Mohon tunggu...
Yusril Izha Mahendra
Yusril Izha Mahendra Mohon Tunggu... Dosen - Mahasiswa Ekonomi Pembangunan

Keberanian Itu Mewabah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kekayaan Alam Lampung: Kutukan atau Berkah?

27 Maret 2021   12:12 Diperbarui: 27 Maret 2021   12:27 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bila diamati lebih dekat menggunakan data PDRB konstan tahun 2019 dan menggunakan metode LQ (location quentient) yang merupakan salah satu pendekatan umum digunakan untuk melihat sektor-sektor yang termasuk ke dalam sektor unggulan/ basis, sektor yang berlatar belakang sumber daya alam (pertanian dan pertambangan) masih menjadi sektor basis atau unggulan dengan koefisien LQ >1 hampir di seluruh kabupaten di provinsi Lampung, kecuali kota Bandar Lampung, Metro dan Pringsewu yang memiliki nilai LQ <1.

Dengan kondisi demikian dapat disimpulkan bahwa provinsi Lampung masih sangat bergantung pada sumber daya alam.

Menjadikan SDA Sebagai Berkah?

Sumber persoalan pertama yang perlu diperbaiki adalah persepsi para pejabat sebagai pengambil sekaligus penetap kebijakan serta para akademisi. Umumnya kedua pihak tersebut menempatkan dan melihat peranan sektor berbasis sumber daya alam khususnya pertanian sebagai sektor yang pasif dan hanya penunjang. 

Hal tersebut akhirnya mengakibatkan sektor berbasis sumber daya alam dipinggirkan, sebab penting memandang sektor tersebut sebagai unsur yang dinamis dan menentukan dalam berbagai strategi-khususnya bagi Indonesia. Beberapa unsur perlengkapan dasar yang dapat diberikan pemerintah selaku pemangku jabatan yaitu: (1) penyesuaian teknologi, kelembagaan dan harga. (2) meningkatkan permintaan domestik atau mencintai produk lokal.

Kedua, meningkatkan daya saing dan produktifitas SDM. Kekeliruan masyarakat umum adalah memandang sumber daya alam menjanjikan kesejahteraan yang abadi/berkelanjutan. 

Dampak dari kekeliruan tersebut yaitu sumber daya manusia difokuskan untuk mengekstraksi sumber daya alam. Akhirnya ketika sumber daya alam yang ada telah habis, selesai pulalah harapan kesejahteraan itu. Meninggalkan manusia-manusia tak berdaya saing di sektor lainnya. Permasalahan daya saing dan produktifitas yang rendah dapat diperbaiki melalui pendidikan dan pelatihan.

Terakhir adalah bagaimana segera merumuskan strategi besar (grand strategy) atau cetak biru (blue print) pemanfaatan yang optimal serta langkah persiapan untuk tidak bergantung pada sumber daya alam.

Sepuluh tahun dari sekarang, dua puluh tahun dari sekarang, kalian akan melihat: minyak akan menghancurkan kita ... Minyak adalah kotoran Iblis.

---Juan Pablo Prez Alfonso, politikus Venezuela dan salah satu pendiri OPEC

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun