Mohon tunggu...
Yusril Irhami
Yusril Irhami Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurnalistik

.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Microsleep dalam Kecelakaan Lalu Lintas: Ancaman Tak Terlihat di Jalan Raya

11 Agustus 2024   23:31 Diperbarui: 11 Agustus 2024   23:33 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mengantuk ketika berkendara. (Sumber: AAA photo)

Dalam berkendara, konsentrasi dan selalu fokus ketika berada di perjalanan menjadi hal yang paling penting dan tidak boleh disepelekan. Hilang fokus sedikit saja, akibat yang ditimbulkan bisa sangat fatal. Dari sekian banyak faktor penyebab kecelakaan, rasa kantuk yang berujung pada microsleep menjadi salah satu ancaman yang paling nyata dan paling sering terjadi kepada para pengemudi. 

Saat microsleep terjadi, pengemudi dapat kehilangan kesadaran sesaat dan kehilangan kontrol atas kendaraannya. Dalam momen inilah, sebuah kecelakaan dapat terjadi. Microsleep merupakan ancaman yang tidak terlihat namun nyata dalam berkendara di jalan raya. 

Apa itu Sebenarnya Microsleep? 

Berkendara dalam kondisi mengantuk dapat dengan mudah menyebabkan kecelakaan. Fokus, pengambilan keputusan, dan waktu dalam bereaksi akan sangat terganggu ketika rasa kantuk sudah menyerang. Rasa kantuk yang terjadi pada seseorang yang tengah mengemudi dapat berujung pada terjadinya microsleep. 

Ketika dalam perjalanan, dengan kecepatan yang tinggi, sepersekian detik sangat berharga, bahkan dapat menentukan antara hidup dan mati. Sebagai gambaran, tertidur selama tiga detik saja sudah cukup bagi kendaraan untuk menempuh jarak hampir sepanjang lapangan sepak bola, sebuah jarak yang jauh dan cukup untuk mengakibatkan terjadinya kecelakaan yang fatal. 

Melansir dari Medical News Today dan Sleep Foundation, microsleep merupakan fase tertidur yang terjadi secara tidak disengaja dan berlangsung dalam periode yang singkat, yakni kurang dari 15 detik. Meskipun dalam kurun waktu yang sangat singkat, ketika microsleep terjadi kepada seseorang yang tengah mengemudi, konsekuensi yang dapat ditimbulkan tidak main-main. 

Ketika pengemudi mengalami microsleep, maka secara otomatis dirinya akan hilang kesadaran dan tidak dapat mengontrol kendaraannya. Kondisi ini sangat berbahaya karena membuat pengemudi menjadi tidak mampu bereaksi terhadap situasi di jalan. Tidak jarang, sebuah kecelakaan terjadi diakibatkan karena pengemudinya yang mengantuk dan berujung pada terjadinya microsleep. 

Sebuah kecelakaan yang terjadi karena pengemudi mengalami microsleep memang sangat umum ditemukan, karena memang pada faktanya kemungkinan seseorang mengalami microsleep ketika berkendara sangatlah besar. Kurang tidur sedikit saja bisa memengaruhi kemampuan ketika berada di setir kemudi. 

Dari sebuah studi tahun 2022 disebutkan. bahwa ketika seseorang tidur tidak lebih dari lima jam pada malam harinya dan harus berkendara pada keesokan harinya, dapat menyebabkan rasa kantuk yang luar biasa, dan berpotensi menyebabkan kecelakaan. Di zaman modern seperti saat ini yang membuat banyak orang memiliki gaya hidup super sibuk dan membuat waktu tidur menjadi sangat jauh dari kata ideal, maka tidak aneh jika faktor microsleep menjadi salah satu penyebab utama terjadinya kecelakaan. 

Seberapa Umumkan Microsleep Terjadi saat Mengemudi? 

Meski terlihat sepele, terjadinya microsleep ketika berkendara yang berujung pada kecelakaan seakan-akan menjadi hal yang umum. Dalam riset yang dilakukan oleh dosen ITB pada 2023, 79% responden mereka pernah berkemudi ketika mengantuk, dengan 32% diantaranya mengalami microsleep dan nyaris mengalami kecelakaan fatal. Bahkan, di 2017 hampir 100.000 kecelakaan yang terjadi di seluruh dunia diakibatkan faktor mengantuk. Data mengungkapkan 35% pengemudi dapat mengalami kecelakaan akibat microsleep. 

Survei tahun 2020 dari AAA Foundation for Traffic Safety menyebutkan, sekitar 96% pengemudi mengetahui dan setuju bahwa mengemudi dalam keadaan mengantuk sangatlah berbahaya. Meskipun sudah menyadari bahayanya, 24% diantaranya mengaku pernah mengemudi dalam kondisi lelah dan sulit untuk membuka mata. Sementara itu, hampir 45% pengemudi mengaku tidak nyaman selama di perjalanan karena mengantuk. Dalam sebuah laporan dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), disebutkan:

  • Diperkirakan 15% hingga 33% kecelakaan fatal melibatkan pengemudi yang mengantuk (angkanya mungkin masih bisa lebih tinggi). 

  • Kecelakaan saat mengemudi dalam keadaan mengantuk lebih mungkin menyebabkan kematian dan cedera dibandingkan dengan kecelakaan saat mengemudi dalam keadaan tidak mengantuk.

  • Sebuah survei yang melibatkan lebih dari 140.000 responden, menemukan bahwa 4,2% pengemudi tertidur saat mengemudi setidaknya sekali dalam 30 hari terakhir.

Apa Tanda-tanda ketika Seseorang akan Mengalami Microsleep?

Mengutip dari risescience.com, Sebenarnya terdapat beberapa tanda-tanda yang dapat menjadi peringatan bagi seseorang ketika akan mengalami microsleep. 

  • Kesulitan untuk membuka mata

  • Kesulitan untuk fokus pada jalan 

  • Menguap dengan intensitas yang sering 

  • Sering berkedip 

  • Kesulitan mengingat sudah seberapa jauh perjalanan yang telah dilalui 

Ketika berbagai gejala tersebut sudah mulai dirasakan, menepi dan istirahat sejenak setidaknya 20 menit sudah menjadi kewajiban. Dengan menyadari dan memahami berbagai pertanda yang menjadi indikator ketika microsleep akan terjadi, seorang pengemudi akan menjadi lebih waspada dan paham akan yang terjadi pada tubuhnya sendiri, sehingga risiko terjadinya kecelakaan akibat microsleep dapat dihindari. 

Mengapa Microsleep Dapat Terjadi? 

Cukup banyak faktor yang menjadi penyebab kenapa seseorang bisa mengalami microsleep, berikut penjelasan lebih rinci mengenai hal-hal apa saja yang dapat  membuat microsleep terjadi pada seseorang. 

Berdasarkan data dari risescience.com, rata-rata manusia membutuhkan waktu tidur selama delapan jam setiap harinya. Tetapi, kebutuhan tidur seseorang berbeda-beda dan berada di rentang waktu antara lima jam hingga 11 jam 30 menit. Seseorang yang tidur kurang dari 4 jam setiap harinya, memperbesar kemungkinan terjadinya microsleep ketika berkendara hingga 11 kali lipat. 

  • Mengemudi Tidak Sesuai dengan Ritme Sirkadian Tubuh

Ritme sirkadian merupakan jam internal atau jam biologis tubuh yang. Ritme ini menentukan kapan seseorang akan merasa mengantuk dan tidak dalam siklus 24 jam. Waktu-waktu yang biasanya membuat seseorang mengantuk adalah ketika sesaat setelah bangun tidur, pada sore hari, dan beberapa jam sebelum tidur. Seseorang yang berkendara di waktu-waktu tersebut berpotensi mengalami microsleep lebih besar. 

  • Gangguan Tidur dan Masalah Kesehatan

Menurut sebuah penelitian, permasalahan-permasalahan gangguan tidur seperti obstructive sleep apnea menjadi salah satu penyebab utama dan umum yang mengakibatkan seseorang mengemudi sambil mengantuk dan risiko terjadinya kecelakaan enam kali lebih besar dapat terjadi. Narcolepsy, insomnia, hingga restless leg syndrome merupakan jenis permasalahan kesehatan lainnya yang dapat menjadi faktor seseorang mengalami microsleep ketika berkendara. 

  • Efek Samping Obat-obatan

Obat-obatan tertentu dapat menimbulkan rasa kantuk sebagai efek samping, termasuk antidepresan dan obat-obatan yang dijual bebas seperti obat pereda nyeri atau antihistamin. Beberapa obat tidur yang dikonsumsi pada malam hari dapat mengundang rasa kantuk pada pagi harinya, dan suplemen yang mengandung melatonin dapat membuat seseorang mengantuk di siang hari jika dikonsumsi di waktu yang tidak tepat.

  • Alkohol

Seseorang yang mengonsumsi alkohol dapat merasakan kantuk, bahkan ketika sudah tidur seharian. Hal ini memperbesar risiko terjadinya microsleep ketika berkendara. 

Siapa Saja yang Paling Berisiko Mengalami Microsleep ketika Mengemudi?

Orang yang bekerja dengan sistem shift menjadi salah satu orang yang paling rentan mengalami microsleep saat di perjalanan. Dari studi yang dilakukan pada tahun 2022 disebutkan, bahwa seseorang yang bekerja secara shift akan membuat ketidaksinkronan ritme sirkadian tubuh. 

Dari studi tersebut juga ditemukan fakta bahwa terdapat hubungan yang kuat antara pekerja shift bergilir dengan peningkatan risiko mengantuk saat mengemudi dan mengakibatkan kecelakaan. Selain itu, berikut orang-orang yang berpotensi mengalami microsleep saat berada di balik kemudi:

  • Orang dengan kurang tidur dan tidurnya tidak berkualitas

  • Orang yang berkendara pada sore atau malam hari

  • Orang yang mengonsumsi obat-obatan tertentu atau alkohol

  • Orang yang mengemudi sendirian

Apa yang Bisa Dilakukan untuk Mencegah Microsleep?

Terdapat berbagai pencegahan yang bisa dilakukan untuk menghindari terjadinya microsleep. Dengan mengetahui kiat-kiat apa saja yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi rasa kantuk yang berujung pada microsleep, maka risiko terjadinya kecelakaan ketika berkendara dapat ditekan. Berikut hal-hal apa saja yang bisa dilakukan untuk terhindar dari microsleep:

  • Perbaiki Kualitas Tidur

Biasakan untuk tidak begadang dan tidur tepat waktu. Selain itu, jika akan melakukan perjalanan jauh, usahakan untuk istirahat dengan cukup dan berkualitas di malam-malam sebelumnya. Menurut Dokter Spesialis Saraf dari Rumah Sakit Hermina Pasteur, dr. Harman Dhani, Sp.S. menyebutkan, bahwa tidur yang berkualitas dan cukup secara kuantitas menjadi faktor kunci agar tidak terjadinya microsleep. 

"Jadi good sleep itu selalu penting sih atau kita sebut juga sebagai sleep hygiene ya, sleep hygiene berarti kesehatan tidurnya seperti apa nah. Sleep hygiene itu sebenarnya banyak, jadi bukan cuman durasi tidur misalnya tujuan sampai 8 jam bukan cuma itu. Misalnya gini nih, kita sering misalnya mengerjakan suatu tugas di kasur, kita main handphone di kasur itu bad sleep hygiene. 

Kalau sebelum tidur minum kopi, boleh pagi hari, boleh siang hari, tapi menjelang sore menjelang magrib jangan minum kopi lagi, itu bisa membuat kita itu malah terjaga, tidur kita malah terjaga. Jadi kalau kita mengatasi microsleep itu bukan dengan obat, tetapi dengan mengubah kebiasaan kita, habit tidurnya kita tuh diubah," jelasnya ketika ditemui di Rumah Sakit Hermina Pasteur, Kota Bandung. 

  • Hindari Mengemudi saat Energi Sirkadian sedang Menurun 

Meskipun sudah tidur cukup, tingkat energi akan berada di fase rendah ketika setelah bangun tidur, sore hari, dan menjelang tidur. Jika memungkinkan, hindari mengemudi di waktu-waktu tersebut terutama ketika akan melakukan perjalan jarak jauh.

Menurut pengajar dan pendiri Safety Defensive Consultant Indonesia, Sony Harisno, pengemudi harus pintar-pintar memilih waktu ketika akan melakukan perjalanan, terutama perjalanan yang jauh. Selain itu, melakukan istirahat dalam kurun waktu tertentu sangat penting agar meminimalisir terjadinya microsleep. 

"Ya istirahat 15 menit, lima menit pertama melakukan stretching terhadap fisik ya, cukup keluar dari kendaraan kemudian melakukan olahraga ringan. Kemudian lima menit kedua yaitu melakukan stimulasi terhadap penglihatan, pendengaran, dan penciuman. Lima menit yang ketiga, sisihkan waktu 5 menit untuk meditasi, biasanya kalau umat muslim kan salat nih. 

Manfaatkan, duduk ya mengosongkan pikiran itu udah cukup. Microsleep saat berkendara bisa dihindari jika semua faktor risiko bisa dihilangkan dan melakukan istirahat selama perjalanan sebelum melakukan perjalanan mudik," terangnya ketika dihubungi melalui zoom. 

  • Hiduplah Selaras dengan Ritme Sirkadian

Dengan menyelaraskan diri dengan ritme sirkadian dapat meningkatkan kadar energi dan tetap fit, termasuk ketika mengemudi. Usahakan untuk tidur dengan jadwal yang tetap, karena dengan cara tersebut dapat membuat tubuh menjadi lebih sinkron. 

  • Berkonsultasi dengan Dokter

Jika rasa kantuk selalu ada sepanjang waktu dan dirasa sudah tidak normal, konsultasikan dengan penyedia layanan kesehatan. 

  • Hindari Minum Alkohol 

Jika meminum alkohol, sebaiknya hindari berkendara. Tapi jika memang terpaksa, tunggu setidaknya dua hingga tiga jam sebelum memutuskan untuk mengemudi.

Selain itu, ketika di tengah perjalanan rasa kantuk menyerang, hal yang bisa dilakukan tentu adalah beristirahat. Bermain kuis trivia, memutar musik, duduk dengan posisi 90 derajat, dan meminum air bisa menjadi alternatif lainnya untuk mengusir rasa ingin tidur. 

Dampak Ekonomi apa yang Timbul dari Microsleep?

Kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh mengantuk memiliki dampak signifikan terhadap sektor ekonomi. Dampak ini tidak hanya terbatas pada kerugian langsung, seperti biaya perbaikan kendaraan dan perawatan medis, tetapi juga mencakup kerugian tidak langsung yang lebih luas. 

Nyatanya, ditemukan fakta bahwa korban jiwa terbanyak dari kecelakaan masih berusia produktif. Korban jiwa terbanyak antara lain berusia 15-19 tahun sebanyak 24%, 20-24 tahun sebanyak 20%, dan 25-29 tahun sebanyak 11%. Ini berpotensi menimbulkan permasalahan pada sektor ekonomi di masyarakat semakin meningkat karena tulang punggung keluarga yang meninggal dunia. Sebagai contoh, di Amerika Serikat, kecelakaan akibat mengantuk mengakibatkan kerugian pada masyarakat sebesar $109 miliar setiap tahun (tidak termasuk kerusakan properti).

Apa upaya yang Bisa Dilakukan Pemerintah?

Guna menekan angka kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh mengantuk yang berujung pada microsleep, pemerintah dapat mengambil berbagai upaya yang melibatkan kebijakan, pendidikan, teknologi, dan kerjasama dengan berbagai pihak. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:

  • Kampanye Kesadaran dan Edukasi 

Pemerintah dapat meluncurkan kampanye nasional untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya mengemudi dalam keadaan mengantuk. Kampanye ini dapat dilakukan melalui media massa, media sosial, dan kegiatan komunitas. Selain itu, pemerintah dapat menginisiasi program edukasi tentang pentingnya tidur cukup dan risiko mengemudi mengantuk di sekolah, universitas, dan tempat kerja. 

  • Pengaturan Jam Kerja

Pemerintah dapat menerapkan regulasi yang membatasi jam kerja dan memastikan adanya jeda istirahat yang cukup, terutama bagi pekerja shift malam dan mereka yang bekerja dalam jangka waktu panjang. Tidak hanya dari segi aturan dari pemerintah, dari sisi perusahaan juga dapat mengadopsi kebijakan kerja yang fleksibel agar pekerja dapat mengatur waktu istirahat mereka dengan lebih baik

  • Penggunaan Teknologi 

Pemerintah bisa mengeluarkan kebijakan kepada para produsen kendaraan untuk memasang sistem deteksi kantuk dan peringatan lane departure pada kendaraan baru. Menggunakan teknologi canggih pada infrastruktur jalan seperti kamera pengawas untuk mendeteksi perilaku mengemudi yang berisiko dan memberikan peringatan kepada pengemudi tersebut, bisa menjadi cara lain dalam memanfaatkan teknologi guna menyelesaikan permasalahan ini. 

  • Penyediaan Fasilitas Istirahat

Pemerintah diharapkan dapat menambah dan memperbaiki fasilitas area istirahat di sepanjang jalan tol dan jalan raya utama, serta menyediakan tempat yang nyaman bagi pengemudi untuk beristirahat.

  • Penegakan Hukum dan Kebijakan 

Dengan memberlakukan peraturan ketat mengenai jam kerja dan istirahat bagi pengemudi kendaraan komersial seperti bus dan truk, diharapkan dapat menekan kasus kecelakaan karena mengantuk. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun