[caption id="attachment_319101" align="aligncenter" width="600" caption="Tim Thomas cup Indonesia tahun 2002. Saat itu sekses menjadi jawara usai mengalahkan Malasya 3-2 difinal. Tahun 2002 adalah kali terakhir Indonesia menjuarai piala Thomas. badmintonphoto.com"][/caption]
Gelaran Thomas dan Uber cup tinggal menyisahkan sebulan lagi pelaksanaannya. PBSI selaku induk organisasi bulutangkis tertinggi di Indonesia menargetkan piala Thomas dapat dibawa pulang ke tanah air. Gita Wirjawan selaku ketua umum PBSI beserta jajaran pengurus PBSI mencantumkan piala Thomas adalah satu dari empat target utama ditahun ini. Target merebut kembali piala Thomas ke tanah air adalah sebuah mission imposible menurut saya. Bagaimana tidak, Indonesia boleh unggul di sektor ganda, karena ada pasangan peraih medali emas kejuaraan dunia 2013 dan juara All England, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan yang kini bertengger di puncak klasemen rangking wahid dunia. Satu pasang ganda lagi yang dimiliki Indonesia, Angga Pratama/Ryan Agung Saputro yang bertengger di rangking 7 dunia. Sektor tunggal ada Tommy Sugiarto yang bertengger di top five. Namun, itu bukan menjadi sanduran untuk merebut kembali piala Thomas ke tanah air.
Hasil India Open superseries beberapa hari lalu, saya jadi pesimis. Angga Pratama/Ryan Agung Saputro yang diharapkan meraih gelar juara, malah kalah di babak kedua oleh ganda Thailand. Secara peringkat dan pengalaman bertanding, seharusnya ganda Indonesia menang mudah. Ganda Thailand yang mengalahkan mereka berperingkat 16 dunia dan baru berpasangan tahun lalu, sedangkan Angga/Ryan berperingkat 7 dunia. Kemungkinan mereka akan bertemu kembali saat fase penentuan juara grup di kejuaraan Thomas dan Uber cup, Mei mendatang.
Tommy Sugiarto yang akan menjadi ujung tombak dan penyumbang poin perdana bagi tim Indonesia nanti, masih belum memungkinkan dia mampu menyumbangkan poin bagi tim Indonesia. Saat bertemu Thailand nanti, dia (Tommy) akan bertemu Boonsak Ponsana. Head ti head kedua pasang ini dimenangkan Tommy menang 3:1, namun permainan Tommy masih labil. Sepanjang tahun 2014, dari turnamen yang ia ikuti masih belum menunjukkan grafik yang signifikan. Di Korea open, Tommy harus tersingkir dibabak awal oleh tunggal muda China berperingkat 16 dunia. Malasya open Tommy tanpil perkasa hingga ke partai puncak meski akhirnya ia dikalahkan Lee Chong Wei di partai final. Kejuaraan All England, Tommy harus tersingkir di babak awal. Tommy yang diunggulkan di tempat ketiga dalam turnamen tersebut, tidak mampu berbuat banyak. Ia kalah mudah oleh pemain China, Huan Gao yang berperingkat 37 dunia.
Hayom Rumbaka pun seperti itu. Selama bergabung di pelatnas cipayung, Hayom hingga saat ini belum pernah menjuarai kejuaraan level superseries dan superseries premier. Hingga saat ini, Hayom telah mengikuti lima kejuaraan diawal musim 2014. Kejuaraan Malasya open dan German grand prix gold, Ia harus tersingkir dibabak awal. Sedangkan kejuaraan Korea open, All England, dan India open, langkahnya harus tersingkir dibabak kedua. Mungkin lebih baiknya, jika Hayom nantinya masuk dalam skuad inti, posisi tunggal ketiga sebaiknya digantikan oleh Simon Santoso (jika terpilih). Prestasi Hayom dikejuaraan beregu sangat buruk. Thomas cup 2012 lalu, Hayom gagal mengatasi pemain Jepang yang secara peringkat kala itu, masih di bawah Hayom. Terakhir, Sudirman Cup, Ia juga gagal menyumbangkan poin bagi tim Indonesia saat ditaklukan pemain India, Kashap Parupalli.
Lalu terakhir Sony Dwi Kuncoro, pemain tunggal senior yang sudah pernah menjadi skuad Thomas cup dan Sudirman cup. Prestasi Sony dikejuaraan beregu kala itu sangat bagus. Namun, di kejuaraan Thomas cup tahun ini, agaknya masih sedikit meragukan. Faktor usia yang kini telah berumur 30 tahun adalah penyebab keraguan saya akan tugas yang akan ia emban nantinya. Jika Sony masuk dalam tim inti, ia akan menjadi tunggal kedua karena peringkatnya lebih bagus dari Hayom ataupun Simon. Awal tahun ini, Sony baru mengikuti satu kejuaraan yakni All England. Ia juga senasib sama dengan Tommy yang harus tersingkir di babak awal oleh pemain China.
Mungkin saat ini, pemain Indonesia yang masih stabil prestasinya adalah ganda Ahsan/Hendra. Kepada merekalah harapan tertumpuk untuk menyumbangkan poin bagi tim Indonesia saat tertinggal atau telah mengungguli. Ahsan/Hendra sangat disayangkan tidak ikut dikejuaraan India open lalu yang lebih fokus memersiapkan kejuaraan Thomas cup dan kejuaraan Singapore open. Seharusnya yang harus digendot dan dibenahi itu sektor tunggal. Faktanya, awal musim pembuka 2014, tunggal Indonesia masih belum mampu berbuat banyak dikejuaraan yang mereka ikuti. Sektor tunggal harus lebih ekstra dan intensitas latihannya ditambah lagi untuk memersiapkan diri dikejuaraan beregu nanti. Disektor tunggalah kelemahan tim Indonesia saat kejuaraan Thomas cup nantinya. Kalau asumsinya, dikirimnya pemain tunggal sebagai ajang pemanasan jelang kejuaraan beregu seharusnya mereka mampu berbuat lebih banyak lagi, bukan kalah dibabak-babak awal.
Peringkat dunia bukan menjadi tolak ukur ketika bertanding. Namun ada faktor lain seperti mental bertanding. Itu yang saya tidak lihat dalam diri Hayom selama kejuaraan yang ia ikuti sepanjang tahun 2014 ini. Simon Santoso pun seperti itu meski menjuarai kejuaraan Malasya grand prix gold 2014. Kedua pemain ini, mental bertandingnya masih harus diperbaiki lagi. Saya lebih senang melihat mental bertanding yang ditunjukkan oleh pemain Jepang. Meski peringkatnya jauh dari lawannya, namun mereka tetap menunjukkan mental juara, ataupun pemain China.
Thomas cup tinggal sebulan lagi. Masih ada waktu selama itu untuk membenahi sektor tunggal jika ingin mencapai hasil maksimal dan pulang ke tanah air bersama piala Thomas. Sektor ganda hanya memainkan dua partai, sedangkan tunggal memainkan tiga partai. Tidak sehat jika dua ganda Indonesia berhasil menyumbang poin, sementara tunggal nihil.
Salam bulutangkis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H