Setiap Para pekerja, pasti mengenal istilah outsourcing. Salah satu alasannya, para calon pekerja pada saat mendaftar pekerjaan, tidak lagi berhadapan secara langsung dengan perusahaan utama (produksi), melainkan dengan perusahaan outsourcing atau dengan nama lain vendor.Â
Di era saat ini, Jenis usaha yang ikut trending di dunia pekerjaan ialah jenis usaha outsourcing. Alasannya, seperti adanya efektivitas perusahaan, peluang perusahaan baru dan kebijakan undang-undang.
Indonesia, sebagai negara yang mulai berkembang pesat, terhadap jenis usaha outsoucing. Ini dibuktikan, bahwa tahun 2018 terdapat 40% (empat puluh persen) outsourcing dari 16 Juta pekerja. Angka pekerja outsourcing akan bertambah dengan perusahaan outsourcing semakin banyak.
Melalui Perubahan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 Tentang Cipta Kerja Menjadi Undang-Undang, maka terdapat kemudahan bagi perusahaan untuk membuka lebar-lebar terhadap jasa outsourcing. Sebagaimana dijelaskan pada pasal 64 ayat 1:Â
"Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada Perusahaan lainnya melalui perjanjian alih daya yang dibuat secara tertulis".
Perusahaan outsourcing akan mendapatkan keuntungan profit. Adapun profit ini, berasal dari potongan gaji pekerja yang berasal dari perusahaan utama (produksi). Perusahaan outsourcing, akan membuat kontrak dengan penerima kerja, dalam hal upah yang dibayar.
Biasanya, upah yang dibayar oleh perusahaan outsourcing, berasal dari kesepakatan ke dua belah pihak, yang sebelumnya sudah dipotong. Potongannya beragam, dimulai dari 10% (sepuluh persen) sampai 30% (tiga puluh persen)
"Asosiasi Bisnis Alih Daya Indonesia (ABADI) menemukan bahwa pemotongan gaji bukanlah hal yang langka dalam industri outsourcing (alih daya)".
Mengenai perhitungan Upah, sejauh ini belum ada yang mengatur. Pembagian Upah pekerja outsourcing tidak diatur dalam aturan hukum manapun, justru dapat ditentukan oleh managemen perusahaan itu sendiri. Sehingga, perusahaan bisa mematok upah dan mendapatkan benefit dari upah pekerja.Â
Peluang perusahaan outsourcing, berasal dari jenis pekerjaan. Adanya perubahan UU Cipta Kerja, semua jenis pekerjaan bisa dijadikan outsourcing. Karena itu, ada keuntungan bagi perusahaan untuk leluasa membuka lowongan bagi para calon pekerja.Â
Bukan hanya di Indonesia, trending perusahaan outsourcing juga ada diberbagai negara. Hongkong dengan perusahaan skala besar seperti Perusahaan Grup 2000 (G2000), 92% pekerja adalah outsoucing. Filipina dengan 55 perusahaan di tahun 2021 melakukan outsourcing. Menyusul negara lain, khususnya kawasan Asia Tenggara yang memiliki perusahaan outsourcing terbesar seperti Comprehensive Health Services, Concentrix, Convergys, HTMT Global Solutions, Indecomm Global Services, Mastek, NCS, Persistent Systems, Tech Mahindra dan VADS.Â
Di era Modern, perusahaan outsourcing akan menjadi peluang bagi pelaku usaha. Namun tidak dengan para pekerjanya. Salah satu yang dirugikan kepada pekerja adalah upah rendah dan fleksibilitas kerja.Â
Meskipun perusahaan untung, namun keuntungan yang didapat, berasal dari upah pekerja. Mereka memetik hasil upah, dengan dasar perjanjian kerja. Hal ini, membuat pekerja tidak berdaya dengan upah yang dipotong. Di satu sisi, para pekerja akan disibukan dengan persaingan pasar tenaga bebas. Karena sistem outsourcing, akan memudahkan perusahaan untuk melepaskan pekerja dan menggantikan dengan yang baru.Â
Sistem outsourcing, dalam waktu kerja tidak pernah lama. Inilah terdapat kerentanan pekerja atas status pekerjaannya. Sistem outsoucing menerapkan fleksibilitas kerja, di mana terdapat kerentanan pekerja yang sewaktu-waktu diputus hubungan kerjanya. Fleksibilitas kerja pada akhirnya menguntungkan perusahaan atas jenis pekerjaan apapun dan siapapun yang nantinya menjadi pekerja.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H