Mohon tunggu...
Yusril Anwar
Yusril Anwar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Institut Islam Nahdlotul Ulama Temanggung

Santri Al Hidayah Prapak Kranggan Temanggung. Mahasiswa Institut Islam Nahdlotul Ulama Temanggung

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dari Keputusan Menjadi Penghasilan

22 November 2021   13:28 Diperbarui: 22 November 2021   14:15 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Memiliki penghasilan di usia muda adalah harapan bagi setiap orang, apalagi ketika apa yang di hasilkan bisa lebih cukup untuk seusianya. Ada yang memuai usaha kecil-kecilan dengan menjual barang kebutuhan secara online seperti sabun mandi, sabun cuci, sendok, piring, gelas dan lain sebagainya. Ada pula yang mengikuti kursus untuk mengembangkan keahlian seperti menyetir, fotografer, elektronik.

Seperti apa yang di lakukan oleh seorang pemuda berumur 22 tahun bernama Ibnu Shodiq yang akrab di sapa Ibnu, asal Lampung yang sekarang ini berdomisili di desa Payaman kecamatan Secang kabupaten Magelang.

Dia berdomisili di Megalang bukan karena merantau, tetapi panggilan hati untuk menimba ilmu agama sambil sekolah dan menjadi seorang santri di salah satu pondok pesantren di Magelang yang bernama Sirojul Mukhlasin 2 YAJRI Payaman dibawah asuhan KH. Minannurohman Anshori.

Masa belajarnya di Magelang di mulai pada tahun 2011 dan lulus pada tahun 2017. Sampai saat ini Ibnu masih menetap di pesantren itu. "Saya menimba ilmu disini, maka saya juga ingin berkhidmah (mengabdi) di sini, untuk membantu Kyai". Ujarnya ketika di tanya kenapa tidak pulang ke Lampung.

Karena keputusannya itu akhirnya Ibnu memiliki inisiatif untuk mengumpulkan penghasilan sendiri agar tidak terlalu membebani orang tuanya. Maka, dimulailah pengembaraan seorang Ibnu untuk mewujudkan harapannya, yaitu dengan mengikuti kursus reparasi mainboard di Yogyakarta berbekal keyakinan dan ridho dari Kyainya. 

"Awalnya saya mumet (pusing) mas, soalnya saya masih nol sekali masalah komputer, lha wong saya cuma modal seneng otak-atik elektro". Tapi itu tidak menyurutkan semangatnya untuk bisa menguasai pengetahuan tentang service komputer. Mental terus di kuatkan, semangat tetap di pupuk, niat selalu di tata karena dia memiliki prinsip "jika terus berusaha pasti akan di berikan jalan oleh yang maha kuasa".

Setelah selesai mengikuti kursus, Ibnu kembali ke pesantren lagi dan mulai membuka usaha service komputer di sebuah rumah kecil belakang pesantren yang masih milik pesantren. "saya memilih untuk membuka usaha saya di dekat pesantren agar tetap mudah kalo di pesantren ada apa-apa, memang tidak strategis tapi rezeki itu tidak akan salah alamat mas, karena itu tergantung kita dalam melihat peluang, dimanapun tempatnya kalau mau berusaha pasti hasilnya tidak akan meleset". Tuturnya.

Awalnya memang hampir tidak ada yang menggunakan jasa Ibnu, dan dia merugi karena alat-alat dan sperpat yang dia punya tidak terpakai, sebab dalam beberapa bulan belum ada job satupun. Tapi kesabarannya terjawab ketika ada salah seorang yang menghubunginya dan meminta tolong untuk menyervice laptop. Tanpa pikir panjang Ibnu langsung mengambil job tersebut walaupun jauh, tapi menurutnya ini adalah peluang "tetep saya ambil mas walaupun sampe Semarang".

Dia berkutat untuk menganalisa kerusakan laptop tersebut, tapi ternyata kesialan masih mengujinya, dia gagal menganalisis laptopnya dan otomatis dia tidak mengetahui masalah yang ada pada laptop tersebut dan itu terulang berkali-kali.

Tapi kegagalan itu malah mencambuknya untuk terus bergerak. Akhirnya, dia memutuskan untuk berangkat kursus lagi di tempat yang sama untuk belajar lebih dalam lagi.

Setelah kembali untuk yang kedua kalinya inilah nasibnya mulai berbeda, banyak teman-teman pesantren yang kuliah, kemudian Ibnu-lah yang akan menyervice ketika ada masalah pada laptop mereka, "saya akhirnya merasakan enaknya punya banyak temen di pesantren" ujarnya. Dari situ, mulai banyak yang mengetahui bahwa Ibnu memiliki usaha service komputer. 

Dari gethok tular tersebut Ibnu mulai memiliki penghasilan "bahkan menurut saya, penghasilan saya sangat cukup untuk sepantaran (seumuran) saya". Belum lagi skillnya dalam service instalasi listrik rumah yang dia pelajari secara otodidak. Dia bisa memiliki penghasilan antara 3,5 sampai 4 juta dalam satu bulan, angka yang menyenagkan menurutnya untuk seusianya.

Dari ceritanya tersebut bisa di ambil hikmah bahwa yang maha kuasa memiliki anugerah yang sangat tak terduga, asal kita yakin dan memiliki kemauan untuk terus berusaha serta tekun dan jangan pernah patah semangat dalam setiap hal.

"yang penting tetap tenang, kuasai keadaan, lalu jalankan. Jika ikhtiyar sudah kita maksimalkan, seterusnya biarkan tawakal yang "bertarung" di atas sana". Tutup Ibnu Shodiq, santri berumur 22 tahun dengan penghasilan yang selalu dia syukuri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun