Mohon tunggu...
Yusril Irhami
Yusril Irhami Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurnalistik

.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Penjaga Palang Pintu Perlintasan Kereta Api Liar, Modal "Mata Telanjang" dengan Upah yang Tidak Menentu

29 Desember 2023   20:32 Diperbarui: 29 Desember 2023   20:50 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suryono (63), mengatur lalu lintas di palang pintu perlintasan sebidang tidak resmi yang ia jaga (26/11). (Dok. Pribadi) 

Di tengah teriknya sinar matahari Kota Bandung, Suryono (63), tetap sigap dan cekatan mengatur kendaraan yang melewati perlintasan sebidang tidak resmi atau liar yang ia jaga bersama kawankawannya di Jalan Parakansaat II, Kec. Arcamanik, Kota Bandung. Ketika usianya yang sudah tidak lagi muda yang seharusnya menjadi masa untuk menikmati hari tua, ia malah berkutat dengan debu dan asap kendaraan setiap harinya demi mengamankan para pengendara yang lalu-lalang. 

Menjadi penjaga palang pintu perlintasan sebidang kereta api bukan suatu hal yang mudah. Dibutuhkan fokus dan ketelitian setiap saat untuk membuka tutup jalur perlintasan yang menjadi akses masyarakat. Karena tanggung jawab yang diemban sangatlah besar, bahkan nyawa menjadi taruhan.

Apalagi, yang dijaga merupakan perlintasan sebidang tidak resmi atau liar. Dengan berbekal alatalat seadanya dan hanya mengandalkan penglihatan tanpa ada peringatan jika ada kereta api yang akan melintas, menjadi tantangan yang harus dihadapi penjaga palang pintu perlintasan sebidang tidak resmi ini.

Begitu pula dengan apa yang dihadapi oleh Suryono setiap harinya. Ia bersama 23 orang lainnya, bergantian menjaga palang pintu perlintasan sebidang tidak resmi ini dengan cara yang sangat sederhana. Ketika melihat akan ada kereta yang lewat, ia dengan sigap menutup lintasan dengan palang pintu agar tidak ada lagi kendaraan yang menyebrang. 

"Jadi satu hari itu dibagi dua shift, dari jam enam pagi pulang setengah tiga, nanti gentian," terang Suryono, mengenai pembagian waktu yang mereka terapkan. 

Pekerjaan ini bukan tanpa resiko, menurut Suryono, tidak jarang para pengendara yang melintas sulit untuk diatur dan bisa membahayakan dirinya dan pengendara itu sendiri. 

"Kadang udah saya coba stop, tetep aja maksa lewat," keluh Suryono, tentang pengendara yang sulit diatur. 

Penghasilan yang Tidak Menentu 

Penghasilan dari menjadi seorang penjaga palang pintu perlintasan kereta api liar tentu tidak banyak. Mereka hanya mengandalkan pemberian secara sukarela dari para pengendara yang melintas. Berdasarkan pengakuan Suryono, dalam satu bulan ia paling hanya mendapatkan 100 ribu. 

"Ya kalo dikatakan cukup juga engga, kalo mengandalkan ini aja pasti ga cukup lah, yang ngasih juga ada yang 100 perak kadang ada juga yang 100 ribu," ucap Suryono, ketika ditanya penghasilan yang ia dapat dari menjadi penjaga palang pintu liar. 

Pihak PT KAI sebenarnya rutin memberikan sejumlah uang, namun tidak banyak. Sehingga, kebanyakan dari penjaga palang pintu liar ini memiliki pekerjaan lain demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. 

Perlu Perhatian Lebih dari Pemerintah 

Perlintasan sebidang yang dijaga oleh Suryono dan teman-temannya merupakan perlintasan yang telah ada sejak tahun 1989. Setiap harinya, banyak kendaraan yang melewati perlintasan ini karena mudah untuk diakses.

Mengingat perlintasan ini sudah dibuka sejak lama dan menjadi akses penting bagi masyarakat sekitar dalam melakukan mobilisasi setiap harinya, maka sudah seharusnya perlintasan sebidang tidak resmi ini untuk segera diubah menjadi perlintasan sebidang yang resmi. Hal ini penting dan memang memungkinkan untuk dilakukan demi menjaga keselamatan para pengendara dan kelancaran perjalanan kereta api itu sendiri. 

Selain itu, nasib para penjaga palang pintu liar ini juga tetap harus dipikirkan. Mempertimbangkan jasa yang mereka lakukan bagi masyarakat, sudah selayaknya mereka mendapatkan upah yang layak sebanding dengan resiko yang mereka hadapi. 

Bekerja secara Sukarela 

Setiap harinya, Suryono dengan teman-temannya 24 jam bergantian menjaga palang pintu perlintasan sebidang liar ini. Mereka dengan sukarela bekerja sama mengamankan para pengendara agar bisa melintas dengan aman. 

Suryono ketika membantu mendorong gerobak di perlintasan sebidang yang ia jaga (26/11). (Dok. Pribadi)
Suryono ketika membantu mendorong gerobak di perlintasan sebidang yang ia jaga (26/11). (Dok. Pribadi)

"Kita 24 jam, hujan panas resiko, harus dijaga untuk mengamankan dan memberikan rasa aman buat pengendara," tutur Suryono.  

Bagaimana Suryono dengan ikhlas dan sukarela menjaga palang pintu liar ini dapat menjadi sebuah pelajaran bagi kita untuk bisa lebih menghargai mereka yang memberikan manfaat bagi masyarakat tapi kadang terlupakan, dan tentunya pemerintah beserta pihak-pihak terkait juga lebih memberikan perhatian mengenai hal ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun