengan gembira. Saat aku dan Alisia tiba di kedai burger, lagi-lagi kami bertengkar masalah menu, ketika aku ingin chicken burger, Alisia bingung diantara dua pilihan, beef burgeratau double cheese burger.